Keesokan harinya Stevani terbangun dalam dekapan Morgan yang membalutnya seperti kepompong, dilepaskannya secara perlahan tapi yang terjadi pelukan pria itu bertambah erat melilitnya.
" Tolong lepas dulu, aku mau ke kamar mandi " ucapnya serak.
" Sebentar lagi " jawab Morgan yang masih memejamkan matanya.
Dengan pasrah Stevani menuruti mau pria itu, setengah jam berlalu Morgan yang tertidur pulas membuat Stevani leluasa melepaskan tubuhnya dari pelukan Morgan.
" Saatnya menjadi istri yang baik " ucapnya dengan senyum jahat dibibir nya.
Semalam ia sudah memikirkan rencana lolos dari jerat Morgan dengan menjadi istri yang baik agar Morgan percaya kepadanya, setelah pria itu lengah ia akan pergi jauh darinya.
Setelah ia membersihkan dirinya dan memoles sedikit wajahnya dengan make up segera ia melangkahkan kakinya menuju dapur.
" Kira - kira dia suka apa ya ? " Ucapnya pelan sembari mengetuk - ngetuk kepalanya dengan jari.
" Mungkin olahan ayam, baiklah aku akan membuat sup ayam " katanya lagi sembari mengeluarkan beberapa bahan dari kulkas.
Berbeda dengan Stevani yang bahkan sudah membuat beberapa hidangan untuk sarapan sedangkan Morgan yang tak merasakan Stevani disebelahnya merasa terkejut.
" Apa kamu pergi lagi Istriku.. " lirihnya lalu bergegas mencari keberadaan Stevani sampai ia melihat sosok itu sedang berkutat didapur.
" Syukurlah " batinnya menghela nafas lega.
Perlahan mendekat kearah Stevani lalu memeluk pinggangnya membuat siempunya kaget dan hampir saja menumpahkan sup panas yang hendak dihantarkannya kemeja makan untung saja dengan cepat ditahan Morgan.
" Morgaaaann.. " pekik Stevani kesal.
" Maaf " lirihnya mencium pipi Stevani gemas.
" Bikin jantungan aja kalau tumpah gimana ??" gerutunya kesal.
" Kan nggak tumpah " jawab Morgan lagi.
" Yasudah nanti jangan gitu lagi " lirihnya.
" Ayo sarapan " ajaknya.
" Sebentar saya mandi dulu " kata Morgan secepat kilat menghilang dari sana membuat Stevani terkejut di buatnya.
" Di..a seperti mempunyai kekuatan pahlawan super " lirihnya pelan, ragu apakah Morgan manusia sungguhan atau seperti dugaannya.
Tak lama kemudian Morgan turun dari kamarnya telah rapih lengkap dengan kemeja lengan panjang berwarna marun. Dan celana panjang.
" Saya kekampus hari ini " katanya meletakan bokong di kursi sebelah Stevani.
" Hm, mau Coofee atau langsung sarapan " ucap Stevani perhatian.
Sejenak Morgan menatap wajah wanita di sebelahnya dengan alis terangkat sebelah pertanda bingung atas perubahan stevani yang mendadak.
" Coofee boleh " lirihnya tersenyum tipis.
" Sebentar " kata Stevani beranjak menuju dimana mesin kopi berada.
" Jangan terlalu manis " ucap Morgan yang di balas anggukan oleh Stevani.
Kemudian di letakkan nya satu cangkir Coofee di hadapan morgan sembari dengan tegang menunggu komentar pria itu.
" Bagaimana, apakah rasanya aneh ?" tanyanya saat melihat alis Morgan mengkerut aneh.
" hm, lumayan enak " jawab morgan tersenyum tipis khasnya.
" Ahh benarkah " ucap Stevani tak yakin.
Lalu keduanya duduk bersama memulai sarapan, Morgan yang tak biasa sarapan berat hanya meminta roti bakar dengan selai coklat.
Selesai sarapan Morgan siap berangkat menuju kampus dengan di antar Stevani hingga mencapai pintu keluar. Seperti suami istri sesungguhnya bahkan sempat melabuhkan ciuman di pipi Morgan.
Dilayani dan di perhatikan oleh Stevani membuat Morgan senang bukan main ia merasa telah menjadi suami yang utuh sekarang tapi yang tidak ia ketahui semua perhatian Stevani hanya permainan semata.
*****
Karena suasana hati yang baik Morgan tak segan tersenyum kepada beberapa siswa yang dilewatinya membuat beberapa darinya merasa shock walau hanya sekedar senyum tipis.
Morgan yang terkenal killer juga memiliki hawa menyeramkan dan tak pernah tersenyum membuat mereka enggan berada di dekatnya kalau tidak benar -benar urgen.
Baru beberapa jam di kampus tapi Morgan sudah gelisah karena tak sabar pulang kerumah menemui permaisurinya.
" Antar kopi keruangan saya " katanya singkat menelfon bagian OB di kampus tersebut.
" Aaah, kenapa waktu terasa lama sekali " keluhnya menatap jam tangannya.
Lalu menarik nafas berat menatap tumpukan berkas di mejanya dan dengan segera memfokuskan fikirannya pada pekerjaannya.
Menjadi seorang Dosen senior di sebuah fakultas faforit suwasta yang terkenal di kalangan elit membuat kesibukannya berkali lipat dari dari saharusnya.
Waktu menunjukkan jam 08 malam lebih 15 menit, Entah sudah berapa gelas kopi yang di habiskan Morgan untuk menemaninya bekerja.
" Saatnya pulang " ucapnya saat telah menyelesaikan pekerjaannya yang terakhir dan segera membereskan meja kerjanya.
Dengan tak sabaran ia melangkahkan kakinya menuju di mana mobilnya berada dan segera menancap gas menuju apartemennya.
Stevani yang baru saja selesai membersihkan tubuhnya setelah berperang dengan peralatan dapur berbeda dengan kesehariannya saat masih belum tersentuh Morgan .
Jangankan memasak menyentuh dapur pun enggan,makanan siap saji adalah bagian dari dirinya kala itu.
Suara pintu yang dibuka manandakan kedatangan Morgan.
" Saatnya manyambut sang suami " lirihnya memasang senyum manis di depan kaca lalu beranjak turun kebawah.
" Sudah pulang, bagaimana di kampus ??" tanya nya mengambil alih tas kerja Morgan lalu menggandeng pria tampan itu menuju kamar mereka.
Morgan yang di perlakukan istimewa sangat senang di buatnya. Selama ini ia hanya sering melihat adegan romansa antara ayahnda juga ibundanya.
" Pantas saja ayanda sangat senang dengan perhatian ibunda " fikirnya.
" Seperti biasa " jawab Morgan dengan datar sembari tersenyum tipis.
" Mandilah, setelah itu kita makan malam bersama " kata Stevani dengan senyum manja di bibirnya lalu beranjak dari sana tanpa menunggu balasan dari pria itu.
Sepeninggalan Stevani Morgan termenung sendiri memikirkan bagaimana caranya ia bisa membawa Stevani masuk ke kehidupannya. Sedangkan ia bahkan belum bisa menemukan kalung leluhurnya.
Pangeran Morgan sadar telah menyimpang dari misinya namun ia telah terlanjur membawa Stevani ke dalam kehidupannya dan ia tak akan rela melepas calon permaisuri di kerajaannya.
Yang ia khawatirkan kalau terlalu lama ia menemukan kalung leluhurnya itu Raja akan mengirim seseorang untuk membantunya, yang lebih parah lagi raja akan mengetahui tentang hubungannya dengan stevani dan mencelakainya karena seorang manusia.
" Sepertinya malam ini saya harus beraksi lagi " lirihnya lalu memasuki kamar mandi mengguyur kepalanya menghilangkan rasa penat di fikirannya.
Selesai dengan aktifitasnya Morgan turun dengan celana pendek selutut tanpa menggunakan atasan.
" Kenapa cemberut " tanya Morgan
" Lama, aku sudah sangat lapar " lirih Stevani.
" Ayo makan sekarang " ucap Morgan.
Keduanya makan dalam keadaan hening, hanya suara dentingan peralatan makan yang mengisi kebisuan.
Seperti biasa Stevani lah yang membersihkan sisinya setelah selesai ia beranjak duduk di sebelah Morgan yang sedang menonton tayangan televisi.
" Kenapa kamu berubah fikiran ??" tanya Morgan tanpa melihatnya.
Stevani yang telah terbiasa dengan perangai dingin pria itu tak merasakan sakit hati.
" Hanya ingin, karena ku fikir tak ada salahnya mencoba hubungan ini " jawab Stevani lugas.
" Benarkah hanya itu " tanya Morgan lagi.
" Hm, memang apa lagi " jawab Stevani membuang muka dengan gugup, takut kalau Morgan dapat membaca rencananya.
" Mau minum bersama " tawar Morgan beranjak kearah lemari mengeluarkan satu botol anggur dan menuangnya kedalam gelas.
" Anggap ini perayaan hubungan kita " kata Morgan menyodorkan gelas yang sudah di isinya.
" Aku nggak kuat minum " tolak Stevani.
" Benarkah?? " ucap Morgan menegak cairan merah itu, yang di balas anggukan oleh Stevani.
" Malam itu juga gara - gara putus cinta " kata Stevani tak sadar membuat pria di sebelahnya merasa cemburu.
" Kriss berkhianat sama te... " kata Stevani terputus karena Morgan membungkamnya dengan ciuman panas bentuk rasa cemburunya.
Saat dirasanya Stevani kehabisan nafas barulah di lepaskannya pagutannya.
" Jangan pernah membicarakan pria lain di hadapanku, " bisik Morgan di depan bibir Stevani yang hanya berjarak beberapa senti.
" Kita pindah kekamar, kamu harus di hukum" katanya membopong Stevani ke kamar mereka.
Stevani yang lemas akibat cumbuan Morgan hanya bisa pasrah kalau pun ia menolak Morgan pasti akan mencurigainya.
Dan adegan malam keramat itu pun akhirnya terulang kembali, bedanya kini mereka berada di tempat tinggal jeson.
Morgan tak pernah puas meneguk manisnya madu berkali kali menyesapnya hingga keduanya kelelahan.
Bahkan Morgan melupakan misinya datang ke dunia manusia karena terlena dengan sosok Stevani yang kini tertidur pulas dipelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments