Bab 13 - Merawat stevani

Sudah seminggu Stevani badrest di rumah sakit karena cederanya yang parah, rasa bosan mulai ia rasakan meski di hujami perhatian Morgan yang selalu berada di sisinya bahkan pria itu mengambil cuti dari tempat kerjanya.

" Ayo habis kan ??" ucap Morgan menyuapi Stevani bubur.

" No.. aku bosan. Seperti tak ada makanan lain saja kamu fikir aku bayi apa ??" gerutu Stevani menutup mulutnya dengan kelima jarinya seperti anak kecil yang nggak doyan makan.

" Makanlah sedikit lagi, biar kamu cepat pulih dan kembali ke rumah " rayu morgan dengan halus.

Mendengar kata kembali kerumah akhirnya Stevani luluh dan segera membuka mulutnya, ia sudah sangat bosan hanya berdiam saja dan sangat merindukan apartemen Morgan dengan kegiatannya seperti biasa.

" Gadis pintar " puji Morgan dengan raut yang tak berubah masih saja kaku.

" Bolehkah setelah ini kita ke taman ??" tanya Stevani penuh harap.

" Hm, baiklah " ucap Morgan sembari menghela nafas berat.

Seperti mimpi melihat pemandangan ini, tapi sejak Stevani di rawat Morgan berubah 180 derajat. Sikapnya berubah manis menurut Stevani meski wajahnya tetap saja kaku.

" Terimakasih Morgan, " lirih Stevani menunduk tajam tanpa sadar kata - katanya membuat nyeri di hati Morgan.

" Bagaimana saya pantas menerima kata itu sedangkan saya lah penyebabnya wanita ini berada disini " batin Morgan menyesal.

" Sudah kewajiban bagi saya, maka cepatlah sembuh" jawab Morgan mengusap pelan Surai panjang itu dengan sayang membuat wajah wanita itu bersemu merah.

Perlakuan manis Morgan membuat banyak kupu - kupu berterbangan di perut Stevani menimbulkan efek geli yang menyenangkan tapi segera di tepisnya.

" Ayo ke taman " kata Stevani mengalihkan fikirannya. Tak mau berlarut - larut dengan rasa menyenangkan itu yang di kemudian hari akan di sesalinya.

" Sebentar " ucap Morgan keluar dari kamar rawat Stevani dan kembali dengan membawa kursi roda.

" Aku nggak mau naik itu " rengek Stevani. Kesal karena menurutnya tak leluasa bergerak kalau menggunakan kursi roda.

" Tak ada bantahan " tegas Morgan membuat nyali Stevani menciut dan dengan terpaksa menuruti perintah pria kaku itu.

Ketika posisi Stevani dalam keadaan baik perlahan - lahan Morgan mendorong kursi roda ke arah taman.

Stevani yang awalnya cemberut menjadi tersenyum merekah melihat banyaknya orang - orang berlalu lalang, ia merasa bukan lagi seperti orang yang sakit - sakitan.

" Suka ??" tanya Morgan berjongkok di depannya.

" Suka. Terimakasih Morgan " ucap Stevani dengan senyum yang tak pernah luntur.

" Saya tak akan rela senyum ini terhapus dari wajah mu Stevani " batin Morgan sendu.

Entah sudah beberapa kali pangeran iblis ini bersedih dan gundah, seperti bukan dirinya yang biasa tegas dan tak pandang bulu.

" hm, apa keinginan mu setelah keluar dari sini ??" tanya Morgan.

" Entahlah ?? emang setelah sembuh pun aku biasa apa. Bukannya kamu selalu mengurungku di apartemen milikmu itu " Sindir Stevani telak.

Kata - kata Stevani menembus langsung ke ulu hati pria kaku itu, terpaksa mengalah dengan sang istri yang sedang sakit.

" Sekarang kau boleh meminta satu permintaan. " tawar Morgan yang di sambut raut bahagia Stevani.

" Asal jangan pergi dari ku, semua akan saya kabulkan " tekan Morgan kemudian.

" Aku juga sudah tau itu " kata Stevani jengah.

" Jadi kamu mau apa ??"

" Hm, boleh aku bekerja lagi " tanya Stevani ragu.

" Memangnya apa pekerjaan mu ??" tanya Morgan dengan raut ingin tahu.

" Designer gaun pengantin, bahkan aku punya butik sendiri " kata Stevani dengan raut sedih di akhir kalimatnya.

Teringat saat pertama ia memasuki kehidupan Morgan sejak saat itu ia pun harus rela kehilangan cita - citanya bahkan kehilangan hak atas dirinya.

Morgan menyadari raut sedih wanita itu lalu memecahkan keheningan dengan berdehem.

" Kamu boleh bekerja tetapi hanya di rumah " kata Morgan.

" Mana bisa seperti itu " protes Stevani.

" Bisa atau tidak sama sekali " final Morgan tegas tak bisa di ganggu gugat.

" Baiklah, tapi izinkan aku untuk mengambil perlengkapan gambar ku di butik " izin Stevani melas.

" Hm oke " singkat Morgan.

Rasa syukur Stevani panjatkan di dalam hati karena pria di sebelahnya akhirnya berbaik hati mengabulkan permintaannya walau pun tak bisa berkeliaran di luar.

Setelah puas Stevani meminta Morgan mengantarnya ke kamar rawat miliknya, karena kondisinya belum pulih jadi ia mudah merasa lelah.

" Aaah Morgan !! " seru Stevani kaget saat Morgan menggendong tubuhnya secara tiba - tiba.

" Saya akan mengantar permaisuri ke mana pun " bisik Morgan sensual.

" Ya.. tapi kenapa harus seperti ini ??" tanya Stevani dengan pipi bersemu merah.

" Sssstt diamlah " titah Morgan melangkahkan kakinya.

Pemandangan manis itu mendapat perhatian dari semua orang yang ada di sana membuat Stevani menelusup kan wajahnya ke dada kokoh Morgan karena merasa sangat malu berbeda dengan pria itu tetap stay dengan wajah datarnya.

" Dasar tak tahu malu " gerutu Stevani lirih.

" Kamu bilang apa ??" tanya Morgan.

" Nggak. aku nggak bilang apa - apa " kata Stevani cepat.

" Bisa buka pintunya sweet ??" ucap Morgan saat mereka sampai di kamarnya.

Setelah pintu terbuka perlahan - lahan Morgan meletakkan tubuh rapuh itu ke atas tempat tidur.

" Saatnya minum obat " ucap Morgan melirik jam tangan mahalnya.

Helaan nafas kasar keluar dari Stevani, bukan tanpa alasan wanita sangat tidak suka minum obat. Bahkan sejak seminggu Morgan selalu menggunakan berbagai cara atau akan mengancamnya setiap kali minum obat.

" Morgan, aku nggak suka itu sangat tidak enak " lirih Stevani menunduk tajam seperti anak kecil yang ketahuan nakal.

" Sweet bukannya kamu ingin segera sembuh dan lagian bagaimana kamu bisa bekerja kalau saki seperti ini " rayu Morgan memancing Stevani soal pekerjaan yang di janjikan.

" Tapi.. " ragu Stevani.

" Oke pejamkan mata mu " pinta Morgan halus berbeda dengan batinnya yang meronta - ronta marah.

Dengan patuh Stevani memejamkan matanya, perlahan Morgan mendekat dengan obat di tangannya.

Tanpa ragu ia memasukkan beberapa butir obat ke dalam mulutnya dan meminum air lalu di dekatkan wajahnya kearah Stevani dan ******* bibir tipis yang tampak pucat itu.

Stevani yang tersentak melototkan matanya lucu, tapi Morgan tak peduli di sela kegiatannya ia memindahkan obat yang berada di mulutnya kepada stevani dan memaksa wanita itu menelannya.

" Bagaimana manis bukan " bisiknya setelah melepaskan ciumannya.

" Bilang saja cari kesempatan " kesal Stevani padahal di dalam hatinya merasa senang dengan perlakuan manis Morgan yang biasa di lihatnya di drama favoritnya.

" Perawat tampan yang kaku tapi romantis. Aku suka !!" sorak batinnya tapi sejenak ia berusaha membuang perasaan itu.

" Bukannya kau juga menyukainya " kata Morgan telak.

" Sudahlah, kau makan sesuatu ??" tanyanya.

" Hm, bagaimana kalau pizza saja " jawab Stevani ceria.

" Boleh, saya akan pesan sekarang " kata Morgan lalu mengotak atik hp nya.

" Ada lagi ??" tanya nya masih fokus pada layar hp miliknya.

" Sudah itu saja, sama minumnya juss jeruk " pinta Stevani.

" hm "

Setengah jam menunggu akhirnya pesanan mereka datang juga, dengan tawa ceria Stevani menyambut uluran kotak pizza dari tangan Morgan membuat hati pria itu berdesir hangat.

" Cuma sekotak pizza saja dia sudah bahagia seperti itu bagai mana kalau ku serahkan istana milikku. Sungguh wanita yang sederhana " fikir Morgan.

Walau ia tak bisa menampilkan senyuman seperti pria kebanyakan tapi Morgan sadar kalau kini ia teramat bahagia bisa melihat tawa renyah Stevani beserta celotehannya yang kadang tak di mengerti oleh Morgan.

Episodes
Episodes

Updated 43 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!