Sampai siang harinya Stevani masih saja memikirkan bayangan aneh itu.
" Aaaah.. !!! kenapa aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. " pekiknya frustasi.
" hm, mungkin pria kaku itu benar. Lebih baik aku membuat kue agar fikiran ku kembali normal " ucapnya berusaha mengalihkan fikirannya. Setelahnya yang ia lakukan hanya bermalas - malasan di atas kasur hingga sore hari.
Kepekaan Stevani bertambah selama menjadi istri dari pangeran Morgan, saat melihat pria itu yang pergi dengan terburu- - buru memaksa instingnya menajam.
" Apa yang di kejarnya, apakah sesuatu yang penting " ucap lirih Stevani mulai kepo.
" Ini tak biasa " katanya semangat mengambil Hoodie juga mencangklok tasnya dengan berjalan setengah berlari mengikuti langkah pria itu.
Bermodal nekat ia menyetop sebuah taksi menyuruh sang supir mengikuti mobil sport hitam milik Morgan.
Sudah hampir satu jam Stevani mengikuti Morgan bahkan wanita itu hampir mati kebosan.
" Mau kemana pria aneh ini, mengapa mobilnya tidak berhenti - henti " gerutunya memakai Morgan.
Samakin lama jalanan yang di laluinya semakin kecil, entah apa tujuan Morgan pergi ke gang sempit ini fikir Stevani.
" Nona ini sudah terlalu jauh, apa tidak sebaiknya kita pergi dari sini, berbahaya " ucap supir taksi entah sudah beberapa kali mengingatkan wanita itu tapi tekat Stevani sudah bulat untuk mengikuti Morgan jadi tak menghiraukannya.
" Tak masalah pak, terus ikuti saja. Saya akan membayar anda dua kali lipat " ucapnya lugas.
" Hm, baiklah " jawab supir itu pasrah sambil terus Fokus mengikuti mobil Morgan.
" Stop disini pak !! " ujar Stevani berseru.
Dari taksi yang ia tumpangi tampak Morgan turun dari mobilnya menuju jalanan yang lebih sempit dan hanya muat untuk pejalan kaki.
Terpaksa Stevani juga turun dan dengan diam - diam mengikuti Morgan tapi sebelumnya mengingatkan sang supir agar menunggunya.
Morgan yang awalnya hanya fokus pada gilirannya teralihkan dengan suara grasak grusuk di belakangnya.
" Stevani " batinnya gusar setelah menajamkan penciumannya.
" Dasar wanita itu selalu saja di luar kendali ku " lirihnya tersenyum seram lalu mengubah haluannya yang awalnya ingin menemui utusan raja tapi kini berbalik arah demi mengecoh Stevani dan menghilang di tikungan.
" Ke.. kemana dia ??" desis Stevani bingung karena targetnya menghilang.
" Apa dia mengetahui keberadaan ku. Mati lah kau Stevani " keluhnya frustasi.
Masih ingat di benaknya kekejaman Morgan, dan entah berapa banyak misteri tentang pria kaku itu yang beberapa kali menyakitinya bahkan hampir merenggut nyawanya.
Sedangkan Morgan yang menghilang kini muncul tepat di sebuah hutan yang tak terlalu lebat namun tampak mencekam karena di huni beberapa bangsa jin yang terusir dari kerajaan mereka.
Morgan memasang aura kebangsawanannya yang sangat mencekam saat memasuki area itu membuat semua penghuni di sana tampak ketakutan.
" Pangeran, perkenalkan saya Amardo " ucap seseorang yang datang dari arah samping.
Dengan wajah tampan dan perawakan seperti Morgan pria itu berlutut tanda penghormatan.
" Hm, apa kau tau apa tugasmu??" tanya Morgan dingin membuat pria yang mengaku bernama Wiliam membeku sesaat.
" Iya tuan " katanya pelan.
" Jangan coba mencampuri urusan ku selain misi mencari kalung itu " tekan Morgan dengan dingin.
" Baik, pangeran " katanya tegas.
Lalu berbalik dan dengan sekejap mata menghilang dari sana membuat semua yang ada di sana menghela nafas lega.
* * * * *
Stevani berjalan gontai keluar dari dalam taksi menuju unit apartemen Morgan.
Rasa kesal masih merajai hatinya karena tak berhasil mengetahui yang di lakukan morgan di belakangnya.
Sambil menggerutu ia melangkah masuk ke dalam apartemen menghentak hentakkan kakinya seperti anak kecil yang merajuk mainannya di ambil.
" Dari mana saja kamu ??" tanya suara dingin yang penuh penekanan membuat jantung Stevani serasa terjatuh dari tempatnya.
" Ka.. kamu su.. sudah pulang " ucap Stevani tergagap menjawab yang tak sesuai dengan pertanyaan Morgan.
" Dari mana ??" ulang Morgan.
" Dari market depan " jawab Stevani cepat.
Tapi jawabannya membuat dahi Morgan mengerut dengan mata memicing membuat Stevani tambah ketar ketir di buatnya.
" Beli apa ??" tanya Morgan lagi.
" Em, Makan mi " ucap Stevani setelah berfikir keras.
" Oh ya " lirih Morgan mulai melunak walau sebenarnya ia hanya ingin membalas Stevani yang berusaha membuka jati dirinya.
" Bisa buatkan saya Coofee " ucap Morgan lembut.
" Aku harus ke kamar dahulu, tunggulah sebentar " jawab Stevani melangkahkan kakinya dengan cepat.
" Syukurlah si kaku percaya " batinnya lemas mendudukkan tubuhnya diatas kasur karena terlalu ketakutan kepada Morgan.
" Tetapi kenapa dia kembali lebih cepat, apa aku salah mengikuti orang atau jangan - jangan " batinnya gusar mencoba menduga - duga.
" Dia bisa tebang " lirihnya lalu terkekeh lucu merasa konyol dengan pemikirannya.
Setelah batinnya mulai tenang Stevani melangkahkan kakinya ke arah dapur untuk membuatkan pesanan tuan rumah.
" Maaf aku tidak masak malam ini ,apa kau lapar atau biar aku delivery sekarang " cerocos Stevani setelah meletakkan secangkir kopi di depan Morgan.
" Saya sudah memesannya mungkin sebentar lagi sampai " ucap Morgan santai, sepertinya ia sudah mulai terbiasa dengan gaya berbicara wanita di depannya.
Tepat Morgan menyelesaikan ucapannya bell apartemennya berbunyi.
" Biar aku saja " ucap Stevani beranjak dan menyambar dompet Morgan di atas meja.
" Aku siapkan dulu " ucapnya berlalu dengan tangan yang menenteng kresek dari restoran terkenal.
Lima belas menit kemudian keduanya telah makan dengan lahap tanpa berbicara sedikit pun bahkan mereka hampir menghabiskan makanan itu dalam sekejap.
" Setelah ini saya akan pergi keluar, kamu tidurlah terlebih dahulu jangan menungguku" kata Morgan setelah berhasil menghabiskan makannya.
" Baiklah " lirih Stevani.
Morgan berjanji kepada Amardo akan mengatur strategi untuk menemukan kalung itu bersama - sama.
*****
Sudah beberapa hari berlalu sejak Morgan menjalankan rencananya bersama Amardo sang utusan.
" Pangeran, mungkin saya akan tinggal bersama anda. Agar lebih mudah memantau keberadaan kalung itu " ucap Amardo bukan tanpa alasan karena batu safir itu bersama pangeran, salah satu petinggi kerajaan yang memilikinya.
" Tetaplah di tempat tinggal mu sekarang " tekan Morgan tidak suka.
" Kenapa pangeran, bukankah itu memudahkan anda " bingung Amardo.
" Jangan melebihi batas mu " marah Morgan mengingatkan posisi Amardo membuat pemuda itu menunduk mengingat ke lancangannya.
