Bab 7 - Meminta maaf

Menyaksikan Stevani tertidur pulas perlahan Morgan bangkit dan keluar dari unit apartemennya.

Melanjutkan misinya yang sering tertunda sejak kehadiran Stevani di sisinya.

Dengan sebuah batu kecil safir di genggamannya Morgan berangkat di tempat keramaian.

Batu itu bukanlah batu sembarangan, karena dia bisa mendeteksi sesuatu sesuai arahan pemiliknya lebih tepatnya juga harus di bacakan sebuah mantra sihir.

Morgan yang masih sedikit merasa marah tak mempedulikan keadaan Stevani setelah cidera,"biarlah rasa sakit itu sebagai pengingat dirinya agar patuh pada suaminya " ucapnya kala itu.

Menjadi seorang iblis Morgan sering tak bisa mengendalikan hawa jahat di tubuhnya itulah kenapa dia sering kali menyakiti Stevani hanya karena masalah kecil sekalipun.

Itulah sebabnya Morgan sendiri takut pada dirinya, takut tanpa sadar menyakiti Stevani dan malam ini Morgan memutuskan akan melakukan misinya sampai pagi karena takut tersulut amarah lagi ketika Stevani membangkangnya.

" Biarlah dia instrokpeksi diri dahulu " batinnya.

Lain halnya dengan Stevani yang mendadak demam tinggi, ia merintih dalam tidurnya.

" Morh.. gan " lirihnya berulang ulang.

Mengalami cidera dan trauma yang cukup parah membuat Stevani menangis dalam tidurnya. Membawa ketakutannya ke alam sadarnya.

" Aaaaaaaahh !!.. " pekik Stevani bangun terduduk.

" Astaga, ternyata hanya mimpi " lirihnya dengan terengah engah memegangi dadanya. Di lihatnya ke samping namun ia tak menemukan Morgan di sebelahnya bahkan kasur yang biasa di tiduri Morgan terasa sangat dingin seperti tak pernah tersentuh.

" Kemana dia, ??" Ucapnya memaksakan berdiri meski kepalanya terasa sangat pening.

Dengan tertatih-tatih ia menyelusuri semua ruangan kecuali area terlarang yang membangunkan sisi iblis Morgan. Masih terbayang di benaknya kemarahan pria itu membuatnya bergidik ngeri dan berjanji tak akan melakukan kesalahan yang sama.

" Kemana perginya, bahkan di tengah malam seperti ini " batinnya.

Karena merasa lelah Stevani memutuskan mendudukkan tubuhnya di kursi bar yang menyatu dengan dapur, dia termenung dalam remang memikirkan nasibnya yang selalu tak beruntung sejak pertemuannya dengan Morgan.

" Andai mama dan papa masih hidup. Mungkin mereka tak akan membiarkan seseorang pun menyakitiku" lirihnya terisak.

Stevani yang menjadi yatim piatu sejak berumur 18 tahun, kecelakaan sebuah pesawat merenggut kedua orang tuanya dalam satu waktu yang saat itu sedang mengunjungi neneknya di Indonesia dan menjadikan ia sebatang kara.

Memiliki keluarga lengkap adalah sebuah kebanggaan bagi stevani, Bahkan ia baru saja di kabarkan oleh sang papa bahwa mamanya sedang hamil lagi.kehidupannya yang bermula penuh kebahagiaan seketika menjadi suram dalam hitungan hari.

Lalu Kriss datang mengisi kesepian Stevani hingga mampu membuatnya bangkit dari keterpurukannya.

Tapi seperti kepahitan hidupnya tak pernah berakhir,seseorang yang dianggapnya sebagai sandaran malah berkhianat di belakangnya bersama seorang teman dekatnya. Di tambah masalahnya kini dengan Morgan yang memiliki karakter cenderung kasar.

Karena kelelahan berfikir Stevani jatuh tertidur ber telungkup dan Morgan yang baru saja tiba mendesah berat melihat istrinya tertidur di meja bar, perlahan ia mendekat lalu menggendong Stevani membawanya ke kamar mereka.

Tapi saat meletakkan stevani rangkulan erat istrinya itu membuatnya tak dapat bergerak dan terpaksa membaringkan tubuhnya.

" Saya harus membersihkan tubuh dahulu " bisiknya di telinga Stevani.

" Jangan pergi " lirih Stevani setengah sadar dan tambah mengeratkan pelukannya.

" Hm, baiklah sayang" bisik Morgan membalas pelukan Stevani sama eratnya.

Yang Morgan tak tahu Stevani tengah bermimpi kedua orang tuanya.

Keesokan harinya keduanya bangun seperti biasa dan bergantian membersihkan tubuh mereka, meski Stevani merasa canggung karena saat terbangun ia memeluk Morgan dengan erat seperti memeluk guling.

" Aaah sangat memalukan " gerutu batinnya .

Segera ia menghindar dengan melarikan diri ke dapur untuk membuat sarapan.

Bagi Stevani selama ia mendapat perlakuan baik dari Morgan ia akan menjalani takdirnya sebaik mungkin walau harus hidup di atap yang sama dengan seorang iblis sekalipun.

" Bagaimana harus menghadapi Morgan " lirihnya.

Tapi beberapa menit ke mudian ia tersenyum tipis penuh siasat.

" Bukankah Api itu lawannya air, semoga saja aku nggak ngelakuin kesalahan lagi " katanya mendesah berat.

Stevani akan menggunakan haknya sebagai istri yang selalu di sematkan Morgan kepadanya.

" Baiklah saatnya beraksi " ucapnya lalu terkekeh lirih.

" Apa yang lucu ??" tanya Morgan duduk di kursi bar sembari menatap Stevani penasaran.

" Eh, nggak ada " jawab Stevani dengan raut kaget.

" Coofee ?? " tawar Stevani mengalihkan pembicaraan.

" Boleh, seperti kemarin " ucap Morgan membuka aplikasi di handphonenya.

Satu cangkir kopi di letakkan di hadapan Morgan lalu keduanya sarapan dengan santai sesekali Morgan menanyakan keadaan Stevani.

" Apakah masih sakit, apa mau saya antar ke dokter " ucapnya.

" Tidak usah, ini sudah jauh lebih baik cuma meninggalkan beberapa memar saja " jawab Stevani.

" Biar saya periksa setelah ini " imbuh Morgan.

Setelah sarapan Morgan mengobati memar di bagian punggung Stevani menggunakan salep, awalnya wanita itu merasa malu tapi dengan paksaan Morgan akhirnya ia hanya bisa pasrah Morgan melihat bagian tubuhnya.

" Cepatlah, jangan mencari kesempatan " kata Stevani kesal dengan wajah memerah menahan malu.

" Apa kamu malu ?? bukankah saya sudah melihat semuanya " kata Morgan datar sesekali meniupnya.

" Dasar tak tahu malu " batin Stevani kesal.

Dengan lembut ia mengusapkan salep di kulit Stevani membuat wanita itu mendesis antara geli juga sakit.

" Selesai " lirih Morgan memundurkan tubuhnya.

" Terimakasih " desis Stevani merasa lega.

" Saya akan pergi ke kampus dan saya harap kamu tidak bertingkah " titah Morgan dengan raut datarnya.

" Aku minta maaf, sudah menjadi istri pembangkang " lirih Stevani.

" hm, kemarilah " ucap Morgan menepuk kursi di sebelahnya yang langsung di turuti Stevani.

Dipeluknya Stevani dengan sebelah tangan, Morgan tau istrinya itu masih agak takut kepadanya.

" Apa kamu masih marah ??" tanya Stevani lirih.

" Lihat saya, kenapa kamu berfikir begitu " katanya mengangkat dagu lancip Stevani menatapnya penuh kelembutan.

" Ya karena aku memang bersalah " jawabnya terisak.

" Sssstt, tenanglah saya tidak marah justru saya merasa bersalah karena telah menyakitimu istriku " ucap Morgan tersenyum tipis di bibir ranumnya.

" Benarkah ??" tanya Stevani tak yakin.

" ya tentu saja " lirihnya.

" Terimakasih, sudah memaafkan aku " katanya.

" hm, cukup acara pelukannya nanti saya tak jadi pergi ke kampus " bisik Morgan dengan sengaja meniupnya menggoda Stevani.

" Nakal " kata Stevani melerai pelukannya mendorong dada Morgan manja.

" Oke, saya akan pergi sekarang " kata Morgan merapikan pakaiannya.

" Morgan " panggil Stevani lirih.

" hm ?? "

" Aku boleh pergi ke supermarket depan nggak. Untuk belanja beberapa bahan untuk membuat kue " ucap Stevani agak ragu.

" Kamu nggak berniat kabur kan ??" tanya Morgan dengan raut dingin.

" Mana mungkin aku kabur dalam keadaan memprihatinkan begini " desis Stevani menampilkan raut seriusnya.

" Aku bosan di rumah saja dan ku fikir akan mencari kesibukan dengan membuat kue tapi bahannya tidak ada "sambungnya bercerita.

" hm, pergilah dan beli apa saja yang kamu butuhkan " kata Morgan menyerahkan kartu ATM miliknya.

" Thanks " ucap Stevani ceria.

Episodes
Episodes

Updated 43 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!