Berbeda halnya dengan yang di lakukan oleh Stevani, ia menjadi berfikir lebih keras bagai mana cara dirinya bisa lepas dari jerat Morgan karena ia merasa yang dialaminya kini bukanlah suatu yang benar.
" Pertama - tama aku harus tau siapa dirinya terlebih dahulu setelah itu baru aku bisa memutuskan sikap harus bagai mana " katanya dengan semangat menggebu.
Lalu ia bergegas mencari - cari sesuatu yang menurutnya mencurigakan.
Kepergian Morgan membuat Stevani jadi lebih leluasa menggeledah tempat tinggal pria itu.
Sudah lebih dari satu jam Stevani mondar - mandir kesana kemari,sudah semua ruangan di periksanya kecuali ruangan yang di larang Morgan untuk di dekatinya,namun tak ada yang mencurigakan.
" Apa selama ini aku berlebihan, menganggap pria kaku itu seorang iblis " batin Stevani berjalan gontai menuju kamarnya,entah kemana semangatnya tadi perginya.
Di hempas tubuhnya ke atas kasur dengan kaki terjuntai kebawah, saat hendak mematikan lampu karena tak fokus tangannya malah menjatuhkan dompet coklat milik Morgan.
" hm, apa rahasia itu ada di sini " lirih Stevani penuh harap.
" Coba saja ku periksa " putusnya.
Satu persatu di keluarkan nya isi dari dompet Morgan dan terakhir diambilnya tanda pengenal Morgan, tapi sesaat alisnya mengerut.
" Ini aneh kenapa disini namanya Jeson bukan Morgan " lirih Stevani bingung tampak menerka - nerka.
Lama ia terdiam dengan posisi itu tapi alarmnya berbunyi ketika mendengar suara hentakan langkah kaki seseorang.
Kepanikan stevani menjadi saat sadar Morgan datang lebih cepat dari perkiraannya.
" Gawat. " batinnya.
Dengan gerakan cepat ia memasukkan isi dompet itu seperti sedia kala dan segera membaringkan tubuhnya bertepatan suara pintu kamar yang di buka.
" Apa kamu sudah tidur sweet ??" lirih Morgan mendekat membuat Stevani panik bukan main dengan jantung yang berdetak semakin cepat.
" Jangan mendekat. Tolonggg.. " suara batin Stevani memejamkan mata erat.
Diantara ketakutan Stevani terdengar langkah yang menjauh dan tak lama terdengar suara air di kamar mandi.
" Huh.. lega " bisik Stevani menoleh kearah kamar mandi.
Setengah jam kemudian Morgan keluar dengan selembar handuk di pinggangnya tampak seksi dengan buliran - buliran air yang menetes dari tubuhnya.
" Dasar tak tahu malu " gerutu batin Stevani kesal namun tatapan matanya tak beralih dari tubuhnya seksi itu.
Morgan sadar ada yang memperhatikannya, senyum tipis hadir di bibirnya karena sadar istri tercintanya itu memperhatikan tubuhnya penuh minat karena terasa punggungnya yang dingin di tatap Stevani.
" Saya yakin kamu sekarang menyesal telah menolak ku tadi " bisik batin Morgan penuh kelicikan.
Dengan sengaja membuka handuk dan berpakaian di depan Stevani membuat wanita itu kesulitan menelan ludahnya sendiri.
" Dasar brengsek !! " maki Stevani pelan.
" Kamu belum tidur sweet ??" tanya Morgan menoleh dan baru saja selesai memakai celana santai miliknya dengan nada mempermainkan.
" Hm, terbangun " kata Stevani membuang muka.
" Oh. benarkah ??" tanya Morgan tak percaya.
" Yasudah kalau nggak percaya " ketus Stevani.
" hm, saya percaya sekarang ayo tidur " halus Morgan mengalah.
Mendengar nada lembut Morgan membuat dada Stevani bergetar hangat, pria kaku itu memperlakukannya sangat baik saat ini bahkan dirinyalah yang merawat Stevani dengan begitu sabar dan penuh kelembutan.
" Maafkan saya untuk yang tadi, saya mohon jangan marah " bisik Morgan di telinga stevani.
" aku juga minta maaf " lirih Stevani memeluk tubuh kekar Morgan erat menyalurkan rasa gelisahnya.
" Saya harap kamu memaklumi sikapku yang terkadang menyebalkan, maafkan suami mu ini yang bahkan belum bisa memberi kebahagian untuk mu sweet " kata Morgan tulus.
" Sssstt.. jangan berbicara seperti itu " jawab Stevani sedih mendengar ketulusan Morgan yang tak akan pernah bisa ia balas bahkan ia berniat meninggalkan pria di pelukannya ini.
Dengan perasaan damai keduanya tertidur saling berpelukan hingga matahari menjemput pagi.
Siang harinya seperti biasa Stevani sibuk dengan kegiatan rutinnya namun yang berbeda adanya Morgan menemaninya bahkan beberapa kali membantu pekerjaannya.
" Kamu duduk saja " titah wanita itu jengah karena Morgan bukannya membantu tapi malah sebaliknya karena gelendotan trus seperti anak monyet membuat Stevani kesulitan bergerak.
" Morgan lepas. Aku hitung sampai tiga ya satu.. du.. a ti... " ancam Stevani geram tapi belum sampai hitungan ketiga pria itu dengan patuh melepaskan pelukannya lalu berbalik melangkah ke arah kursi yang ada di sana.
Hati Stevani menghangat melihat Morgan yang menurut seperti anak kecil meski ekspresinya tetap datar namun kelakuannya sangat manis di mata wanita itu.
15 menit kemudian Stevani selesai dengan kegiatannya dan menata beberapa menu olahan daging di hadapan Morgan.
" Ayo makan, bukannya kamu suka daging " ucap Stevani dengan senyum manis menghiasi bibirnya.
" Apakah ini hari spesial ??" tanya Morgan heran.
" Tentu, ini hari spesial untuk kita " ucapnya dengan kerlingan menggodanya.
" Oh ya ?? kalau begitu mari makan " desis Morgan membalas Stevani dengan menjilat lidahnya.
Stevani hanya terkekeh melihat tingkah laku Morgan walau itu tidak cocok bagi pria yang kaku sepertinya.
Perasaan bimbang menghantui Stevani sejak semalam, apakah bisa meninggalkan Morgan namun segera ia menepis rasa kehilangan yang dominan di hatinya.
" Mau nambah ??" tanya Stevani yang di balas anggukan oleh Morgan dengan pipi menggembung dan mulut yang terisi penuh.
" Kenapa tertawa, apa ada yang lucu ?? " bingung Morgan yang melihat wanita di depannya yang menahan tawa.
Akhirnya tawa Stevani pun meledak sembari memegangi perutnya tak peduli wajah Morgan yang kesal karena di tertawakan olehnya.
" Apanya yang lucu, dasar wanita aneh. Apa pantas kelakuan bar - bar seperti itu menjadi permaisuri ku " gerutu Morgan kesal, selama ini tak ada yang berani menertawakannya bahkan ayahanda nya sendiri, egonya tersentil.
" Ekhem. hm maaf, maafkan aku " kata Stevani berusaha menghentikan tawanya.
" Kenapa berhenti, teruskan saja tertawanya " sarkas Morgan berdiri dari duduknya.
" Hey, mau kemana. Selesaikan dahulu makannya " ucap Stevani panik melihat Morgan meninggalkan meja makan.
" Morgan tunggu !! " serunya mengejar langkah lebar pria itu.
Rasa bersalah menjalar di hati Stevani, kesal dengan dirinya sendiri yang membuat pria kaku itu tersinggung.
" Dasar Stevani bodoh " makinya pada dirinya sendiri.
Langkah kakinya memelan saat mendekati pintu kamar di mana ada Morgan di dalamnya.
" Morgan " panggilnya pelan.
Mendekati pria yang tampak sedang memangku, laptop sibuk mengerjakan pekerjaannya.
" Morgan maafkan aku, please jangan marah " katanya menyentuh tangan besar itu.
" Please Morgan jangan diam aja, bilang sesuatu " rengek Stevani dengan manja membuat Morgan gemas tapi ia menahannya dan masih stay dengan kegiatannya.
Lama Stevani membujuk namun sepertinya Morgan benar - benar marah membuat Stevani di rundung rasa bersalah di hatinya membuatnya tak tahan dan menangis sesegukan hingga Morgan tak tega melihatnya.
" Sssstt sudah jangan menangis " bisik Morgan meletakkan laptopnya dan menenangkan Stevani dengan cara memeluknya erat.
" Maaf " kata Stevani diantara tangisnya.
" Saya sudah tidak marah, jangan di fikirkan lagi " lirihnya mengusap - usap punggung rapuh itu.
Setelah tangisnya reda atas bujukan Morgan keduanya membaringkan tubuhnya hendak menuju alam mimpi tanpa melepaskan pelukannya.
Diantara lelapnya Stevani mempersiapkan diri untuk rencana berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments