Tak terasa, hari sudah mulai gelap.
Pak Candra kemudian berpamitan dengan kami semua untuk kembali pulang.
"Terimakasih sudah membukakan pintu untukku," ucap Pak Candra pada Ibu.
"Terimakasih juga untuk kalian ya, jaga Ibu kalian dengan baik," ucapnya juga pada aku dan kakak.
"Saya permisi pulang ya," Pak Candra pamit sambil berjalan kearah pintu keluar.
"Sering-sering main lagi Om," ucapku seketika membuat Pak Candra berbalik badan.
"Apa boleh kalau Om sering datang kemari?" ucapnya mendengar perkataan ku tadi.
"Boleh dong, tidak ada yang melarang Om," ucap kakakku sambil tersenyum.
Ibu yang mendengar pembicaraan kami seraya menyenggol tangan kakakku untuk menghentikan pembicaraan.
Ibu hanya tidak ingin jika Pak Candra sering datang kerumah, nanti membuat para tetangga berbicara buruk tentang Ibu.
"Pak Candra orang sibuk Nak, Beliau gak punya waktu banyak Nak," sahut Ibu tidak enak mendengar ucapan kami tadi.
"Ga apa-apa May, Aku gak sesibuk yang kamu pikirkan," jawab Pak Candra mematahkan ucapan Ibu.
Ibu kemudian hanya tersenyum mendengar ucapan Pak Candra barusan.
"Oke baiklah, Aku jalan dulu ya. Permisi," ucap Pak Candra sopan.
Dan mobilnya pun melaju kearah pulang kekediamannya.
Kami pun masuk kerumah setelah Pak Candra tidak terlihat lagi didepan rumah kami.
"Kalian ini, jangan bicara begitu lagi ya. Ibu jadi gak enak sama Pak Candra," ucap Ibu membuka pembicaraan.
"Emang apa yang salah dari ucapan kami tadi Bu?" tanya kakak ku bingung.
"Kami kan cuma bilang kalau Om itu bisa aja sering-sering datang kesini."
"Takutnya padahal Dia mau sering mampir, tapi malah sungkan dengan keberadaan kami saja," sahut kakak menjelaskan pada Ibu.
Ibu hanya terdiam.
Karena Ibu juga yakin, jika Pak Candra pasti akan sering datang.
Hanya saja Ibu bingung mengatur perasaannya sekarang.
Sebenarnya Ibu juga menyukai Pria baik seperti Pak Candra.
Karena Ibu mengenal Beliau kurang lebih sudah dua tahun lamanya selama Ibu bekerja disana.
Tapi keyakinan Ibu terhadap laki-laki mudah digoyahkan jika mengingat Ayah memperlakukan Ibu.
"Ibu, kami setuju saja jika Pak Candra ingin serius dengan Ibu."
"Aku kan juga ingin punya Ayah baru Bu," ucap kakak yang diiringi gelak tawa dari Ibu.
"Kamu ini ada-ada saja Nak," sahut Ibu pada kakak.
"Kami serius Bu. Kami ingin Ibu bahagia seperti dulu," ucapku pada Ibu.
Mendengar hal itu, Ibu lalu memeluk kami berdua.
Ibu terharu mendengar ucapan kami, yang mendukung kebahagiaan Ibu.
"Ibu hanya takut kecewa," jawab Ibu yang membuat kamk terkejut.
"Begini saja Bu. Kalau benar Om itu serius sama Ibu, tolong dekatkan kami," ucap kakak memberi pendapat.
"Agar kami lebih tau banyak tentang Om itu dan bisa mengenalnya."
"Dan kami bisa menilai, apakah Ibu cocok dan pantas untuk bersanding dengan Om itu."
"Aku juga gak mau kalau nantinya hanya kekecewaan yang Ibu terima."
"Bagaimana menurut Ibu? Apa Ibu siap membuka hati untuk Om itu?" kakak menatap Ibu tanda memohon.
"Baiklah. Jika itu yang kalian inginkan."
"Mari kita coba sama-sama ya, untuk membuka hati kita untuk orang baru lagi," ucap Ibu penuh haru.
"Semoga Om Candra adalah Pria terbaik untuk Ibu," ucapku sambil memeluk Ibu dan kakak.
...****************...
Besok harinya, pagi-pagi sekali saatku membuka pintu rumah, mulailah tetangga sebelah datang kerumah dengan penuh pertanyaan.
"Siapa kemaren yang datang?"
"Bos Ibu dulu ditempat kerja," jawabku.
Hisst, kepo sekali tetangga ini, sungutku dalam hati.
