Bab 10 - Sebatas halusinasi

Suasana canggung antara keduanya, Stevani yang merasa takut akan kemarahan Morgan sedangkan Morgan merasa tak enak telah salah faham dan meninggalkan wanita itu sendirian.

Bingung ingin memulai dari mana, Stevani yang biasa cerewet seperti kehabisan suku kata.

" Hm, yang tadi malam itu. Saya minta maaf" ucap Morgan dingin menyamarkan rasa malunya.

" I.. iya, aku juga minta maaf. A.. aku beneran nggak menikmati seperti fikiran mu" ucap Stevani gugup.

Stevani menyumpahi Kriss dalam hati, ia bersyukur Morgan tidak marah kepadanya.

" Terimakasih, ini sangat enak " pujinya pada sup jagung yang Stevani buat.

" Benarkah, mau aku buatkan lagi nanti " kata Stevani antusias.

" Boleh" ucapnya beranjak lalu berpamitan pada Stevani.

" TING "

" siapa ??" fikirnya menatap sejenak hp nya.

" Kriss !! mau apa lagi si brengsek ini ??" kesal Stevani, namun ia tetap membuka chat yang di kirim pria itu.

" Hay sayang, bagai mana pembalasanku. Kamu pasti senang dan tunggu hadiah selanjutnya dari ku. Tertanda mantan terindah mu " chat dari Kriss membuat wajah Stevani memerah karena marah.

" Kurang kerjaan " kesalnya meletakkan hp nya sedikit keras.

Tak ingin membalasnya karena pasti Kriss akan besar kepala tapi handphone nya terus saja berbunyi,kriss terus meneror Stevani dengan pesan ancaman yang memprovokasi.

Sore harinya Morgan kembali lebih cepat dari biasanya, pria itu heran melihat wajah Stevani yang di tekuk dan tak sedap di pandang.

" Kenapa ??"

" Apanya ??" Bingung Stevani.

" Wajah mu kenapa, apa ada yang mengganggu mu ??" tanya nya perhatian.

Mendapat pertanyaan itu tiba - tiba akal jahat Stevani bekerja, ia ingin membalas perbuatan Kriss melalui Morgan.

" Lihat ini " ucap Stevani mengadu dengan manja dan menyerahkan handphonenya kearah Morgan.

" Apa ??" bingung Morgan.

" Kriss memprovokasi ku " jelasnya.

" Truss kamu mau apa ??" jawab Morgan.

" Memperingatinya mungkin.. " kata Stevani pelan.

" Begitu ??" ucap Morgan tampak berfikir.

" Aku kan istrimu, menghinaku berarti juga menghina mu " ucap Stevani manja.

" Baiklah, aku akan memperingatinya seperti mau mu " ucap Morgan tegas lalu menuju kamar untuk membersihkan dirinya.

" Mampus kamu Kriss, " batin Stevani tersenyum jahat.

Setelahnya Stevani mengeluarkan bahan makanan dari kulkas, kali ini ia akan membuat makanan spesial untuk Morgan sebagai bentuk rasa terimakasihnya.

Lasagna daging keju adalah pilihannya, Morgan turun dengan bertelanjang dada menampilkan perut kotak - kotaknya.

" Kenapa tidak menggunakan baju sih " lirih Stevani melirik sekilas.

" Kamu bicara apa ??" tanya Morgan.

" Tidak ada " ucapnya menggeleng lirih.

" Duduklah. Sebentar lagi selesai " katanya masih sibuk dengan kegiatannya.

Tak lama kemudian di mendekat dengan menu terakhir di tangannya.

" Ayo di cicipi selagi hangat " katanya lembut lalu keduanya makan dengan tenang.

" Bagaimana pekerjaan mu ??" tanya Stevani basa basi di sela kunyahan nya.

" Hm, baik " ucap Morgan.

Morgan yang kaku dan datar hanya menjawab seperlunya membuat Stevani kikuk, tak mungkin ia bertanya terus seperti wartawan.

" Seperti makan dengan patung " batin Stevani menjerit kesal. Lalu ia tak bersuara lagi hingga keduanya menyelesaikan makan malam.

Stevani sibuk membereskan peralatan makan berbeda dengan Morgan yang memangku laptop menyelesaikan pekerjaan yang ia bawa kerumah.

" Saya akan keluar sebentar, kamu kalau ngantuk tidurlah terlebih dahulu. Jangan menunggu saya pulang " kata Morgan menaiki kamar mereka.

Setengah jam kemudian Morgan muncul dengan pakaian kasual dengan topi terbalik membuat ia seperti mahasiswa yang akan nongkrong bersama teman - temannya.

" Aku ikut.. " pinta Stevani.

" Nggak boleh sayang, saya akan bertemu Kriss juga teman lama dan mungkin sedikit minum " jelasnya agar Stevani membatalkan niatnya.

" Baiklah,jangan pulang terlalu larut" lirihnya yang di balas anggukan patuh Morgan.

Setelah berpamitan Morgan melesatkan mobilnya kearah sebuah bar dimana Kriss berada. Sangat mudah Morgan mengetahuinya lewat batu safir miliknya.

Dengan kartu akses milik jeson memudahkan Morgan memasuki bar yang terkenal hanya untuk kalangan atas saja.

Kriss yang sedang berpesta bersama beberapa temannya dengan ****** di kanan kirinya.

" Boleh saya bergabung ??" tanya Morgan dingin.

" Siapa kamu ??" tanya salah satu teman Kriss.

" Malaikat maut " desis Morgan sinis mengangkat topinya memperlihatkan wajah tampannya.

" Kauu !! " Seru Kriss panik.

" Apa kamu sudah siap ke neraka " desisnya mengerikan.

" Sialan, hajar dia " perintah Kriss pada teman - temannya.

Perkelahian tak terelakkan, Morgan sengaja tak menggunakan kekuatannya untuk mempermainkan Kriss bersama kacung - kacungnya.

Tinjuan keras di layangkannya tepat di wajah Kriss hingga terdengar suara retakan tulang.

" Oh sialan " maki Kriss memegang hidungnya yang berdarah.

Morgan menghajar Kriss hingga babak belur terutama bagian mulutnya yang sudah tak berbentuk lagi.

" Saya peringatkan untuk jangan pernah menggangu stevani lagi, apalagi sampai mengancamnya. Mengerti " ucapnya menyeramkan, lalu meninggalkan ruangan yang telah hancur lebur akibat pertarungan mereka.

Dengan tergesa gesa Morgan meninggalkan bar untuk menemui istrinya. Entah mengapa ia tiba - tiba sangat merindukannya.

Setibanya di apartemen miliknya di ayunkan kakinya menuju kamar mereka dimana Stevani berada. Terlihat sosok itu meringkuk seperti seorang bayi, membuat Morgan gemas melihatnya.

" Calon permaisuri yang unik " lirih Morgan mendekatkan tubuhnya mengusap Surai Stevani lembut takut membangunkan si putri tidur.

Morgan beranjak keluar menuju tempat rahasianya, menghela nafas berat memikirkan misinya yang tak kunjung selesai.

" Di mana kalung itu berada ??" tanya kesal.

" Saya takut kalau terlalu lama menemukannya membuat yang mulia raja bertindak dan mengirim seseorang kesini " batinnya memikirkan beberapa kemungkinan buruk.

Masalah Morgan yang sangat berat membuatnya berkali kali mendesah frustasi, sehebat apa pun dia pasti tak berkutik di depan ayahandanya.

Matanya terasa berat dan tak sadar jatuh tertidur.

Meskipun Morgan seorang bangsa jin tetapi semenjak merasuki tubuh jeson ia akan seperti manusia pada umumnya yang bisa merasakan ngantuk juga lapar.

* * * * *

Keesokan harinya semuanya berjalan seperti biasa Morgan yang berangkat ke kampus dan Stevani yang berdiam diri di apartemen.

" Terima kasih Miss Joana " ucap Stevani tersenyum, mengantarkan seorang wanita muda yang bekerja di jasa kebersihan keluar dari unitnya.

" Sama - sama " jawabnya ramah.

Morgan memang memakai jasa kebersihan dua kali dalam sebulan

" Coba aja gini tiap hari " ucapnya tersenyum senang menyandarkan punggungnya ke sofa empuk di ruang tamu.

Tapi baru beberapa menit suara bell mengalihkan perhatiannya.

" Siapa lagi sih, apa Miss Joana ?? tapi kenapa kembali lagi " lirihnya menduga - duga.

Namun kakinya tetap melangkah meski sempat mendumel beberapa kali karena merasa terganggu dengan aktivitasnya.

" Ada a... pa " ucapnya terputus saat seseorang yang sangat di kenalnya tampak berdiri di hadapannya, walau ia menggunakan penyamaran seorang kurir namun wangi parfum Kriss yang khas tak mampu membohonginya.

Dengan reflek ia menutup pintunya namun cepat di tahan dari luar oleh Kriss.

" Tunggu,Stevani sayang " desisnya penuh penekanan.

" Pergi !! " teriak Stevani.

" Apa kau tak merindukan ku, ******??" Ucapnya mendorong pintu dengan sekali dorongan.

" Apa mau mu ??" sentak Stevani.

Di liriknya hari bahkan masih jam 4 sore tak mungkin Morgan kembali dan menolongnya dari Kriss.

Dengan cepat Kriss menahan tangannya dan menarik Stevani kearahnya.

" Lep.. " ucap Stevani terputus karena Kriss telah membiusnya dengan sapu tangan.

Tak lama muncullah beberapa pria membantu Kriss membopong Stevani setelah memasukkannya ke dalam sebuah kardus agar tak di curigai oleh penjaga.

" Kita kemana bos ??" tanya salah satu anak buah Kriss yang bertugas mengendari mobil.

" Ke apartemen milik ku " desis Kriss melepas atribut penyamarannya satu persatu.

Sesampainya disana di angkatnya Stevani bridal style, penjaga yang mengenal Kriss hanya menganggukkan kepala sopan.

Perlahan di letakkan nya Stevani yang tak sadar di atas kasur miliknya.

" Lama tak melihatmu kau bertambah seksi dan berisi " ucap Kriss dengan mata liar memperhatikan setiap lekuk tubuh Stevani.

Di dekatkan wajahnya ke bibir tipis stevani namun tertahan saat mendengar suara gaduh di luar kamarnya.

" Sialan " umpatnya. Lalu beranjak kearah pintu.

" Ada apa ini ??" ucapnya dengan marah.

" Kriss.. mereka melarang ku bertemu dengan mu " kata Melani dengan suara mendayu dayu.

" Bukankah sudah ku katakan kalau hari ini aku sedang sibuk Mela " tekan Kriss dengan nada marah.

" Tapi aku kangen, bahkan seminggu ini kamu tak ada kabarnya " rajuknya.

" Aku akan menemui mu besok malam, setelah pekerjaan ku di sini selesai. Sekarang kembalilah tinggalkan tempat ini " ucapnya dengan halus berusaha menahan amarahnya berharap wanita itu segera pergi.

" Janji ??" kata Melani memastikan yang di balas ciuman singkat oleh Kriss.

Akhirnya meski dengan berat hati Melani pergi meninggalkan apartemen milik Kriss.

" Dasar ****** " maki Kriss melihat kepergian Melani lewat kaca apartemennya.

Tampak hari telah gelap menandakan malam telah tiba, Kriss kembali ke kamarnya mengecek keadaan Stevani.

Fikiran liar membasuh fikiran Kriss membuat ia nekat mencumbui Stevani yang dalam keadaan tak sadar, tak puas sampai disitu tangannya menelusup kedalam kaos longgar milik wanita itu.

Berbeda dengan Morgan yang mengamuk mencari keberadaan Stevani keseluruh ruangan berfikir bahwa Stevani kabur darinya.

" Saya akan menemukan mu dan akan membawa dirimu ke kerajaan " janjinya dengan amarah di dadanya.

Dengan mengandalkan batinnya yang terhubung dengan sang istri akhirnya Morgan tiba di sebuah unit apartemen.

Dengan kekuatannya Morgan tiba di depan Kriss yang sibuk menjamah setiap inci tubuh Stevani membuat Morgan seketika murka di buatnya.

" Kurang ajar. Apa yang kamu lakukan kepada permaisuri ku " marahnya secepat kilat menghempas tubuh Kriss yang berada diatas Stevani hingga terpental ke dinding dengan keadaan mengenaskan.

Mendengar suara berisik yang samar disekitarnya membuat Stevani berusaha membuka matanya tapi rasa pusing menyerangnya membuatnya melenguh kesakitan.

" Apa yang terjadi dan di mana aku " batinnya.

Lain halnya Morgan dengan amarah yang memuncak ia mencekik Kriss tak sampai disitu kepala Kriss juga menjadi sasarannya, di hantuk - hantukkannya ke dinding.

" Memohonlah untuk kematian mu ... Memohonlah.. " desis Morgan dengan suara mengerikan.

Dengan usahanya akhirnya Stevani dapat membuka matanya meski belum dapat menggerakkan tubuhnya karena tenaganya yang masih lemah.

" Morgan.. Kriss.. " batinnya shock dengan pemandangan di hadapannya.

Tubuhnya yang baru saja pulih kembali melemah dengan ketakutan menguasainya, saat pandangannya mulai mengabur begitu pula Kriss yang juga sudah tak bernyawa.

Keesokan harinya Stevani terbangun di dalam pelukan posesif Morgan.

" Uugh " leguhnya.

Perlahan ia melepaskan diri dari kukungan pria itu dan berlalu kekamar mandi. Dipandanginya pantulan dirinya lewat cermin bulat yang ada di sana.

" Uhhff.. " desisnya kesakitan saat sebuah ingatan samar melintas di fikirannya. Seperti bayangan dua orang yang saling membunuh lebih tepatnya seseorang mencekik yang lainnya.

" Apa itu ? " Batinnya sambil mengatur nafasnya.

" Apa itu ingatan ku sebelumnya. Tetapi ini terasa aneh juga mengerikan, kenapa aku tidak bisa mengingat kejadian kemarin " lirihnya kebingungan seperti orang linglung.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya dan melakukan aktifitas seperti biasa ia berniat akan menanyakan masalah yang dialaminya kepada Morgan.

" Boleh aku bertanya ??" Ucap Stevani saat mereka sedang menikmati sarapan.

" Apa ??" tanya Morgan di sela kunyahan nya.

" Apa yang terjadi kemarin dan kenapa aku tidak bisa mengingatnya ??" lirih Stevani memandang intens Morgan yang tetap santai.

" Bukannya kemarin kamu di apartemen saja dan saat saya tiba dari kampus kamu tertidur sampai pagi ini. Saya fikir mungkin kamu kelelahan jadi halusinasi, kamu bisa kurangi aktifitasnya. " Ucap Morgan panjang lebar bahkan ia sempat menghentikan suapannya.

" Benarkah itu halusinasi " lirih Stevani.

" Hm, mulai besok saya akan memakai saja kebersihan dua hari sekali agar kamu tidak terlalu lelah " ucap Morgan menyelesaikan makannya lalu berpamitan kepada stevani.

Terpopuler

Comments

DearPE

DearPE

Lanjut thor, ceritanya seru banget

2022-11-01

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 43 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!