Tibalah keduanya didepan sebuah pintu berwarna hitam, tanpa melepaskan genggaman tangannya Morgan membuka akses pintu lalu menarik Stevani masuk dengan setengah menyeretnya.
" Uuh sakit " desis Stevani karena Morgan yang terlalu kuat menggenggam tangan mungilnya.
" Sorry " ucap Morgan melepaskan genggamannya.
" Sekarang kamu tinggal dengan saya " imbuh morgan datar.
" Nggak !! Mana bisa begitu. Kita nggak punya hubungan apa - apa " ucap Stevani kesal berjalan kearah pintu tapi tarikan ditangannya membuatnya berhenti.
" Kamu istri saya, sudah seharusnya tinggal disini dan melayani saya seperti seharusnya " ucap Morgan penuh penekanan yang membuat bulu kuduk Stevani berdiri.
" Sialan, nih orang seram banget sih " ucap batin Stevani merinding memejamkan beberapa detik matanya menghalau rasa takut yang tiba - tiba menderanya.
" Aku bukan istrimu dan kapan kita menikah, ka.. kalau cuma one night stand ku rasa itu hal wajar terjadi " ucap Stevani yang awalnya tegas menjadi gugup saat malam keramat itu melintasi fikirannya.
" Lepasin " kesal Stevani menarik tangannya dari genggaman Morgan.
" Nggak akan istriku " ucap Morgan menarik Stevani ke pelukannya.
" Lepas !! " Seru Stevani nyaring dengan meronta - ronta.
" Jangan banyak bergerak atau kamu mau kita mengulang malam indah itu lagi " bisik Morgan sensual membuat Stevani merinding dan menghentikan gerakannya.
" Kurang ajar " batin Stevani tapi sedetik kemudian ia tersenyum tipis merasa menemukan ide di otaknya.
" Ekhem.. Aku nggak akan pergi tapi lepasin dulu, aku nggak bisa nafas " keluhnya.
Morgan menaikkan sebelah alisnya tapi segera melepaskan balutan tangannya membiarkan istri kecilnya itu menghirup udara sebanyak banyaknya.
" Mau minum apa ??" tanya Morgan.
" Hn, bolehkah aku beristirahat saja ??" tanya Stevani memasang wajah polosnya.
" Silahkan, mari ikut saya " ucap Morgan melangkahkan kakinya menuju tangga kecil menuju kamarnya.
Apartemennya yang luasnya 20x20 meter persegi di disain dengan satu kamar tidur diatas dengan gaya modern dan ruang tamu menyatu dengan ruang santai, dapur mini bar tidak terlalu besar tapi terasa lengang karena tak banyak barang didalamnya.
" Kalau mau mandi boleh gunakan baju saya dulu, nanti kita cari keperluan kamu juga sekalian belanja bahan makanan " kata Morgan dengan senyum tipis dibibir ranumnya.
" Hm " lirih Stevani.
" Saya harus menyelesaikan pekerjaan dulu" katanya mengacak puncak kepala Stevani lalu melangkah pergi.
" Hm, dia fikir aku akan terpesona gitu " lirih Stevani mengatakan kebalikan dari hatinya dengan pipi merona oleh tingkah laku Morgan yang tampak begitu manis baginya.
Dihempaskannya tubuhnya di kasur empuk Morgan tanpa melepas alas kakinya.
" Yah, andai aku benar benar istrinya. Tapikan kita tak pernah menikah,masak hanya gara gara malam panas itu aku jadi istrinya, apa pria itu gila atau ada kelainan " lirihnya bertanya tanya, bingung kenapa Morgan meng klaimnya sebagai istri.
Karena asik dengan fikirannya tak sadar jatuh tertidur.
Suara berisik di dapur mengusik ketenangan tidur Stevani.
" Astaga !!" Serunya saat melihat hari sudah gelap.
" Bodoh, bagaimana aku bisa tidur nyenyak saat dikandang buaya " rutuknya pada diri sendiri.
Di langkahkan kakinya perlahan - lahan mengintip kearah dapur.
" Seksi " lirihnya tapi cepat ia menggeleng membuang fikirannya bagaimana tidak Morgan dengan tubuh profesionalnya hanya menggunakan singlet hitam yang kontras dengan tubuhnya tampak lihai dengan peralatan dapur.
" Sudah puas melihatnya, ayo kemarilah " ucap Morgan masih fokus pada masakannya.
Merasa ketahuan Stevani keluar dari persembunyiannya dengan wajah seperti kepiting rebus karena malu.
" Duduklah, sebentar lagi selesai " katanya menoleh sebentar dengan senyum tipis khasnya.
" Saya sudah membeli beberapa stell pakaian untuk kamu" kata Morgan sambil terus meracik masakannya.
" Em, terimakasih " jawab Stevani yang sempat terkejut oleh perhatian Morgan kepadanya.
Morgan memang berbelanja seorang diri karena tak tega harus membangunkan Stevani yang tertidur sangat pulas, dan memilih secara random pakaian untuk sang istri.
Sepuluh menit kemudian berbagai jenis makan yang terlihat lezat tersaji di depan Stevani membuat liur wanita itu hampir saja menetes.
" Makanlah, atau liur mu akan mengotori meja makan " canda Morgan tapi wajahnya tetap saja datar membuat Stevani bingung akan tertawa atau menangis.
Keduanya makan dalam keadaan hening hingga selesai Stevani menawarkan akan membereskan sisanya sebagai ucapan terimakasih atas makanannya.
" Anggaplah sebagai penyambutan mu sebagai istri saya " jawab Morgan saat Stevani mengucapkan terimakasih.
" Harapan mu terlalu tinggi sayang " batinnya menyembunyikan senyum sinis di bibirnya, tapi secepat kilat dia menerbitkan senyum manis saat Morgan melihat kearahnya.
" Hm, Morgan bisa kita bicara " kata Stevani saat menyelesaikan kerjaannya sambil mengeringkan tangannya dengan lap bersih.
" Kemarilah " katanya menepuk kursi sebelahnya.
Dengan ragu Stevani mendekat tapi sedetik kemudian di mundur selangkah dan meletakkan bokongnya di kursi seberang Morgan membuat pria itu menggeram di buatnya.
Senyum kemenangan terukir di bibir cantiknya merasa puas telah mempermainkan Morgan.
" Bicaralah " kata Morgan dingin.
" Aku mau kita tidur secara terpisah " kata Stevani mengangkat dagunya angkuh.
" Tidak boleh, " kata Morgan keras membuat Stevani tersentak karena terkejut tapi secepat kilat ia mengubah mimiknya.
" Alasan apa yang membuat kita harus tidur bersama, kita bukan suami istri dan juga aku tak pernah merasa kita telah menikah sebelumnya " kesal Stevani.
" Kau... " Marah Morgan secepat kilat mencekik leher Stevani membuat wanita itu kesulitan bernafas.
Kata - kata Stevani yang tak menginginkan dirinya seolah menghinanya sebagai seorang pangeran dan menimbulkan sisi arogannya yang selalu di sanjung dan di hormati kaumnya.
" Le.. pas " lirihnya berusaha melepaskan cengkraman Morgan di lehernya tapi pria di depannya sangat kuat seperti monster yang kehilangan kendali.
Lelehan cairan bening dimata Stevani menyadarkan sisi iblisnya, dilepaskannya cengkraman tangannya dengan penuh penyesalan telah menyakiti istri kecilnya.
" Maaf " lirihnya menggendong Stevani menuju dimana kamarnya berada lalu membaringkan Stevani dengan sangat lembut dan memposisikan dirinya disebelah Stevani dan memeluknya erat.
Stevani yang kehabisan tenaga tak mampu memberontak hanya pasrah direngkuh pria kejam itu.
" Dasar tak tau diri, bahkan pelukan pria iblis ini sangat hangat baginya " makinya pada tubuhnya yang merasa sangat nyaman di dalam pelukan Morgan.
Pelukan yang terasa familiar tapi Stevani tak pernah menyadari bahwa pelukan hangat inilah yang selalu menghangatkan tubuhnya setiap malam sejak kejadian itu.
" Aku harus bisa lari dari pria ini, kalau nggak hidupku pasti hancur " gerutu Stevani sembari berfikir menyusun rencana yang mungkin bisa membuatnya lepas dari jerat iblis tampan ini.
Meski dengan mata terpejam dan tubuh yang lemah Stevani tetap memaksa otaknya berfikir keras menyusun rencana membuat Morgan lengah terhadapnya.
Karena sibuk berfikir keras ia jatuh tertidur di dalam pelukan pangeran iblis, tak pernah terfikir oleh keduanya bahwa takdir keduanya saling terkait satu sama lain bahkan sang takdir pun ikut terlibat dalam kisah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments