Bab 16

Romi mendekati mamanya dan terduduk dipinggir ranjang.

"Tidak mungkin!"

"apa maksudmu tidak mungkin. Mama sangat berharap jika kau tidak pernah melakukannya,"kata mamanya pelan dan lirih.

"Itu sudah sangat lama. Dan hanya terjadi sekali. Tapi bagaimana bisa dia hamil?"

"Apa? Jadi kau memang pernah melakukan bersamanya? Jadi yang dia katakan benar? Anak yang dia bawa adalah anakmu?"

Mamanya sangat shock dan menatap Romi dengan tajam.

"Meskipun begitu, mama tidak bisa mempercayai nya begitu saja. Kejadian ini sudah sangat lama. Sudah dua tahun lebih. Kenapa dia baru datang? Siapa yang bisa menjamin jika itu seratus persen anakmu?" kata Mama Wina.

"Apakah Ayu tahu hal ini ma?" tanya Romi gusar. Dia sendiri tidak menyangka, jika satu malamnya di apartemen bersama Luci akan berbuntut panjang.

Terlebih Lucy datang disaat dia akan menikahi gadis lain.

"Dia belum tahu. Sebaiknya kita pastikan dulu kebenaran anak itu. Jika dia memang anakmu. Maka kau harus bertanggung jawab. Jika dia bukan anakmu, maka masalah selesai sampai disini. Dan Ayu tidak tahu apapun," kata Ibunya memberikan solusi.

"Iya ma," kata Romi menurut pada nasehat mamanya.

"Kalau begitu, kau tidurlah. Besok mama akan kerumahnya untuk mengajaknya tes DNA. Mama tidak mau dia kemari dan Ayu tahu semua itu sebelum kita buktikan," kata mamanya.

"Iya ma," sahut Romi putus asa.

Setelah mamanya pergi, Romi memegangi kepalanya yang terasa berat.

"Kenapa Lucy datang disaat aku akan menikah dengan Ayu? Aku benar-benar kaget. Cuma sekali aku melakukannya. Bagaimana dia bisa hamil? Aku harus menemuinya besok," kata Romi sendirian.

*

*

Ayu sudah membuat sarapan untuk Romi. Tapi ternyata Romi sudah pergi untuk menemui Lucy. Dia pergi dengan mama Weni.

"Bi....apa melihat Romi?" tanya Ayu saat dia sudah selesai masak.

"Tidak neng," jawab Bibi dirumah itu.

"Wahhhhh bau harum. Aku jadi lapar...." kata Aditya yang sudah rapi dan akan berangkat kerja.

Ayu menatap Aditya dengan kecewa.

"Kakak sudah pergi dengan mama. Ada urusan penting. Jadi, kau sudah membuat sarapan untuk kakak?"

"Iya. Aku tidak tahu jika Romi sudah berangkat pagi-pagi sekali," kata Ayu kecewa karena ternyata dia tidak bisa sarapan bersama Romi. Dia sangat merindukan dirinya dan ingin sarapan bersamanya.

Aditya melihat raut wajah kecewa. Aditya lalu melompat ke dekat Ayu dan menghiburnya.

"Ini untukku saja. Jika kakak sudah pergi. Maka bukan rejekinya. Ini menjadi rejekiku," kata Aditya tersenyum ceria agar Ayu tidak sedih setelah susah payah memasak untuk calon suaminya.

"Makanlah. Aku akan berangkat sekarang," kata Ayu tanpa berekspresi.

Saat Ayu akan melangkah. Aditya memegang tangannya.

Ayu menoleh kaget. Aditya melepaskan pegangan tangannya.

Ayu menatap Aditya. Aditya menjadi salah tingkah karena telah dengan refleks memegang pergelangan tangan kakak iparnya.

"Maaf. Aku ingin kita sarapan bersama," kata Aditya.

"Tidak. Untukmu saja. Aku akan langsung ke kantor," kata Ayu agak kecewa.

"Okey, baiklah, Bi....tolong masukkan makanan ini ke rantang. Aku akan sarapan di kantor. Sekarang ya bi...."

Aditya tersenyum pada Ayu.

"Baik Den," kata bibinya dan dengan cepat memasukkan sarapan yang di buat Ayu ke dalam rantang.

Aditya menentengnya dan tersenyum pada Ayu.

"Ayo berangkat! Biar aku mengantarmu," kata Aditya.

"Tidak perlu. Aku akan berangkat sendiri,"

"Jangan. Jika kakak tidak ada maka tugas adiknya untuk mengantar kakak iparnya," gurau Aditya.

"Baiklah," kata Ayu terpaksa.

*

*

Romi dan Mama Weni pergi kerumah Lucy. Mereka bertemu dengan Lucy disebuah kos-kosan.

Mama Weni terkejut dengan kondisi kos kosan itu. Kecil dan sempit. Jika benar anaknya adalah cucunya, maka dia tidak tega membiarkan cucunya hidup menderita seperti ini, sedangkan dia kaya raya.

"Masuk Tante," kata Lucy dan kaget saat melihat Romi. Hatinya bergetar bertemu kembali dengan orang yang dia cintai.

"Gimana Tante? Saya sudah menyiapkan semuanya untuk Tes DNA," kata Lucy yang ingin agar anaknya mendapatkan haknya.

"Tinggal menunggu rambut ayahnya," kata Lucy.

"Ini," kata Mama Wina yang juga sudah mempersiapkan semuanya.

"Ayo kita pergi sekarang!" Ajak Mama Weni.

Didalam mobil, mereka bertiga terdiam dan tidak berbicara apapun. Sementara anaknya sedang tidur dipangkuan Lucy.

Berulang kali Romi mencuri pandang pada gadis kecil itu yang sedang terlelap tidur. Dalam hati dia merasa jika anak itu mirip dengannya.

Namun dia juga takut jika tahu hasilnya dan benar gadis kecil itu adalah putrinya. Maka pernikahan nya akan dibatalkan dan dia akan sangat menyakiti hati Ayu.

Gadis yatim piatu yang belum lama kehilangan orang tuanya. Dia bawa kerumah dengan harapan untuk menikahi nya dan membahagiakan nya. Tapi, akan dia patahkan hatinya dengan sangat kejam. Romi memalingkan wajahnya dari gadis polos kecil yang sedang dia tatap.

"Tidak!" Kata Romi tiba-tiba membuat Mama Wina dan Lucy menoleh padanya.

"Ada apa?" tanya Mama Wina.

"Romi hanya kepikiran tentang nasib Ayu. Apa yang harus Romi katakan padanya? Apakah Romi sanggup mengatakannya jika semua ini nanti terbukti?" kata Romi dengan suara parau.

"Kita tunggu sampai hasilnya positif. Ini kan baru dugaan kita saja. Sampai hasilnya keluar, baru kita putuskan apa yang harus kita lakukan," kata Mama Wina berusaha tenang meskipun dalam hati juga gelisah.

"Kenapa kau baru datang?" tanya Romi tiba-tiba. Dan pertanyaan itu sudah diduga oleh Lucy.

"Aku mencari dirimu setelah tahu aku hamil. Tapi kau sudah tidak tinggal di apartemen itu lagi. Aku sering kesana untuk menemui mu. Tapi sekalipun kau tidak pernah kembali. Aku mencari tapi tidak tahu dimana kau tinggal," kata Lucy mengenang saat berat dalam hidupnya.

Dia masih kuliah dan hamil tanpa suami. Itu adalah ujian terberat dalam hidupnya. Keluarganya bahkan tidak tahu jika dia sudah punya anak hingga saat ini.

Dia masih merahasiakan semuanya sampai bisa menemukan Romi dan menyuruhnya bertanggung jawab.

Mereka sampai dirumah sakit dan langsung melakukan tes DNA.

*

*

Beberapa hari kemudian,

Ayu merasakan ada yang janggal dengan Romi kali ini. Dia seperti berubah dan agak menjaga jarak dengan Ayu. Bahkan terkesan agak menghindarinya.

Ayu sedih, karena hari pernikahan mereka sudah dekat, tapi, Romi justru bersikap janggal.

Berulang kali, Ayu diantar dan dijemput oleh Aditya meskipun calon suaminya sudah datang. Harusnya calon suaminya yang lebih memperhatikan dirinya, namun malah adik iparnya yang mengantar dan menjemput ya.

Semakin hari, Ayu menjadi gelisah dan cemas. Aditya yang sudah tahu alasan kakaknya, berusaha menghibur Ayu. Melihat gurat kecewa dan sedih diwajah Ayu, maka dia benar-benar tidak sanggup, karena sejak Ayu pindah ke rumahnya. Dia jatuh hati kembali padanya. Bagaimana harus diungkapkan, karena dia adalah calon kakak iparnya.

"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!