Bab 15 : Bertemu Armita

"Aku di depan!" Suara Zubair menelpon temannya yang bernama Maliq.

Maliq menghampiri Zubair di tempat parkir. Maliq adalah seorang tentara berpangkat Letnan Dua (Letda). Maliq memang masih dua tingkat di bawah lettingnya Zubair.

Maliq memberi hormat dengan tangannya yang terangkat di pelipis kepalanya. Sikap hormat seorang prajurit pada atasannya.

"Bagaimana Sun? Apa Armita masih di dalam?"

(Sun adalah panggilan Senior kepada Juniornya dalam angakatan laut)

"Masih Tor. Armita masih bersama Naya di dalam."

(Junior biasa memanggil Mentor kepada seniornya)

Zubair turun dari kendaraannya dan berjalan masuk ke dalam cafe.

Maliq menunjukkan tempat duduk Armita dan Naya.

Zubair melihatnya. Dengan langkah panjang dia langsung menghampiri Armita.

Seketika Armita terpaku ditempatnya. Ia memang merindukan Zubair. Amat sangat merindukannya.

Tapi melihat wajah Zubair kali ini membuatnya muak. Rasa sedih, marah dan kecewa berkumpul di dada, membuatnya terasa sesak.

"Untuk apa kalian mengundangnya kesini?" Ungkap Armita penuh kekecewaan.

Naya dan Maliq sengaja mengundang Armita ke cafe untuk memberitahukan rencana pernikahan mereka.

Selayaknya Zubair dan Armita, Maliq dan Naya juga sudah menjalin hubungan sejak di Bangku SMA. Namun berbeda nasib dengan mereka yang melanjutkan ke pelaminan, hubungan Armita dan Zubair malah kandas.

"Maaf Ta, sebagai sahabatmu, aku tidak ingin kamu sampai salah mengambil keputusan penting dalam hidupmu. Terutama jika itu berhubungan dengan masa depanmu!" Ucap Naya yang duduk disebelah Armita.

"Sebaiknya kalian bicarakan hal ini berdua. Kami akan mencari tempat lain." Naya beranjak dari duduknya lalu menggandeng Maliq untuk menjauh dari meja Armita.

Armita masih enggan untuk menatap Zubair. Ia ikut beranjak. Namun saat akan melangkah, tangannya langsung dicekal oleh Zubair.

"Lepas!" Suara Armita penuh rasa marah.

"Kita harus bicara!" Zubair menatapnya tajam.

"Apapun yang kita bicarakan tak akan mengubah keputusanku!" Armita menghentakkan tangan Zubair yang mencekalnya.

Bukannya membiarkan Armita pergi, Zubair justru menangkup kedua pundak Armita dengan telapak tangannya. Ia menggiring tubuh Armita hingga duduk kembali disebelahnya.

"Benar yang dikatakan Maliq? Bahwa kamu mendaftar di Akademi Militer untuk menjadi perwira karir?" Tatapan mata Zubair tegas ke arah Armita.

Armita hanya diam.

"Pendidikan Militer itu berat! Sangat menguras fisik dan mental! Bahkan bisa mempertaruhkan nyawa!"

Armita masih terdiam. Ia menundukkan kepalanya.

"Aku pernah menjalani militer sewaktu menjadi pasukan Paskibraka dulu. Apa kamu sudah lupa itu? Aku pasti sanggup melaluinya!" Armita bicara tanpa menatap Zubair.

"Pendidikan dulu itu berbeda! Itu memang militer tapi kamu tetap terdaftar sebagai sipil yang menerima pendidikan militer. Sangat berbeda perlakuan jika kamu seorang prajurit yang mendaftar militer."

Zubair meraih telapak tangan Armita.

"Aku tidak tau apa tujuanmu masuk dalam kemiliteran. Tapi kumohon batalkan niatmu itu!" Tatapan Zubair berubah sendu.

"Apa kamu tau? Bagaimana beratnya dulu aku menjalani tugas-tugasku? Bahkan saat harus berangkat ke daerah konflik peperangan yang pasti mempertaruhkan nyawaku?

Aku hanya berusaha terbaik dan berharap aku bisa selamat supaya bisa pulang dan bertemu denganmu!

Kamu penyemangatku untuk tetap hidup!"

Genggaman tangan Zubair pada Armita semakin erat.

"Ku mohon! Batalkan keputusanmu untuk mendaftar perwira karir. Aku tak akan sanggup membayangkan kamu menjalani susahnya pendidikan militer. Ku mohon sayang!"

Hati Armita tersentuh. Ia menatap lembut jemari Zubair yang menggenggamnya. Ada sebuah cicin melingkar di jari manis Zubair.

Seketika tenggorokannya tercekat. Lelaki yang menggenggam tangannya ini adalah suami orang!

"Lepas!" Armita menarik tangannya.

"Sudah kukatakan! Apapun yang kita bicarakan tak akan merubah keputusanku! Aku akan tetap masuk ke dunia militer supaya aku tau, sesulit apa menolak perintah atasan sampai-sampai seorang prajurit harus patuh meskipun itu adalah tugas untuk menikahi putri sang komandan!" Tatapan Armita penuh amarah.

Ia berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Zubair.

Baru beberapa langkah namun tubuh Armita langsung ditarik hingga langkahnya mundur.

Zubair mendekap erat tubuh Armita dari belakang. Ia cium rambut Armita dengan perasaan sesal. Rasanya sudah tak peduli pada tatapan dari pengunjung cafe yang melihat ke arah mereka.

"Hukum aku! Aku menerima hukuman apapun darimu! Jika itu semua bisa meluapkan rasa marahmu padaku! Tapi kumohon! Jangan menyiksa dirimu karena kesalahanku! Ku mohon rubah keputusanmu! Hidupku tak akan tenang jika mengingatmu tersiksa di sana. Ku mohon…"

Ucapan Zubair begitu tulus. Armita pun bisa merasakan ketulusan itu. Tapi kebencian sudah menguasai hatinya. Ia hanya ingin membalas semuanya.

Terpopuler

Comments

veetachaz

veetachaz

jangam goyah Armita.
jangan dengerin Zubair. dia sudah melepasmu.

2022-12-11

1

veetachaz

veetachaz

jangam goyah Armita.
jangan dengerin Zubair. dia sudah melepasmu.

2022-12-11

1

Aline Mharlyne

Aline Mharlyne

ayo armita semangat!!!