" Ma.. maaf kan saya yang pangeran " ucapnya takut sembari membungkuk berkali kali.
" Bangunlah. Teruslah memantau, saya akan kembali sekarang " ucapnya sedetik kemudian menghilang.
Sedangkan Amardo merasa penasaran tentang pangeran yang seperti menyembunyikan sesuatu.
Lalu dengan seringai liciknya ia berniat menyelidikinya, Amardo adalah kaki tangan sang adik Justine jadi jangan heran kalau ia berniat jahat karena memang itu salah satu niatnya datang.
Keesokan harinya Amardo sudah di sekitaran unit apartemen milik Morgan, dengan alat khusus miliknya ia dapat melihat semua dengan tembus pandang. Saat perhatiannya teralihkan oleh sosok Morgan dan segala rutinitasnya tanpa di ketahui Morgan.
Senyum kemenangan hadir di bibirnya setelah mengetahui rahasia besar Morgan dan merencanakan kehancuran Morgan.
Setelah di lihatnya Morgan pergi dengan mobilnya barulah ia mendekat kearah Stevani.
" Siapa wanita ini, kenapa pangeran tinggal bersama seorang manusia wanita " Lirihnya.
Lalu ia berjalan jalan meneliti hunian sang pangeran, tanpa perlu khawatir Stevani melihatnya karena ia tak kasat mata.
" Hm, Bau ini sedikit aneh. Seperti perpaduan antara bangsaku dan manusia bukannya ini tempat tidur pangeran. Atau jangan - jangan .." Katanya mencoba menerka nerka lalu kemudian ia tersenyum miring.
" Pangeran berhubungan dengan manusia " sambungnya dengan rawa menggelegar dan sedetik kemudian menghilang dari sana.
Dan malam harinya seperti biasa Amardo dan pangeran menjalankan misinya.
" Pangeran saya merasa harus tinggal bersama anda agar memudahkan komunikasi kita " Ucapnya sekali lagi.
" Tidak bisa " ucap Morgan tegas.
" Kenapa ??" ucap Amardo tak kalah tegas.
" Kamu tidak pantas tinggal bersama ku " hina Morgan membuat Amardo geram.
" Tapi kenapa manusia hina itu pantas tinggal bersama mu pangeran " ucap Amardo.
" Kau .. !! dari mana kau tau mengenai itu " marah Morgan.
" Kau memata matai ku" geramnya.
" Ya.. dan saya akan melaporkan ini pada yang mulia raja " tekannya.
" Harusnya anda sadar bahwa bangsa kita pantang menikahi manusia " sambungnya hendak berlalu pergi dari sana.
Tapi sebelum itu Morgan mencengkeram lehernya kuat namun dapat di tangkis Amardo dengan mudah dan perkelahian tak bisa di hindari.
Dengan lincah Amardo menyerang balik namun dapat di tangkis Morgan dengan mudah, tak menyerah Amardo menggunakan kaki menendang dada Morgan namun pria itu mundur secepat kilat.
" Sudah cukup bermain - mainnya " lirih Morgan. Secepat kilat mencekik Amardo dengan tangannya yang bercahaya ungu tipis sedetik kemudian Amardo mengering kemudian berubah menjadi abu.
" Ini akibatnya kalau kau terlalu ikut campur " ucap Morgan dengan dingin menatap abu di genggamannya.
Morgan sadar kalau berita kematian amardo telah menyebar di kerajaan gaib karena setiap seseorang yang mengambil misi kerajaan pasti akan bersumpah dan terikat dengan sang raja. Jadi raja Flipe tau kalau pejuangnya berkhianat atau tewas saat menjalankan misi.
" Maaf ayahanda saya melanggar pantangan, Saya mencintai calon permaisuri itu " batinnya dengan rasa bersalah kepada sang raja dan kelak harus membuatnya malu karena anaknya sendiri yang melanggar pantangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
DearPE
Lanjut thor
2022-11-04
0