Setelah memastikan situasi aman, Stevani keluar secara perlahan melewati pintu belakang bar yang langsung menuju jalan raya.
Tak ada hambatan saat ia melarikan diri, sepertinya pangeran itu tak mengetahuinya fikir Stevani sembari trus melangkahkan kakinya setengah berlari,meski harus menahan sakit di bagian inti dirinya.
" Sungguh pria yang brutal " fikirnya dengan sesekali mendesis kesakitan.
Di hentikan nya sebuah taxi yang melintas, lalu diarahkannya supir menuju kediamannya.
" Aku berharap tak pernah bertemu dengannya lagi " batinnya memandang kaca jendela memperhatikan ramainya jalanan pagi itu.
Sesampainya dirumah stevani segera menuju kamarnya lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk miliknya.
Bukan merasa lega tapi ada sebuah ketakutan yang hinggap di dadanya, "bagaimana kalau pria itu marah dan menemukan dirinya" fikirnya takut mengingat expresi pria itu saat marah.
" Ah, masa bodoh " ucapnya lalu beranjak kekamar mandi membersihkan tubuhnya, bahkan aroma percintaan mereka masih tercium samar dari tubuhnya. Dengan cepat ia menggeleng menghilangkan bayangan itu dari fikirannya.
*****
Sudah sebulan lebih berlalu sejak kejadian itu hari - hari di jalani Stevani seperti biasanya tanpa ada gangguan.
Tapi setiap malam ia merasa ada yang aneh seperti ada seseorang yang menemaninya tidur juga tak jarang ia mendengar bisikan - bisikan seorang pria. Awalnya Stevani hanya menganggap hanya sebuah mimpi namun lama kelamaan ia merasa semua seperti nyata, tapi juga tak dapat membuktikan secara nyata pendapatnya.
Rasa penasarannya membuatnya nekat menahan kantuk,jam telah menunjukkan tengah malam tapi kecurigaannya tak terjadi tapi saat akan mencapai alam mimpi seseorang berbisik.
" Selamat malam istriku, mimpi yang indah " bisik seorang pria menyapu lembut gendang telinganya, dirasakannya sentuhan subuah tangan menyelusup di pinggang memeluknya erat.
Stevani ingin sekali membuka matanya tapi ia tak bisa, bisikan - bisikan itu seperti nyanyian tidur baginya. Sangat menenangkan juga menyenangkan.
" Sudah tidur " lirih Morgan saat mendengar dengkuran halus Stevani.
Pria itu tersenyum tipis menyadari istrinya itu mulai menyadari kehadirannya setiap malam.
" Kau tak akan bisa kabur dariku, takdir kita telah terikat dengan sangat kuat sehingga kamu tak ada celah untuk membebaskan diri dari ku " lirihnya mengecup Surai istrinya lalu memejamkan mata.
Morgan awalnya marah karena istrinya itu pergi begitu saja, akan tetapi karena keduanya sudah menikah sehingga mempunyai semacam kontak batin yang terikat jadi mudah saja ia menemukan keberadaan Stevani.
Ia sadar wanita itu masih enggan menerimanya jadi tanpa sepengetahuan Stevani Morgan selalu menyelinap setiap malam di kamarnya.
Keesokan harinya Stevani melakukan rutinitasnya seperti biasa, dia yang merupakan seorang designer khusus gaun pengantin bahkan wanita itu mempunyai butik sendiri.
Ia baru saja selesai bertemu klainnya di sebuah kafe. Karena pasangan itu meminta bertemu di luar saja, suasana baru katanya.
Saat sedang asik menggambar di kertas putih miliknya tiba - tiba saja ada seseorang menggeser kursi di depannya.
Stevani mengangkat wajahnya lalu matanya mendelik melihat ternyata itu adalah mantannya Kriss.
" Hay sayang " ucapnya dengan senyum yang menjijikan menurut Stevani.
" Apa kau sudah bosan dengan pela***mu sehingga kau datang lagi padaku Kriss " ucapnya mencemooh.
" Aku hanya bermain - main dengannya sayang " ucap Kriss berusaha menggapai jemari Stevani tapi dengan cepat wanita itu menariknya.
" Menjijikan " tekannya lalu membereskan peralatan miliknya lalu beranjak dari duduknya tapi tangannya tertahan oleh Kriss.
" Lepass !!" geramnya berusaha melepaskan tapi apalah daya tenaganya tak sebanding dengan pria itu. Dengan sekali tarikan Stevani terduduk di pangkuan Kriss.
" Lepas brengsek " kesalnya, meronta - ronta membuat perhatian beberapa orang teralihkan kepadanya.
"Maaf, tunangan saya sedang ngambek " ucap Kriss sopan membuat mereka percaya.
" Lepaskan, jangan menyentuh istriku dengan tangan kotormu " suara dingin penuh penekanan seseorang membuat siapa pun yang mendengarnya merinding seketika.
Membuat kening Stevani mengkerut berusaha mengingat pria di depannya, dan betapa terkejutnya ia harus berurusan dengan pria itu lagi.
" Kau.. " desisnya pelan.
" Siapa kamu, jangan ikut campur " kata Kriss mencoba melawan ketakutannya.
" Saya beri waktu 10 detik untuk berfikir dan melepaskan tangan kotor mu darinya " lirihnya lalu duduk dengan santai di kursi yang sebelumnya di duduki oleh Stevani. Tapi Kriss tak peduli dan menganggap ancaman itu hanya omong kosong belaka.
" Waktumu habis " ucapnya menakutkan dan secepat kilat ia bergerak menarik Stevani dan memukul Kriss dengan keras hingga terlempar beberapa meter membuat semua orang kaget di buatnya.
Tampak Kriss memuntahkan darah segar dari mulutnya dan setelah itu tak sadarkan diri.Beberapa orang membantu pria malang itu.
" Ayo pulang, kamu pasti lelah istriku " ucap Morgan merangkul santai Stevani seperti tak pernah melakukan kesalahan apa pun.
Semua orang yang meyaksikan kejadian itu merasa Morgan bukanlah orang yang mudah.
" Ba.. baiklah " jawab Stevani dengan bibir bergetar karena ketakutan yang luar biasa pada pria di sebelahnya.
Dengan pasrah Stevani mengikuti Morgan, tak mau memprovokasi pria itu dan membuatnya Semakin marah. " Itu sungguh mengerikan " fikirnya.
" Jangan takut, saya tak mungkin menyakiti istri sendiri " bisik Morgan menenangkan.
Tapi bukannya tenang tapi Stevani bertambah takut bahkan anggota tubuhnya membeku dan kakinya lemas seperti jelly kalau saja tak ditahan Morgan mungkin ia akan luruh kelantai.
Stevani sadar Morgan adalah sosok iblis sejati dengan wajah tampan untuk menipu semua orang.
" Aku harus mencari cara agar bisa terbebas dari iblis ini " batin Stevani.
Karena sibuk dengan fikirannya ia sampai tak sadar mobil yang ditumpanginya melaju menembus kemacetan jalan raya.
" Apa yang kamu fikirkan ??" tanya Morgan meliriknya sekilas.
" hm, tak ada. " lirih Stevani membuang pandangan keluar jendela mobil.
" Saya harap kamu tidak sedang menyusun rencana untuk kabur lagi dariku " ucap Morgan tegas.
" DEG "
Dengan cepat stevani menoleh kearah pria di sebelahnya.
" Bagaimana iblis ini bisa tau, apa dia bisa membaca fikiran " batinnya tak menentu.
Lama keduanya berdiam hingga Morgan memperlambat laju mobilnya di depan gedung apartemen yang lumayan mewah.
" Turunlah, kita sudah sampai " ucap Morgan.
Namun Stevani hanya diam, ia bingung haruskah menuruti ingin iblis berwajah tampan itu atau memberontak saja.
" Ceklek !! Mau turun sendiri atau saya gendong hm, " kata Morgan membuka pintu mobil sebelah Stevani sembari mengangkat sebelah alisnya.
" Aku bisa sendiri !!" Seru Stevani kesal.
Lalu keduanya menaiki lantai tiga dimana letak kamar milik jeson atau yang Stevani tau adalah Morgan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
vivi
Next author 💗💗
2022-10-20
2