2022-12-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4 : Pengakuan Zubair
5 Bab 5 : Meminta Restu ayah
6 Bab 6 : Keputusan Zubair
7 Bab 7 : Zubair Hilang
8 Bab 8 : Permintaan Laksamana
9 Bab 9 : Hari pernikahan
10 Bab 10 : Malam Pertama
11 Bab 11 : Mengantar Zylda
12 Bab 12 : Menaklukkan Suami
13 Bab 13 : Kebahagiaan Zylda
14 Bab 14 : Siapa Armita?
15 Bab 15 : Bertemu Armita
16 Bab 16 : Meminta Bantuan Laksamana
17 Bab 17 : Ancaman
18 Bab 18 : Terkuaknya Kenyataan
19 Bab 19 : Zylda Marah
20 Bab 20 : Pertemuan Zylda Armita
21 Bab 21 : Hari Zylda
22 Bab 22 : Perintah untuk Mencintaiku!
23 Bab 23 : Berita besar
24 Bab 24 : Permintaan maaf Zubair
25 Bab 25 : Zylda Tertabrak
26 Bab 26 : Armita dan Seorang Pemuda
27 Bab 27 : Zubair celaka
28 Bab 28 : Upaya Penyelamatan
29 Bab 29 : Zylda khawatir
30 Bab 30 - Bertemu Bertiga
31 Bab 31: Melepas Zubair
32 Bab 32 : Tekad Zubair
33 Bab 33 : Armita celaka
34 Bab 34 : Armita Arkan
35 Bab 35 : Syarat Menikah
36 Bab 36 : Meminta Restu
37 Bab 37 : Cukup Jadi dirimu
38 Bab 38 : I love you Zylda
39 Bab 39 : Kapten Arkan
40 Bab 40 : Pesona Kapten Arkan
41 Bab 41 : Hukuman Armita
42 Bab 42 : Armita Arkan Zubair
43 Bab 43 : Pingsan di tengah Hutan
44 Bab 44 : Mulai merasa nyaman
45 Bab 45 : Perpisahan
46 Bab 46 : Zylda pernah dilamar?
47 Bab 47 : Zubair Manja
48 Bab 48 : Hasil Pemeriksaan
49 Bab 49 - Penghancur kebahagiaan
50 Bab 50 : Kencan Arkan
51 Bab 51 : Berhasil jalan bersama
52 Bab 52 : Monumen keakraban
53 Bab 53 : Melahirkan
54 Bab 54 : Zylda Pingsan
55 Bab 55 : Jakfar Al Tamish
56 Bab 56 : Bertemu (calon) mertua
57 Bab 57 : Armita Pergi
58 Bab 58 : Pengobat Rindu
59 Bab 59 : Tugas Darurat
60 Bab 60 : Armita ditemukan
61 Bab 61 : Bermalam bersama Armita
62 Bab 62 : Keras kepala Armita
63 Bab 63 : Evakuasi
64 Bab 64 : Tertembak
65 Bab 65 : Pilihan Berat
66 Bab 66 : Merelakan
67 Bab 67 : Rasa Kehilangan
68 Bab 68 : Rintangan Pernikahan
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4 : Pengakuan Zubair
5
Bab 5 : Meminta Restu ayah
6
Bab 6 : Keputusan Zubair
7
Bab 7 : Zubair Hilang
8
Bab 8 : Permintaan Laksamana
9
Bab 9 : Hari pernikahan
10
Bab 10 : Malam Pertama
11
Bab 11 : Mengantar Zylda
12
Bab 12 : Menaklukkan Suami
13
Bab 13 : Kebahagiaan Zylda
14
Bab 14 : Siapa Armita?
15
Bab 15 : Bertemu Armita
16
Bab 16 : Meminta Bantuan Laksamana
17
Bab 17 : Ancaman
18
Bab 18 : Terkuaknya Kenyataan
19
Bab 19 : Zylda Marah
20
Bab 20 : Pertemuan Zylda Armita
21
Bab 21 : Hari Zylda
22
Bab 22 : Perintah untuk Mencintaiku!
23
Bab 23 : Berita besar
24
Bab 24 : Permintaan maaf Zubair
25
Bab 25 : Zylda Tertabrak
26
Bab 26 : Armita dan Seorang Pemuda
27
Bab 27 : Zubair celaka
28
Bab 28 : Upaya Penyelamatan
29
Bab 29 : Zylda khawatir
30
Bab 30 - Bertemu Bertiga
31
Bab 31: Melepas Zubair
32
Bab 32 : Tekad Zubair
33
Bab 33 : Armita celaka
34
Bab 34 : Armita Arkan
35
Bab 35 : Syarat Menikah
36
Bab 36 : Meminta Restu
37
Bab 37 : Cukup Jadi dirimu
38
Bab 38 : I love you Zylda
39
Bab 39 : Kapten Arkan
40
Bab 40 : Pesona Kapten Arkan
41
Bab 41 : Hukuman Armita
42
Bab 42 : Armita Arkan Zubair
43
Bab 43 : Pingsan di tengah Hutan
44
Bab 44 : Mulai merasa nyaman
45
Bab 45 : Perpisahan
46
Bab 46 : Zylda pernah dilamar?
47
Bab 47 : Zubair Manja
48
Bab 48 : Hasil Pemeriksaan
49
Bab 49 - Penghancur kebahagiaan
50
Bab 50 : Kencan Arkan
51
Bab 51 : Berhasil jalan bersama
52
Bab 52 : Monumen keakraban
53
Bab 53 : Melahirkan
54
Bab 54 : Zylda Pingsan
55
Bab 55 : Jakfar Al Tamish
56
Bab 56 : Bertemu (calon) mertua
57
Bab 57 : Armita Pergi
58
Bab 58 : Pengobat Rindu
59
Bab 59 : Tugas Darurat
60
Bab 60 : Armita ditemukan
61
Bab 61 : Bermalam bersama Armita
62
Bab 62 : Keras kepala Armita
63
Bab 63 : Evakuasi
64
Bab 64 : Tertembak
65
Bab 65 : Pilihan Berat
66
Bab 66 : Merelakan
67
Bab 67 : Rasa Kehilangan
68
Bab 68 : Rintangan Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!