Tanpa tau alasan Ibu sebenarnya, dengan berat hati aku menerima semuanya dengan lapang dada.
Bahkan ternyata kakakku akan berangkat duluan besok pagi.
Itu semakin membuat aku syok dan bertanya-tanya, ada apa sebenarnya?
Tapi tak satupun mereka menjawab dengan jujur pertanyaanku.
Semua terasa mendadak dan berasa didesak.
......................
Keesokan harinya.
Akhirnya pagi-pagi sekali Kakakku berangkat duluan kekampung halaman Ibuku.
Dan waktu itu aku pun tidak tau Dia perginya dengan siapa.
Aku sedih harus berpisah dengan Kakakku.
Tapi apa daya, kami hanya bisa menuruti permintaan Ibu.
Ibuku mulai membereskan semua barang-barang yang ada dirumah.
Bahkan sebagian barang kami yang tidak bisa dibawa, Ibu jual ke para tetangga dan temannya.
"Ibu kenapa lemarinya dikasih tetangga?" tanyaku ketika tetangga mulai mengangkat lemari kerumahnya.
"Ibu jual nak.. Karena takut Truk yang mengangkut barang kita nanti gak muat," ucap Ibu.
Bahkan hampir separo barang-barang dirumah sudah terjual.
Sambil melihat orang bergiliran datang membawa barang yang telah Ibu jual, teman-teman sekelasku datang kerumah.
Mereka memberikanku hadiah perpisahan.
"Yun.. Ini hadiah perpisahan dari aku," ucap teman sebangkuku.
"Ini dari aku Yun.." ucap temanku yang lain.
Lebih 10 orang teman sekelasku yang datang menjengukku dan mengucapkan salam perpisahan sebelum aku berangkat.
"Makasih ya teman-temanku, kalian baik sekali," ucapku sambil berpelukan dan kamipun menangis sedih karena akan berpisah.
"Kalian jangan lupain aku ya," ucapku sambil menahan tangis.
"Iya Yun, kamu juga jangan lupain kami disini ya," jawab teman-temanku.
"Ini ada foto kami masing-masing, kamu bawa ya biar kamu ingat wajah kami."
"Takut nanti setelah dewasa, wajah kita berubah dan tidak saling kenal," ucap temanku yang lain.
Lalu akupun memberikan fotoku juga sebagai kenang-kenangan.
"Ini fotoku, tapi cuman ada 3 aja."
"Nanti kalian giliran aja ya liatin fotonya," ucapku sambil sedikit bercanda.
Hari-hari terakhirku dikota ini diisi dengan kebahagiaan dan kekecewaan.
Andai bisa memilih untuk tinggal, aku tak akan pergi.
Bahkan sampai sekarangpun aku berpikir, aku tidak bisa sebahagia dulu seperti saat masih kecil dikota kelahiranku.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Waktunya telah tiba.
Pagi-pagi sekali, 2 buah Truk angkutan barang sampai didepan rumah.
Bergiliran tetangga masuk kedalam rumah membantu mengangkat barang-barang yang akan kami bawa kedalam Truk tersebut.
Membutuhkan waktu beberapa jam hingga akhirnya selesai dan kami pun siap berangkat.
Menjelang siang kami berangkat menuju kampung halaman Ibuku.
Kami berangkat ditemani 1 orang Tante Teman Ibuku serta Supir dan 1 orang yang mengawasi barang di masing-masing setiap Truk.
Perjalanan menghabiskan waktu 4 hari 3 malam.
Perjalanan yang lama sekali, biasanya menghabiskan waktu 2 hari. Tapi ini lebih lama karena banyaknya barang yang dibawa sehingga Truk hanya bisa jalan santai.
"Ibu.. Aku capek duduk terus," ucapku merengek pada Ibu karena kelelahan akibat perjalanan yang panjang.
"Ya sudah kalau gitu Yuna duduk dibelakang aja ya."
"Disitukan ada tempat tidur, nah Yuna bisa sambil tiduran disitu."
"Nanti kalau sudah malam, Yuna kedepan lagi ya. Soalnya angin malam nanti kamu sakit nak," ucap ibuku.
"Iya bu," jawabku.
Lalu kemudian tak lama Truk pun berhenti, dan aku pindah kebelakang ditemani Tante temannya Ibuku.
Perjalanan dilewati dengan penuh perjuangan. Karena pergi dengan Truk bermuatan barang itu tidak senyaman pergi dengan mobil penumpang.
......................
Dan akhirnya kami pun tiba ditempat tujuan.
Jam menunjukkan pukul 2 siang pada saat kami sampai didepan rumah.
Kami tinggal dirumah Ibuku. Kebetulan Kakekku membuatkan rumah untuk Ibuku dengan biaya yang dikirimkan Ibuku selama ini.
Setibanya didepan rumah, Ayahku nampak memperhatikan kami yang baru saja turun dari Truk bermuatan barang yang kami bawa.
Baru saja kami turun, tiba-tiba Ibuku dibawa Ayah kedalam rumah.
Ternyata mereka bertengkar.
Ayah tidak tau kalau ternyata kami pindah kekampung halaman.
Yang Ayah tau hanya Kakakku yang pindah sekolah kekampung Ibu. Tapi bukan pindah rumah.
Ayah marah karena kami pindah tapi tidak memberitahunya terlebih dahulu.
"Kenapa tiba-tiba pindah kesini?"
"Kenapa Aku tidak diberitahu?" ucap Ayah penuh pertanyaan.
Disini Aku bisa mendengar perbincangan mereka karena rumah Ibu dikampung terbuat dari bangunan Kayu ulin, jadi meski bicaranya dikamar tetap masih bisa terdengar dari luar.
"Aku mau kita kumpul sama-sama lagi," jawab Ibuku.
"Tapi kan aku bisa saja pulang kesana, tidak perlu sampai pindah segala," ucap Ayah semakin marah pada Ibu.
Entah berapa lama pertengkaran itu berakhir, Aku setelah sampai hanya bisa duduk termenung melihat pertengkaran Ayah dan Ibuku.
Entah bagian mana atas kepindahan kami yang membuat Ayah marah pada Ibu.
Apa karena tidak mau kami pindah ke desa karena sudah mempunyai kehidupan dikota? Atau Ayah takut, jika Ibu tau apa yang telah Dia lakukan?
Akhirnya setelah bicara pada Ayah, Ibu menghampiri kami dan menyuruh temannya dan kawanan yang membawa mobil masuk kedalam untuk beristirahat.
Setelah beristirahat sebentar barulah mereka membantu mengeluarkan barang-barang untuk dimasukkan kedalam rumah.
......................
Besok harinya teman Ibu pun pamit pulang.
"Aku pulang dulu ya," ucap teman Ibu sambil mereka berpelukkan.
"Jangan lupa kasih kabar," tambahnya.
"Iya.." jawab Ibu yang kini sambil menangis saat memeluk temannya.
Mereka berdua sangat akrab, sehingga terasa sulit pula untuk berpisah. Bahkan temannya pun rela jauh-jauh ikut kekampung untuk sekedar mengantarkan Ibuku.
Disaat itupun sebenarnya Ibu tidak mau juga untuk pindah kekampungnya karena sudah merasa betah dikota tempat kami tinggal.
Tapi Ibu tidak punya pilihan lain. Bermaksud hanya untuk berkorban demi rumah tangganya.
Akhirnya Ibu berpisah dengan temannya bahkan itu menjadi terakhir kali mereka berjumpa.
Air matapun mengalir membasahi pipi Ibu. Entah apa yang Ibu pikirkan sekarang.
Karena dulu aku terlalu kecil untuk mengerti perasaan Ibu, hingga tidak tau apa yang sebenarnya Ibu rasakan dan alami.
......................
Suasana dikampung tidak begitu nyaman.
Karena pada saat itu, dikampung Ibuku belum masuk Listrik. Meskipun sudah kecamatan tapi memang belum tersedia listrik maupun akses jalan yang bagus.
Saat itu umurku 9 tahun dan aku sudah kelas 4 SD.
Aku bersekolah disekolah yang baru. Punya teman baru. Rumah yang baru. Dan situasi yang berbeda.
Yang membuatku sedikit belum terbiasa sehingga kurang nyaman.
1 tahun setelah kami menetap dikampung, akhirnya Ayah berhenti dari perusahaan tempat Dia bekerja dan memilih untuk berwiraswasta dikampung Ibu.
Dan aku pun mulai terbiasa dengan keadaan ditempat tinggalku yang baru.
Aku merasa hidupku mulai kembali normal karena sudah lumayan menyesuaikan diri.
Dan aku merasa pernikahan Ayah dan Ibu sudah aman.
......................
Namun tak berlangsung lama setelah Ayah berhenti bekerja, pertengkaran itu kembali lagi.
Aku mendengar Ayah bertengkar hebat dengan Ibu yang sebelumnya tidak pernah aku saksikan.
Melihat mereka bertengkar aku menghampiri mereka untuk melerai.
"Sudah Ibu.. Sudah jangan bertengkar sama Ayah lagi," ucapku sambil menangis.
Kakakku pun datang untuk menghentikan mereka. Namun tidak bisa dihentikan.
Tapi setelah Tanteku Eva datang menghentikan mereka, sekejap saja mereka langsung berhenti.
"Sudah kak.. Hentikan," ucap Eva pada Ayah.
Ayah yang sedari tadi marah seketika berhenti. Seperti menurut sekali pada Eva Tanteku.
Eva kebetulan tinggal satu rumah dan satu atap bersama kami. Karna meskipun itu rumah Ibuku, selama ini mereka yang merawat rumah Ibu karena memang kosong tak ditinggali sebelumnya.
Jadi Dialah yang tinggal dirumah Ibu. Sampaipun kami sudah menetap disitu, Dia masih ikut tinggal disitu juga bersama kami.
Karna hanya Dia yang belum menikah. Sedangkan saudara Ibu yang lain sudah mempunyai rumah masing-masing bersama pasangan mereka.
Ibu hanya bisa menangis setelah pertengkaran mereka.
Dan setelah cukup dewasa, aku baru mengetahui jika pertengkaran Ibu waktu itu juga karena Eva tanteku.
Semenjak Eva hadir ditengah-tengah keluarga kami, aku tersadar jika Orangtua ku lebih sering bertengkar.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments