Hasil tes DNA sudah keluar. Di dan mama Weni lalu membukanya. Dan mereka berdua terkejut juga saling berpandangan saat tahu hasilnya positif seratus persen. Artinya, gadis polos itu adalah cucunya.
"Romi, dia adalah anakmu. Kau harus bertanggung jawab," kata Mama Weni.
"Sekarang semua sudah terbukti. Romi akan bertanggung jawab," kata Romi dengan tangan gemetar.
"Kita akan menjemput Weni dan anaknya sekarang," kata Mama Weni.
"Bagaimana dengan Ayu ma?"
"Kita akan mengatakan semua ini perlahan. Dan mama akan mencarikan jodoh untuk Ayu," kata mama Weni.
Bagaimana pun, karena semua sudah terbukti. Maka mama Weni tidak tega melihat cucu keturunan nya tinggal di kos-kosan kecil dan sempit.
Dia mengambil keputusan untuk membawanya kerumahnya. Bagaimana pun pahitnya, ini sudah terjadi, dia akan menghadapinya meskipun sulit.
Mama Wina lalu pergi sendiri menjemput Lucy dan anaknya.
Sementara Romi mengajak Ayu pergi ke suatu tempat.
Romi akan mengatakan kenyataan pahit itu pada Ayu. Romi lalu menjemput Ayu ketempat kerjanya.
"Lihat tuh, sang Arjuna sudah datang," kata Siti.
"Siapa? Aditya?" kata Ayu karena memang biasanya dia yang akan datang saat siang hari untuk makan bersama. Siti masih setia memasak untuk Aditya.
"Calon suamimu," kata Siti.
Ayu langsung berjingkat dan melihatnya.
"Romi...." Ayu kaget sekaligus senang. Dia tidak menduga, Romi akan datang untuk makan siang bersamanya.
Setelah kemarin dia sangat sibuk dan agak mengabaikannya. Sekarang dia datang dan mereka akan makan bersama dengan hati yang bahagia.
"Ayu, kita bisa keluar..." kata Romi yang ingin mengajak Ayu makan diluar.
"Iya, bisa," kata Ayu lalu mengambil tas kecilnya.
"Siti, aku pergi dulu ya, jika aku tidak kembali, kami tutup sendiri ya," kata Ayu.
"Iya, selamat bersenang-senang," kata Siti yang ikut bahagia melihat kebahagiaan sahabatnya.
Romi lalu mengajak Ayu naik ke mobilnya. Begitu mobil Romi pergi, Aditya datang dan akan makan siang bersama mereka.
Aditya datang membawa seikat bunga yang indah, dan akan dia berikan pada Ayu.
"Kok sendirian, di mana Ayu?" tanya Aditya matanya menyapu ruangan itu.
"Dijemput sama calon suaminya," kata Siti.
"Apa?" Aditya nampak kaget dan sedikit kecewa.
"Kau membawa bunga. Itu pasti untukku," kata Siti girang.
"Ya, untukmu saja," kata Aditya kecewa. Karena bunga itu akan dia berikan pada Ayu.
"Terimakasih...kamu ternyata sangat romantis..." kata Siti lirih dan pelan.
Aditya dan Siti lalu makan siang berdua saja. Aditya nampak tidak berselera makan karena tidak ada Ayu disana.
"Kok diam aja sih? Kenapa? Karena ngga ada Ayu?" tanya Siti yang cemburu melihat Aditya.
"Aku lihat-lihat kamu masih menyimpan perasaan untuk Ayu. Benarkah?"
"Ehm, apa katamu. Mana mungkin, Ayu adalah calon istri kak Romi," Aditya tidak mau orang lain mengetahui isi hatinya.
"Ohh, syukurlah kalau begitu. Aku hanya bercanda," kata Siti merasa senang.
*
*
Sementara, Romi mengajak Aditya pergi ke sebuah pantai. Mereka lalu duduk disebuah restoran dan makan siang disana.
Ayu dalam hati senang karena ini adalah makan siang yang romantis.
Berdua dengan calon suaminya, makan sambil menikmati pemandangan laut. Ini sangat menakjubkan, batinnya.
Romi menatap kebahagiaan dimata Ayu. Tidak tega rasanya dia mengatakan jika dia membatalkan pernikahannya.
"Ayu...."
"Ehm, ya, ada apa?" tanya Ayu masih dengan senyum mengembang dan mata berbinar penuh kebahagiaan.
"Ada yang harus aku katakan," kata Romi berusaha keras untuk bisa mengatakannya hari ini juga.
"Ehm, katakan saja." Kata Ayu senang. Tidak pernah sekalipun terlintas dibenaknya jika Romi akan membatalkan pernikahan nya.
"Tapi kau janji, jangan menangis," kata Romi yang tidak akan tahan melihat air mata Ayu.
"Menangis? Untuk apa? Apa yang ingin kamu katakan?" Ayu menjadi penasaran.
"Ehm, aku sulit mengatakanya,"
"Kau harus mengatakannnya. Ada apa? Kenapa kau tidak ingin aku menangis?"
Ayu menjadi bertanya-tanya apa yang akan dikatakan Romi padanya.
"Aku membuat kesalahan." Kata Romi pelan.
"Kesalahan apa?" Ayu menatapnya dengan cemas. Semoga bukan kesalahan buang fatal.
"Aku melakukan kesalahan dimasa lalu. Aku menghamili seorang gadis anak kuliah. Dan dia sudah punya anak dua tahun. Dia datang kerumah untuk mendapatkan pertanggungjawaban. Apa yang harus aku lakukan?" kata Romi dan airmata menggenang di kedua matanya.
Ayu entah kenapa tidak sanggup berbicara. Namun airmatanya mengalir deras. Menatap Romi dalam bisu bibirnya.
Tidak mampu mengatakan sepatah katapun. Airmatanya semakin deras membasahi pipinya.
Romi benar-benar tidak kuasa melihatnya.
"Kau janji tidak akan menangis," kata Romi yang dia sendiri mengusap airmatanya yang menitik sedikit.
"Kenapa jadi seperti ini? Kenapa?" Ayu menangisi nasib dirinya.
Sedih, Kecewa, terluka, kaget, shock, dan patah hati sedang dia rasakan dalam satu waktu.
Harapannya menjadi sirna. Batangan kebahagiaan telah lenyap dalam kejujuran Romi hari ini.
"Jadi, kemarin saat kau menjauhiku, itu karena hal ini. Dan apakah gadis bernama Lucy yang datang kerumah itu adalah mantan kekasihmu?" tanya Ayu.
"Iya...." Romi mengangguk tanpa daya.
Hati Ayu luluh lantak. Hancur seketika. Tidak bisa dia bayangkan besarnya rasa kecewa dan patah hatinya.
Baginya, Romi adalah pria idaman yang sempurna. Tapi dia kecewa juga pada akhirnya.
"Lalu...apakah kau akan membatalkan pernikahan kita?" tanya Ayu disela kesedihan nya. Airmatanya tidak mampu dia bendung. Tetap mengalir deras dipipinya.
"Lucy menuntut untuk dinikahi. Anak itu statusnya tidak jelas. Aku tidak bisa keluar dari masalah ini. Bagaimana menurutmu?" kata Romi yang bingung harus bagaimana bersikap di hadapan Ayu.
"Ya, aku tahu jawabannya. Kamu harus menikahinya. apalagi? Mungkinkah kau akan menelantarkan gadis kecil itu dan juga ibunya. Aku harus apa? Tidak ada jalan keluar yang lain, selain kau menikahinya. Ya sudah. Kita pulang. Aku tidak sanggup lagi berbicara masalah ini. Aku tidak sanggup berbicara lagi," kata Ayu berlari ke mobil Romi.
Romi mengejarnya dan memeluknya lalu mencium keningnya.
"Ayu...maafkan aku. Aku telah menghancurkan hatimu dan harapanmu. Cinta kita tidak bisa bersatu karena kesalahan ku dimasa lalu. Maafkan aku....aku benar-benar telah melukaimu...." kata Romi.
Ayu diam saja dan menjadi kaku tak bergeming. Hanya airmatanya yang mengalir semakin deras dipipinya. Dia tersedu-sedu dan tidak sanggup menatap wajah Romi.
"Kita pulang....." kata Ayu melepaskan diri dari pelukan Romi.
Dan untuk kata maaf. Dia butuh waktu untuk memaafkan semua ini. Bagaimana tidak? Dia dihancurkan oleh adiknya dimasa lalu. Dan sekarang dia dibuat patah hati oleh kakaknya.
"Ini memang sudah takdir diriku. Aku yang salah. Mungkin aku terlalu mengharapkan pria sempurna untuk bisa aku cintai dan membalas cintaku. Tapi itu hanya ada dalam pikiran dan harapanku saja," kata Ayu mengusap air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments