8. Pulang

Sembilan hari berlalu, Akhirnya Ibuku diperbolehkan pulang dan rawat jalan.

...****************...

Kondisi Ibu lumayan membaik dari sebelumnya.

Walau sebelumnya banyak orang yang bahkan tidak menyangka jika Ibu bisa selamat.

Karena kondisi Ibu yang begitu buruk.

Badan yang mulai kurus dan tidak bertenaga.

Semua Ibu lewati dengan penuh perjuangan, karena Ibu mengingat bahwa kami masih terlalu kecil untuk ditinggalkan.

Terima kasih Ibu, sudah bertahan untuk Kami.

...****************...

Pengobatan dirumahpun tetap dilakukan, karena sebenarnya kondisi Ibu masih belum stabil.

Tapi mengingat dana yang tidak mempuni, sehingga Ibu bersikeras untuk tetap pulang.

"Ibu.. Makan kentangnya dulu," ucap Kakakku.

"Boleh gak Ibu makan bubur saja, karena badan Ibu seperti gak ada tenaganya kalau hanya makan kentang," ucap Ibu pada Kakakku.

Sampai saat ini pun, Ibu belum bisa berjalan karena berat badan yang turun drastis hingga membuat Ibu seperti melayang jika sedang berdiri.

"Baiklah," ujar Kakakku.

"Semoga setelah makan bubur, Ibu semakin pulih ya," ucap Kakakku menyemangati Ibu.

"Iya nak," jawab Ibu.

Ya. Ibu akhirnya pulih setelah berbulan-bulan melewati masa pengobatan.

Dan setiap harinya, Ibu mencoba belajar berjalan agar bisa kembali seperti sedia kala.

Benar. Ibu begitu semangatnya berjuang untuk sembuh.

Apapun yang disarankan orang sekitar untuk memakan jenis obat atau makanan apapun Ibu lakukan, karena keinginan Ibu besar sekali untuk sembuh.

...****************...

Setelah pulih dari sakitnya, Ibu akhirnya memilih untuk bekerja diperusahaan.

Ibu merasa perlu untuk memiliki penghasilan tetap, karena Kami bertiga semuanya sekolah dan perlu biaya.

"Nak.. Rencananya Ibu mau ikut tante mu untuk kerja diperusahaan."

"Ibu akan tinggal disana selama bekerja, jadi kalian bertiga harus akur-akur ya?" ucap Ibu sewaktu Kami sedang berbincang sore itu.

"Loh, Ibu mau kerja?" tanya Kakakku.

"Iya Nak. Kalian kan perlu biaya untuk sekolah."

"Sekarang keadaan Kita sangat sulit."

"Sudah gak ada lagi yang bisa Ibu jual buat memenuhi kebutuhan Kita Nak."

"Kamu jagain Adik-adikmu ya," ucap Ibu pada Kakakku.

"Iya Bu, Aku akan jagain mereka. Ibu baik-baik ya disana," jawabnya.

"Ibu harus sering-sering pulang ya?" ucap Ku menimpali.

"Iya Nak. Kalian harus pintar-pintar ya selama Ibu tinggal kerja."

"Gak ada yang boleh bolos sekolah."

"Ibu cari uang untuk kalian, agar kalian bisa sekolah yang tinggi," pesan Ibu pada Kami.

"Iya Bu," jawab Kami bersamaan.

Benar. Ibu Ku hebat.

Meskipun keadaan sulit, tidak ada satupun dari Kami yang putus sekolah.

Bahkan Ibu sangat marah, jika Kami mengabaikan pendidikan Kami.

Ibu sangat ingin Kami sukses.

Karena semua orang meremehkan Ibu.

Semua merendahkan Ibu.

Ibu dianggap tidak ada apa-apanya dibanding mereka.

Iya, mereka.

Mereka yang dengan bangganya pamer keberhasilan dan kemewahan kepada Ibu.

Mereka yang memperlakukan Ibu seperti bukan Kakak kandungnya.

Mereka mengucilkan Ibu.

Anehnya, padahal keluarganya sendiri bahkan Kakak kandung sendiri.

Bisa-bisanya memperlakukan Kakaknya seperti itu.

Jika satu orang saja diantara saudara kandungnya yang bermasalah dengan Ibu, maka semuanya jadi ikutan memusuhi Ibu.

Ini keluarga apa gangster.

Kadang Aku heran sendiri. Apa karena dulu diantara saudaranya, Ibu yang paling sukses menurut ku dan mereka iri ?

Lalu ketika keadaan berbalik, mereka ingin pamer agar Ibu sakit hati?

Padahal yang Aku lihat, dulu bahkan mereka dibantu Ibu saat sedang susah.

Ibu Ku yang malang.

Semoga Ibu selalu kuat menghadapi semuanya.

Semua cobaan seakan datang dari pintu manapun dan berusaha menjatuhkan Ibu.

Bahkan Aku mengingat perkataannya.

"Aku hanya memberi jika orang itu membalasnya."

"Ada budi ada balas," ucap salah satu tanteku pada Ibu ku.

Lucu sekali.

Seperti bicara pada orang lain yang tak sedarah.

Ibu hanya bisa diam, dan merenungi nasib yang kini menimpanya.

...****************...

Akhirnya Ibu pun berangkat untuk bekerja diperusahaan tersebut.

Ibu bekerja sebagai juru masak untuk para manager perusahaan.

Setiap dua sampai tiga bulan sekali, Ibu pulang mengunjungi Kami.

Tapi meskipun hitungan bulan Ibu pulang, tetap saja rasanya lama sekali.

Karena sebelumnya kami tidak pernah hidup berjauhan dengan Ibu.

Sehingga rasanya berat sekali ketika Ibu meninggalkan Kami.

...****************...

Hari-hari Kami lewati tanpa Ibu.

Hanya Kakak yang menjadi pengasuh Kami.

Dia yang menjaga Kami selagi Ibu tidak ada.

Selama Ibu pergi, Kami pun menjalani hari dengan kondisi yang tidak begitu mulus.

Pernah suatu ketika, Kami sangat lapar sekali.

Cuma ada nasi putih aja.

Uangpun hanya tinggal beberapa ribu rupiah aja.

Akhirnya Kakakku berinisiatif untuk membeli kerupuk untuk Kami makan.

Iya, Kami hanya makan dengan nasi putih dan kerupuk.

Keadaan Kami pun sulit sekali.

Tapi ternyata, ada yang lebih sulit lagi.

Waktu itu Ibu belum pernah pulang untuk mengunjungi Kami, sehingga uang untuk biaya Kami dirumahpun telah habis.

Beras dirumahpun menipis.

Jika dimasak pun, tidak cukup untuk kami makan bertiga.

Lalu Kakakku memasak beras itu untuk dijadikan bubur agar Kami bertiga bisa makan seharian.

Sungguh keadaan yang belum pernah Kami rasakan sebelumnya.

Bahkan parahnya, Kami hanya bisa menahan rasa lapar, hanya karena tidak ada makanan sama sekali.

Oh Tuhan.

Sebegitunya Ayah menyiksa Kami.

Tanpa tau kabar Kami.

Tanpa tau keadaan Kami seperti apa.

Jika membenci Ibu, apakah Ayah juga membenci Kam?

Kadang, Aku bertanya pada Kakakku :

"Kak.. Apa Kamu membenci Ayah?" tanyaku padanya.

"Iya dek. Aku benci cara Ayah memperlakukan Ibu.

"Aku benci cara Ayah membenci Ibu."

"Aku benci cara Ayah menyiksa Kita," ucap Kakakku.

"Tapi lebih benci lagi, Aku pada Eva."

"Eva yang tidak tau rasa terima kasih pada Ibu, sudah membuat keadaan Kita benar-benar hancur," timpal Kakakku yang kini mulai geram.

"Lalu jika Eva meninggal lebih dulu, apa Kamu mau menerima Ayah lagi?" tanyaku lagi pada Kakakku.

Kakakku terdiam.

Bahkan Dia tidak langsung bereaksi sama sekali.

Hingga Aku bertanya lagi :

"Gimana Kak? Apa kamu masih menerima Ayah?".

"Iya. Bagaimanapun Ayah tetap Ayahku."

"Dia memang menyakiti Kita."

"Tapi Aku tetap mengasihi Ayah," jawab Kakakku.

"Bahkan jika nantipun Dia kembali saat sudah menua, Aku tetap sangat ingin mengurusnya."

"Karena Aku pernah merasakan kasih Ayah yang begitu tulus dan menyayangi Kita."

"Entah sekarang apa penyebabnya hingga Ayah berpaling bahkan tidak mau melihat Kita lagi."

"Itu yang membuat Kakak sedih," ucap Kakakku.

Ternyata Kakak begitu cintanya kepada Ayah.

Karena memang sewaktu dulu, Kakak jauh lebih dekat dengan Ayah.

Kemanapun kalau Ayah pergi, pasti ada Dia disampingnya.

Namun sekarang Ayah telah melupakan Kami.

Melupakan janjinya dahulu, untuk tetap menjaga Kami hingga dewasa.

Ayah lupa akan kasih sayang yang pernah Dia titipkan kepada Kami.

Ini sungguh-sungguh menyakitkan.

Masa kecil Kami, hanya menikmati derita.

Derita karena Ayah.

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!