"Apa dia datang untuk meminta Ibumu bekerja lagi?" lanjutnya yang masih penasaran.
"Aku kurang tau juga. Soalnya gak dengar mereka bicara apa. Aku kurang kepo sih," ucapku padanya sambil menyindir.
Mendengarku berucap seperti itu, membuatnya langsung terdiam.
Aku hanya tersenyum dalam hati melihat tingkah tetangga kami, yang memang punya sifat selalu ingin tau dengan urusan orang lain.
Lalu dia pun pergi meninggalkan teras rumah kami.
"Siapa yang datang Nak?" tanya Ibu sambil berjalan menghampiriku.
"Biasalah Bu, tetangga kepo," ucapku pada Ibu.
"Husst, kamu gak boleh ngomong gitu Nak," sahut Ibuku saat mendengar ucapanku barusan.
"Habisnya mau tau terus urusan orang lain. Apa gak bisa menonton dari jauh saja," ucapku yang sedikit kesal.
"Sudahlah, biarkan saja," Ibu mencoba menenangkan.
"Ya sudah, ayo masuk kita sarapan dulu" ucap Ibu sambil merangkulku masuk kedalam.
"Oke bu," jawab ku menurut.
...****************...
Siang harinya Ibuku sudah disibukkan dengan panggilan telpon.
Ya, benar saja. Itu telpon dari Pak Candra.
Saat Ibu berbicara Via telpon, aku melihat wajah Ibu penuh dengan senyum yang sudah lama tidak pernah aku lihat.
Ibu tampak kembali ceria seperti dulu.
Sepertinya kedekatan Ibu dengan Om Candra membuat Ibu sedikit lupa dengan persoalan Ayah, ucapku dalam hati.
"Syukurlah kalau Ibu bisa tersenyum lagi," ucapku bahagia melihat kesibukan Ibu sekarang.
Dan sepertinya Ibu semakin terlihat lebih dekat lagi dengan Pak Candra dari sebelumnya.
Ibu berhasil membuka lagi hatinya yang lama sudah tertutup.
Bahkan Pak Candra pun kerap kali datang kerumah untuk berkunjung bahkan untuk makan malam bersama.
Pak Candra yang begitu perhatian sekali dengan Ibu, membuat kekhawatiran pun memudar.
Hingga rasa percaya pun kuberikan pada Om Candra. Jika Beliau bisa membuat Ibu Hidup bahagia kembali.
...****************...
Tidak terasa setahun berlalu. Kedekatan Ibu pun sudah diketahui seluruh keluarga besar.
Hingga suatu ketika, Ibu mengumpulkan kami bertiga dan mengajak kami berbincang.
"Nak, Ibu ingin berbicara pada kalian bertiga."
"Iya bu, ada apa?" tanya kakak ku.
"Kalian pasti sudah tau bagaimana kedekatan Ibu dengan Om Candra."
"Jadi Om Candra sekarang berniat membawa Ibu untuk kejenjang lebih lanjut."
"Dia mengajak Ibu untuk menikah," ucap Ibu hingga membuat kami terkejut.
"Ibu serius?" ucap kakakku.
"Iya Nak. Bagaimana menurut kalian? Ibu terserah kalian saja Nak."
"Ibu juga ingin kalian bahagia," jawab Ibu yang menyerahkan keputusan pada kami.
"Ibu tidak boleh bicara seperti Itu. Nanti kan Ibu yang menjalaninya."
"Kalau menurut Ibu Om Candra adalah orang yang tepat, kami sangat mendukung Ibu untuk bersamanya," ucap kakak menyemangati Ibu.
"Berarti kalian sangat setuju jika Om Candra jadi Ayah sambung kalian?" tanya Ibu lagi.
"Iya Bu, kami sangat setuju. Om Candra juga begitu baik pada kita."
"Aku yakin kalau Om Candra bisa membuat Ibu bahagia," ucap kakakku menjawab Ibu mewakili kami bertiga untuk meyakinkan Ibu.
"Baiklah Nak. Kalau kalian semua setuju, besok Ibu akan memberikan jawaban pada Om Candra.
"Iya Bu. Semoga rencana baiknya dilancarkan ya Bu," ucapku sambil memeluk Ibu.
"Iya sayang. Makasih banyak ya, karena kalian selalu mendukung Ibu."
"Ibu sangat menyayangi kalian semua," sambil berpelukan kami pun menangis terharu.
Ya. Sebentar lagi Ibu akan memulai hidup baru bersama laki-laki pilihan Ibu.
Aku selalu berharap, Om Candra adalah Pilihan terbaik.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments