Segalanya telah terjadi.
Kini yang Ibu lakukan hanya untuk keutuhan Rumah Tangganya, sehingga Ibu menurunkan egonya dengan menerima apapun yang telah dilakukan Ayah.
Demi Pernikahan dan kami anak-anaknya, Ibu rela mengorbankan perasaannya.
...****************...
Suatu hari Kakek berkunjung kerumah, dan berniat menemui Ibu dan Ayah.
Didepan Ibu dan Ayah, Kakek bilang :
"Maya, Aku berniat untuk membuatkan rumah yang baru untuk kalian," ucap Kakek pada Ibu.
Pekerjaan Kakek adalah seorang tukang bangunan. Keahliannya membuat Kakek bisa membangun rumahnya sendiri.
"Dan Aku berencana memberikan rumah ini kepada Adik Bungsumu."
"Sebagai penggantinya tanah disebelah rumah ini menjadi milikmu."
"Kamu beli saja bahan bangunannya, nanti Aku yang akan membangun rumah itu untuk kalian tempati," lanjut Kakek.
Mendengar hal itu membuat Ibu berpikir.
Menurut Ibu perkataan Kakek ada baiknya juga, karena Adik Bungsunya belum mempunyai rumah.
Hingga Ibu mengalah menerima tawaran Kakek untuk membangun rumah yang baru.
Kemudian Ibu bertanya pada Ayah tentang permintaan Kakek tersebut.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Ibu pada Ayah.
"Iya gak apa-apa, kita bangun rumah baru saja" ucap Ayah menyanggupi.
"Baiklah jika kalian setuju, persiapkanlah semua bahan bangunannya agar Aku segera mengerjakannya," ucap Kakek menutup pembicaraan.
Selang berapa lama akhirnya semua bahan bangunan hampir semua sudah siap.
Tinggal menunggu beberapa bahan lagi, dan rumah segera dibangun.
Dengan beberapa bahan yang sudah tersedia, segera Kakek pun mulai melakukan pekerjaannya.
Rencananya rumah yang akan dibangun nanti terbuat dari bahan kayu ulin, karena secara umum perumahan disana dibangun dengan bahan yang sama.
Setiap hari bahan bangunan semakin banyak datang, sehingga untuk merapikannya sebagian bahan kayu-kayu tersebut disimpan dibawah rumah.
Rumah didaerah itu dibangun dengan model panggung, sehingga dibagian bawah rumah bisa dimasukkan bahan bangunan tersebut.
Tapi ternyata pekerjaan rumah terhenti, karena Kakek tiba-tiba sakit.
Tapi bukan itu permasalahannya.
Selang beberapa lama, terjadi lagi keributan yang menurutku sangat besar.
Tiba-tiba Aku terbangun tengah malam.
Suara keributan yang hebat membangunkanKu.
"Ibu.. Ayah jangan sakiti Ibu..!" teriakku pada Ayah yang kini berusaha menyakiti Ibu.
Mereka bertengkar hebat dikamar.
Aku melihat Ayah mengacungkan Senjata Tajam sejenis parang yang panjang pada Ibu.
Aku dan Kakakku menangis ketakutan melihat Ayah seperti orang yang sedang kesurupan.
Entah apa yang terjadi, sehingga keributan itu meledak begitu besar.
Ibu hanya bisa menangis ketakutan.
Namun karena mendengar teriakan kami, Ayah akhirnya keluar dari kamar.
Tapi bukan berhenti marah karena kasian pada kami Anaknya, tapi lagi-lagi karena Tanteku Eva melerai mereka.
Dan seperti biasa, Ayahku menurut patuh padanya.
Entah setan apa yang merasuki Ayah, hingga Aku merasa Ayah begitu berubah 180° memperlakukan Ibu dan kami Anaknya.
"Ayo Nak, kita loncat dari jendela ini."
" Kita pergi dari sini," ajak Ibu pada Kami semua Anaknya.
Karena keadaan tidak memungkinkan untuk pergi lewat pintu rumah, akhirnya kami bertiga pun menurut pada Ibu.
Tengah malam kami lari sambil menangis ketakutan.
Tibalah pada satu rumah, yang akhirnya menjadi tempat tinggal kami berempat dengan Ibu.
Sementara Ayah masih dirumah tinggal bersama Eva.
"Kita sementara tinggal disini dulu ya nak," ucap Ibu pada Kami sambil menangis.
Teringat hal itu, membuat dada serasa sesak.
Tidak tau bagaimana perasaan Ibu saat itu, berjuang sendiri untuk Kami.
Dan beberapa haripun berlalu, kami masih tinggal disana.
Kurang lebih sebulan kami menjalani hidup tanpa Ayah.
Masa sulitpun mulai Kami lalui.
Mulai kesulitan untuk makan, dan permasalahan lainnya terkait perekonomian Ibu.
Tanpa nafkah dari Ayah, Ibu berjuang sendiri.
Namun selang beberapa bulan, Ibu dan Ayah mulai berbaikkan dan Kami kembali kerumah lagi.
Pengalaman itu bukan akhir. Ternyata masih berlanjut.
...****************...
Ibu mulai menjalani kehidupan normal dan keadaan mulai pulih.
Ayah mulai baik lagi pada Kami.
Aku berpikir semua sudah selesai.
Tapi ternyata, inilah permulaan luka tajam yang Kami rasakan hampir menghabiskan seluruh hidup semasa kecil Kami.
...****************...
Malam itu muncul lagi pertengkaran Ibu dan Eva Tanteku.
Seperti tiada berujung, yang kini membuatku mulai lelah menyaksikannya.
Pertengkaran itu berujung Tanteku Eva yang kabur dari rumah.
Tengah malam Dia kabur, dan baru disadari besok paginya.
Beberapa hari Dia tidak kembali kerumah. Dan secara tidak langsung sebenarnya rumah jadi tentram.
Tapi ternyata....
Waktu itu, Aku yang baru saja pulang dari sekolah berlarian menuju rumah.
Niat hati ingin cepat sampai rumah, karena rasa haus yang tidak tertahankan lagi.
Namun hari itu rumah tampak sepi sekali. Aku berpikir semuanya sedang keluar.
Sehingga ketika masuk rumah, Aku berjalan pelan-pelan.
Tak disangka, Aku memergoki Ayahku sedang berbicara pada seseorang. Namun lawan bicaranya tak terlihat.
Seperti berbicara pada lantai.
Namun setelah Ayah mengetahui kedatanganku, Ayah seperti salah tingkah.
Seperti sedang tertangkap basah.
Namun bukan Ayah namanya kalau tidak mengeluarkan berbagai macam alasan.
Dan Aku pun percaya.
"Ayah ngapain?" tanyaku padanya.
"Oh enggak apa-apa, Ayah seperti melihat kotoran dilantai. Tapi ternyata bukan," jawabnya yang membuatku terdiam.
Namun kejadian serupa seperti yang Aku lihat baru saja, tidak hanya sekali terjadi.
Akhirnya, Aku memutuskan untuk mengecek kebagian bawah rumah.
Dan benar saja, Aku menemukan Eva Tanteku yang berusaha bersembunyi dibawah rumah.
Dia menyusun kayu yang sebelumnya akan digunakan untuk membangun rumah kami.
Kayu-kayu itu yang ada dibagian bawah rumah, Dia gunakan sebagai tempat persembunyiannya.
Bahkan dibawah situ, Aku meliat ada alas tikar dan berbagai cemilan yang ternyata dipasok dari Ayahku.
"Hei.." panggil Eva padaku.
Aku terkejut, mendengar ada yang memanggilku dari bawah rumah.
Aku mencoba mencari-cari sumber suara yang sedang memanggilku.
Dan Aku menemukan Dia.
Karena Dia berpikir Aku akan mengetahui keberadaannya, jadi Dia mencoba memanggilku untuk bernegosiasi.
"Jangan bilang pada Ibu kalau Aku ada disini," ucapnya lagi padaku.
Aku terdiam mendengar perkataannya.
Niat hati ingin segera memberitahu Ibu. Tapi wajahnya seperti mengancamku.
Dan Bodohnya, Aku pun menurut karena takut Ayah marah.
"Iya," jawabku padanya.
Dan persembunyiannya pun belum terbongkar sampai beberapa hari terlewati.
Aku mulai berpikir keadaan Ayah dan Ibu sudah aman. Tidak ada pertengkaran lagi.
Namun yang tidak diinginkan pun terjadi. Tenyata Ayah dan Eva merencanakan sesuatu.
Malam itu Ayah berkata pada Ibu.
"Sayang, Aku mau mencari kerja kedaerah yang lumayan cukup jauh."
"Aku berpikir perlu untuk mempunyai pekerjaan tetap," ucap Ayah meyakinkan Ibu.
Mendengar hal itu, Ibu merasa niat Ayah begitu baik dan peduli terhadap keluarga kami.
Lalu Ibu pun mengizinkan Ayah pergi dengan maksud untuk bekerja.
"Iya sayang kalau itu yang kamu inginkan, Aku setuju saja," jawab Ibu pada Ayah.
Bahkan barang-barang keperluan Ayah pun, Ibu membantu untuk menyiapkannya.
Pagi-pagi sekali Ayah mulai berpamitan kepada Kami semua.
"Ayah pergi dulu ya, kalian jaga diri baik-baik," ucap Ayah pada Kami.
Kami pun memeluk Ayah tanda perpisahan.
Maklum hampir 2 tahun selama pindah kekampung Ibu, Kami belum pernah berpisah lagi.
Ayah pun akhirnya pergi bersama sepeda motornya, dengan membawa satu tas pakaian besar.
Rumah pun tampak sepi.
Ibu pun tidak merasakan hal aneh terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments