Aditya berharap salah satu pegawai papanya mencarinya dan dia akan memberi pelajaran pada tiga wanita yang sudah menyekapnya.
"Kurang ajar! Mereka tidak tahu siapa aku!" Pekik Aditya dalam hati.
Matanya menatap keluar mobil mencari cara untuk bisa keluar dari mobil ini. Para wanita memegangi tangannya dan membuatnya tidak bisa bergerak untuk melarikan diri.
"Sial! Bagaimana aku bisa bertemu dengan wanita seperti mereka," Aditya terus berfikir mencari kesempatan untuk keluar.
Dia tidak mau menghabiskan masa mudanya dengan menikahi wanita yang jauh dari kata layak untuknya.
"Apakah sebaiknya kita membawanya ke rumah kosong saja?" tanya Ayu pada Siti biasa dipanggil Swety.
"Boleh juga idemu. Kita harus memberinya pelajaran, pria seperti ini, layak untuk kita kerjai sebelum kita buang ke jurang," kata Sabrina tertawa lepas sambil mengemudi.
Aditya yang mendengar jika dia akan dihabisi, menjadi ketakutan.
Para wanita ini benar-benar akan melenyapkan nya!
Ayolah Kakak, cepatlah datang, selamatkan adikmu ini," kata Aditya yang selalu menjadi kesayangan kakaknya.
"Siapa yang akan menyelamatkanmu dari kami? Oh ya, kau pikir kami akan benar-benar menikahimu. Tentu saja tidak. Kami tidak mau punya suami yang nakal dan liar seperti dirimu," kata Ayu Pramudya.
Gadis yang pernah hampir bunuh diri karena pernah dibuat patah hati oleh Aditya. Tapi setelah dia mengubah penampilannya di media sosial maka Aditya tidak mengenalinya lagi. Kejadian itu sudah tiga tahun yang lalu. Tapi luka dihati Ayu masih terasa sakit.
Dia adalah pegawai perusahaan swasta. Dan saat itu bertemu Aditya dalam sebuah rapat antar perusahaan.
Semua ini adalah ide Ayu. Dia yang menghubungi kedua temannya untuk membantunya memberi pelajaran pada Aditya.
Dan Siti adalah gadis yang juga patah hati, tapi bukan dengan Aditya, melainkan dengan pria lain. Namun dia melampiaskan rasa kesalnya pada Aditya yang juga adalah salah satu dari pria nakal itu.
Lalu, Sabrina, dia kesal karena pernah di huna oleh Aditya dimasa lalu. Maka mereka kompak untuk membalas perbuatan Aditya begitu ada kesempatan.
"Apa yang kalian inginkan? Kenapa membawaku ketempat ini?" tanya Aditya yang dipaksa turun oleh Ayu dan juga Siti.
Sabrina memarkir mobilnya dihalaman rumah kosong yang luas.
Mereka berhenti dirumah milik Sabrina. Rumah itu sudah lama tidak ditempati jadi agak kotor.
Mereka mengajak Aditya masuk kedalam lalu mengunci pintunya dari dalam.
"Sepertinya kita harus bersihkan dulu. Banyak debu dimana-mana," kata Sabrina.
"Sebaiknya dia saja yang membersihkan semua ini," kata Ayu.
"Oh ya kau benar. Pria yang tampan dan merawat tubuhnya dengan baik ini pasti sangat perkasa dan jika hanya menyapu dan membersihkan rumah maka tidak akan menghabiskan banyak energi,"
"Apa?" Aditya yang masih dalam keadaan terborgol membelalakkan matanya.
"Awas! jangan berani melarikan diri!" kata Ayu yang sudah memegang sebuah pistol untuk menakuti Aditya.
"Jangan menembak. Dasar wanita tidak waras! Baiklah. Apa mau kalian?" kata Aditya yang tidak ingin mati konyol ditangan para wanita ini.
"Aku ingin kau menyapu dan mengepel tempat ini sampai bersih." kata Sabrina pada Aditya.
Rumah ini akan dikontrakkan Minggu depan. Dan karena itu, dia harus membersihkan ya terlebih dahulu. Karena dia enggan membersihkannya maka kebetulan sekali jika Aditya yang akan membersihkan rumahnya.
"Ahh syukurlah, dia datang dan membantuku mengerjakan semua ini," kata Sabrina.
"Ambil sapu itu," kata Ayu.
"Jangan coba kabur, aku berjaga disini," kata Siti duduk didekat pintu.
Aditya berjalan mengambil sapu. Dia menyapu dan keringat mulai membasahi wajahnya.
"Kenapa dia tetap tampan meskipun berkeringat," kata Siti pada Ayu.
"Jangan tergoda dengan ketampanannya. Jika kau tidak tahan maka jangan melihatnya. Palingan wajahmu dari matanya. Atau kau akan sakit hati karena ditipu dengan ketampanan nya," kata Ayu kesal.
"Ayolah, Ayu. Kau juga mengakui jika dia tetap tampan meskipun sedang berkeringat," kata Siti tidak berhenti menatap Aditya yang sedang menyapu.
"Kau benar, sebenarnya dia memang tampan. Sayangnya hatinya berduri, aku akui dia tampan. Tapi kalian lihat apa yang dia lakukan pada kita? Dia hanya ingin bermain-main dengan para gadis. Lalu membuangnya fuh! Seperti sampah!" kata Sabrina mengingatkan.
"Aku tidak akan memberinya ampun hari ini," kata Ayu yang ingin membuat Aditya jera agar tidak meremehkan para gadis.
"Sudah dua jam. Apa lagi yang harus dia lakukan?" tanya Siti pada Ayu.
"Dia masih mengepel. Sementara itu, kita pesan makanan untuk makan siang," kata Ayu.
"Oke. Kau saja yang pesan. Aku masih ingin menatapnya lama hari ini. Kapan lagi aku bisa menatapnya jika tidak hari ini," kata Siti yang mudah tergoda dan goyah hatinya.
"Siti, kendalikan pandanganmu. Kau bisa celaka olehnya," kata Ayu memperingatkan Siti yang hobi berkhayal.
"Sabrina, cepatlah, aku sudah lapar," kata Siti tetap fokus melihat Aditya mengepel.
Sabrina lalu pergi memesan makanan.
Siti berdiri dan membuat Ayu terkejut.
"Siti, kau mau kemana?" tanya Ayu saat Siti beranjak pergi.
"Aku akan membantunya. Sepertinya apa yang kita lakukan sudah kelewatan. Bagaimana kalau dia pingsan? Kau mau kita benar-benar berurusan dengan polisi?" kata Siti.
"Tapi...." Ayu sedang berfikir. Dan saat itu Aditya yang mendengar pembicaraan mereka sedang berusaha mencari jalan keluar.
Dia tiba-tiba pura-pura pingsan.
"Lihat! Dia pingsan! Sudah ku bilang, kita sudah keterlaluan!" kata Siti berlari kearahnya.
Ayu kaget dan menghalangi Siti.
"Siti, hati-hati jangan mendekatinya. Dia mungkin menjebakmu!" kata Ayu.
"Ayu, ini adalah idemu. Aku tidak mau masuk penjara karena dirinya. Bagaimana kalau dia punya penyakit asma lalu mati?" kata Siti dan mengagetkan Ayu.
"Kau benar. Bagaimana kalau dia punya riwayat asma lalu mati? Aku...aku tidak mau masuk penjara," kata Ayu lalu berlari mendekati Aditya yang tergeletak dengan baju basah oleh keringat.
"Dia tidak bernafas," kata Ayu saat melihat dadanya tidak bergerak.
Dan Siti juga mendekatinya. Saat mereka berdua lengah, Aditya segera mengambil pistol dari tangan Ayu.
"Jangan bergerak! Hahahaha, kalian para wanita sudah melakukan hal konyol! Sekarang, aku akan memberi jalan pelajaran!" kata Aditya membuat Siti dan Ayu kaget.
Saat itu juga, Aditya menyiramkan air bekas pel-pelan kewajah mereka berdua.
Byuuurrr!
Semua riasan mereka berdua luntur seketika. Wajah cantik mereka bersinar dan membuat Aditya terperanjat.
Ayu dan Siti kaget. Mereka lalu menendang Aditya hingga dia jatuh terpeleset.
"Ayo cepat lari! Sebelum dia benar-benar mengenali wajah kita, riasannya telah luntur," teriak Ayu menyeret Siti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments