Pagi harinya Stevani terbangun lebih awal dan menyiapkan sarapan karena Morgan harus ke kampus pagi hari.
" Selamat pagi " ucap Morgan mendudukkan bokongnya di kursi bar.
" Pagi " ucap Stevani tersenyum lalu menyiapkan satu cangkir Coofee di depan Morgan, seperti kebiasaannya setiap pagi.
Keduanya sepakat akan memulai semuanya dari awal seperti pasangan pada umumnya walau pun Stevani masih merasa ganjil dengan status istri yang di milikinya tapi ia tak mau membahas dan takut menyinggung Morgan.
" Saya pulang awal hari ini, Apa ada tempat yang ingin kamu datangi ??" tanya Morgan dan keduanya memulai sarapan.
" Belum ada rencana, nanti akan ku beritahu kalau sudah menemukannya " jawab Stevani.
" Baiklah, " desis Morgan.
Selesai sarapan Stevani mengantar Morgan kedepan pintu dan melambaikan tangannya.
" Sampai kapan harus begini " lirih Stevani terdengar lesu, menjadi tawanan Morgan dan harus merelakan karirnya yang sedang bagus itu terasa sangat berat bagi wanita muda itu.
" Bagaimana kabar para pengkhianat itu " ucap Stevani tiba - tiba teringat dengan mantannya.
Segera ia berlalu ke dalam kamar menyambar tasnya mengambil handphonenya yang telah lama tak digunakannya.
" Yah lowbet " keluhnya, lalu meraih cas milik Morgan.
Setelah menunggu 15 menit kemudian barulah ia bisa membuka sosial media yang menampilkan daftar nama orang yang paling di bencinya saat ini.
" Tak sebahagia yang ku bayangkan dan aku berharap melihat kehancuran mereka " lirihnya melihat Sosial media Melani juga Kris dengan penuh dendam.
Karena terlalu asik berselancar di sosmed dan berbalas pesan dengan para karyawannya, Stevani jatuh tertidur sampai dirasanya seseorang menyentuh bibirnya.
" Uhhg.. " leguh Stevani.
" Sudah bangun " bisik Morgan dengan halus.
" Jam berapa ini " tanya Stevani dengan suara serak khas orang bangun tidur.
" Jam lima sore " kata Morgan memeluk erat istri kecilnya.
" Serius !! " seru Stevani hendak bangun namun tertahan oleh pelukan Morgan.
" Lepas dulu " rengek Stevani.
" hm, mandilah. Kita akan makan malam di luar " ucapnya melepaskan Stevani dari lilitan tangannya.
Malam harinya Stevani sudah siap dengan dress marun yang menonjolkan beberapa aset berharganya, begitu juga dengan Morgan ia sangat tampan dengan kemeja dongkernya .
" Sudah siap ??" tanya Morgan.
" Ya " jawab Stevani lalu keduanya pergi dengan bergandengan tangan terlihat seperti pasangan yang sedang di mabuk asmara padahal yang terjadi malah sebaliknya.
Mobil melaju menuju keramaian dan setelah satu jam lamanya berkendara keduanya sampai di restoran yang telah Morgan pesan.
" Ayo " ajaknya membuka pintu di sebelah Stevani membuat wanita itu tersipu atas perlakuan manis Morgan.
" Terimakasih.. " ucapnya lalu keduanya melangkah memasuki restoran dengan gaya modern masa kini.
" Silahkan tuan, nona " ucap seorang pelayan wanita menyodorkan buku menu.
" Saya pesan beef steak dengan setengah matang satu dan Lemon tea. Kamu pesan apa ??" tanya Morgan menoleh pada Stevani.
" Samakan saja " ucap Stevani menoleh pada pelayan yang melihat Morgan penuh minat, bahkan beberapa kali dengan sengaja mendekatkan tubuh sintalnya berusaha menggoda Morgan.
" Yah.. pria ini memang sangat tampan, kalau di posisi pelayan ini mungkin aku juga jatuh cinta. Tapi disini aku sangat tau betapa kejamnya sifatnya. " batin Stevani memperhatikan wajah rupawan Morgan lama.
" Ada apa ??" tanya Morgan setelah pelayan itu pergi dengan wajah masam karena tak berhasil menarik perhatian pria berwajah datar itu.
" Kamu sangat tampan " jujur Stevani.
" Benarkah ??" tanya morgan yang di balas senyum tipis oleh Stevani.
" Aku bahkan lebih tampan dari wajah ini " desis Morgan memajukan tubuhnya kearah Stevani.
Alis wanita itu mengkerut bingung tapi saat akan membuka mulutnya, suara tak asing menyapa pendengarannya.
" Apa kabar sayang ?? "
Keduanya menoleh ke arah datangnya suara, lalu keduanya memasang wajah kesal setelahnya karena merasa terganggu atas kedatangan orang itu.
" Kriss.. !! mau apa lagi. Kita sudah tidak ada urusan " kesal Stevani.
" Ayolah sayang, apa kau tak merindukanku. Bukankah kamu bilang sangat mencintaiku tapi kenapa sekarang kamu pergi dengannya ?? " ucap Kriss memasang wajah melasnya.
Stevani tau kalau Kriss hanya ingin membuat Morgan marah, dan Stevani tak mau itu terjadi .
" Cukup Kriss, pergi sekarang " kata Stevani bangun dan menarik paksa, berusaha menyeret pria itu agar pergi dari sana.
Kesempatan bagi Kriss memeluk Stevani dan secepat kilat Melahap rakus bibir Stevani di hadapan Morgan yang berusaha mengatur nafasnya.
Kriss memang gila, tak sadarkah ia telah membangunkan seorang iblis.
" Stevani .. " lirih Morgan kecewa karena Stevani tak menolak ciuman itu.
Suara tamparan mendarat di pipi Kriss dengan keras, bahkan cap tangan tampak jelas di pipi putihnya.
" Sialan !!! " makinya marah dengan nafas terengah - engah.
" Morgan.. " lirihnya menoleh tapi tak menemukan keberadaan pria itu.
" Kemana dia ??"
" Kenapa marah, bahkan kamu sendiri menikmatinya " ucap Kriss menyebalkan.
" Aku akan membalas mu, Ingat itu !! " seru Stevani lalu berlari keluar mencari keberadaan Morgan.
" Yatuhan.. cobaan apa lagi ini " batin Stevani sedih.
Stevani sadar kemarahan Morgan akan berakibat buruk pada dirinya, entah hukuman apa yang ia terima setelah ini.
Di sebuah hutan suara menggelegar beserta pohon - pohon yang tumbang sangat mengerikan seperti sebuah kiamat kecil dengan kilat menyambar nyambar ke segala arah.
Semua itu berasal dari seorang mahluk berwajah pucat dengan mata ungu bertanduk merah dengan gigi - gigi runcing yang sangat tajam, sangat mengerikan tapi juga tampan jika di perhatikan, perpaduan antara dewa juga iblis di dalamnya.
Itulah wujud asli Morgan sebagai pangeran iblis kerajaan gaib.
" Kenapa ini sangat menyakitkan " ucapnya menepuk dadanya marah.
" Ternyata dia memang tidak menginginkan diriku, tapi bukankah dia adalah istriku. Seharusnya dia mencintaiku bukan pria lain " gerutunya seperti anak kecil.
Morgan yang memang seorang pangeran yang pintar juga kuat tapi seperti kata orang tak ada yang sempurna begitu jugalah Morgan yang tak pernah dekat dengan perempuan manapun selain ibundanya jadi dia tak bisa memahami perasaan wanita.
Pengetahuannya tentang cinta sangatlah minim dan memprihatinkan.
Karena masih merasa marah kepada stevani, Morgan memutuskan tidak kembali ke apartemennya.
" Apa yang harus kulakukan, melepaskannya jawabannya pasti tidak mungkin karena dia istriku " batinnya mendesah berat merasa putus asa karena selama ini dia hanya memiliki raganya saja tapi tidak dengan hatinya.
Waktu dini hari Morgan memutuskan kembali meski masih merasa marah akan tetapi rasa khawatir lebih mendominasi di fikirannya karena telah meninggalkan Stevani di restoran sendirian.
" Apartemen !! " serunya menggunakan sihirnya karena malas harus menyetir sendiri.
Beberapa detik kemudian ia telah di parkiran apartemennya lalu segera ia bergegas ke unitnya mencari keberadaan Stevani ke kamar mereka.
" Kemana dia, apa pergi dengan pria itu " katanya dengan sinis.
Tapi saat akan ke dapur ia melihat seseorang tertidur di kursi bar, tak sadar bibirnya tersenyum tipis merasa lega bahwa dugaannya salah.
" Maaf " lirihnya membopong tubuh mungil itu ke kamar mereka.
Menyesal meninggalkan wanita ini sendiri disana,rasa cemburu membuat Morgan tak bisa berfikir dengan jernih bahwa Stevani juga tak menginginkan kejadian tak mengenakkan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments