4. Kacau

Aku melihat keadaan Ibuku, seperti baik-baik saja. Entah apa yang sebenarnya terjadi dan dirasakan Ibuku waktu itu.

Tapi sepertinya ada yang ditutupi orang tuaku tentang keadaan yang sebenarnya terjadi.

Yang aku lihat mereka semakin sering bertengkar dan saat itu Aku masih belum paham apa penyebabnya.

Karena kembali lagi, Aku dianggap masih kecil dan tidak diberi penjelasan.

...****************...

Tiba-tiba suatu malam, ada Adik Ibuku yang lain bernama Lani sedang main kerumah kami.

Kami bersama sedang menonton televisi. Pada waktu itu kami menonton sinetron dan bercerita tentang perselingkuhan.

Lalu Tanteku Lani berucap : " Itu lo si wanitanya gak tau malu," ucap Tanteku berkomentar tentang karakter wanita yang sedang diselingkuhi suaminya namun belum terbukti.

"Curiga suaminya selingkuh padahalkan gak ada, dasar Cemburu Buta !" ucapnya tegas pada sosok wanita itu.

Lani Tanteku sedang menyindir Ibuku.

Ibuku sepertinya sudah bercerita pada Adik-adiknya tentang kecurigaannya terhadap Eva Tanteku.

Tapi mereka tidak percaya dan bahkan menuduh Ibuku telah memitnah Tanteku Eva.

Nah disini Aku sudah mulai mendengar cerita kalau Tanteku bermain Api dengan Ayahku.

Tapi saat itu Ibu tidak bisa mengambil tindakan tegas, karena Ibu belum punya bukti kuat.

Hanya masih sekedar kecurigaan. Atau mungkin saat itu Ibuku telah menyadari apa yang mereka lakukan hingga memutuskan untuk bercerita pada Tanteku yang lain.

Tapi begitulah nasib Ibuku, Aku merasa kasian sekali.

Padahal Ibu sedang disakiti suami dan Adik kandungnya.

Adiknya yang lain yaitu Om dan Tanteku bukannya membantu menasehati Eva, tapi malah terlihat seperti mendukung hubungan gelap itu.

Posisi Ibuku pun semakin terhimpit. Tidak tau harus bercerita dan meminta bantuan pada siapa.

Karena saudara-saudara kandungnya pun tidak mengindahkannya.

Suatu hari, terjadi lagi pertengkaran hebat antara Ibuku dan Tanteku Eva.

Bahkan aku menyaksikan mereka perang mulut.

Ibuku marah-marah padanya karena telah menjalin hubungan dengan Ayahku, tapi Dia malah tidak mengakuinya.

Bahkan lucunya ada Tanteku yang paling Bungsu dari mereka, datang kerumah pada saat mereka bertengkar.

Dia berucap : " Kalau Kakak ingin menyakiti bahkan membunuh Eva, Aku yang akan duluan membunuhmu ! Ucapnya kejam pada Ibuku.

Aku kaget mendengar ucapannya. Bahkan tidak menyangka Dia akan berucap seperti itu.

Aku berpikir Dia akan membela Ibuku Kakak tertuanya karena jelas Eva mengganggu Rumah Tangga Ibuku.

Tapi ternyata apa yang ku dengar, Dia bahkan rela kalau harus membunuh Ibuku jika Ibu menyakiti Eva.

Ohh Tuhan. Kalau Aku ingat lagi, Aku sangat kasian pada Ibu.

Entah bagaimana perasaannya pada saat itu, harus berjuang sendiri tanpa dukungan keluarganya.

Bahkan Adik-adiknya yang lain ikut menyakiti hatinya.

"Kamu kenapa bicara seperti itu" ucap Ibuku pada Tante bungsuku.

"Kakak itu menuduh tanpa bukti."

"Cuma curiga semata, tanpa ada bukti yang jelas," ucapnya pada Ibuku.

Ibu bisa sampai semarah itu karena sebelumnya telah memergoki apa yang dilakukan Ayah dan Eva Tanteku, yang tidak bisa Dia buktikan pada mereka.

Padahal Ibuku lihat sendiri, tapi mereka menganggap itu hanya kecurigaan Ibu aja.

Ibu hanya bisa menangisi apa yang dilakukan Adik-adiknya.

Ibu hanya ingin mempertahankan Rumah Tangganya.

Ibu semakin tersiksa.

Pindah kekampung dengan maksud agar mendapat dukungan dari keluarga, supaya dia bisa mempertahankan pernikahannya.

Tapi yang didapat malah sebaliknya.

Yang menjadi masalah adalah Ayah dan Tanteku Eva melakukan perselingkuhan tapi mereka tidak mengakuinya.

Dan tambah lagi Ibu belum punya bukti kuat tentang perselingkuhannya, jadi mereka masih menutupinya karena merasa masih aman.

Padahal Ibu sudah tau jelas apa yang terjadi bahkan terlihat.

Karena mereka tidak mengaku sehingga membuat keluarga besar pun berpikir bahwa Ibu terlalu berlebihan.

Mereka begitu kejam terhadap Ibu.

Berkali-kali Aku berucap, Aku kasian dengan Ibu.

Entah bagaimana sakitnya perasaan Ibu saat itu.

Seolah keluarga Ibuku, menginginkan pernikahan Ayah dan Ibu hancur.

...****************...

Dilain waktu dengan kejadian berbeda.

Karena mata pencaharian dikampung adalah berkebun, jadi Ayah dan Ibu juga membuka kebun seperti yang lain pada umumnya.

Pagi itu sepertinya ada pertengkaran kecil antara Ibu dan Ayahku, dengan masalah yang sama.

Lalu karena merasa sakit hati, Ibu pergi membawa Kakakku ke kebun berniat melarikan diri dari permasalahan agar sedikit tenang.

Dikebun, Ibu bekerja membersihkan kebun dan kegiatan lainnya.

Bukan hanya sebagai tempat untuk pergi. Tapi Ibu benar-benar bekerja dikebun.

Itu cara Ibu menghilangkan stresnya.

Jarak Kebun dan rumahku agak jauh. Kalau berjalan kaki, kira-kira membutuhkan waktu 3 jam perjalanan.

Ibu dan Kakakku pergi kesana ikut orang yang kebetulan lewat kearah kebun juga.

Dan Ibu berpesan pada Ayah agar nanti menjemput mereka setelah selesai. Begitu info yang aku dapat dari Kakakku.

Haripun mulai gelap. Hujan turun begitu deras.

Ibu dan Kakakku belum terlihat.

Aku yang tidak tau kemana mereka pergi pun, bertanya pada Ayahku : " Ayah pergi kemana Ibu dan Kakak?".

"Sudah mau gelap kok mereka belum pulang dari tadi," ucapku lagi.

Aku tidak tau apa yang sedang terjadi dirumah, karena aku baru saja pulang dari tempat les.

"Ibu mengajak Kakakmu kabur kekebun," ucap Ayah santai.

"Kabur?" Tanyaku pada Ayah.

"Tapi ini kan sudah mau malam, kenapa ayah gak jemput mereka?"

"Kan kasian mereka gak bisa pulang nanti," ucap ku lagi.

"Biar aja, siapa suruh main pergi aja," ucap Ayah padaku.

Aku kaget mendengar ucapan ayah.

Lebih kaget lagi setelah mendengar Eva Tanteku menimpali perkataan Ayah : " Biar aja, mereka itu muka anjing yang gak tau malu !".

Aku terdiam mendengar ucapannya. Entah apa yang terjadi sampai Dia berucap Ibuku tidak tau malu.

Bukankah Dia yang merebut suami orang lain? Bukankah harusnya Dia yang gak tau malu? Ucapku dalam hati.

Meskipun Aku tau Ibu marah pada Eva karena hubungannya dengan Ayah, tapi Aku tidak bisa ikut marah padanya.

Karena Aku tidak berani marah pada Eva karena Ayah bisa saja marah padaku.

Aku termasuk anak penurut dan takut memberontak. Dan itu adalah penyesalan dalam hidupku.

Aku sering melihat mereka berbincang tak selayaknya Kakak dan Adik Ipar.

Tapi aku tak pernah bilang pada Ibu.

Karena dulu ayah pernah berucap, kalau kami suka mengadu pada Ibu, sama saja kami ingin menghancurkan Pernikahan Orangtua kami.

Sehingga, Aku memilih diam demi Orangtuaku.

Haripun mulai gelap, terlihat Ibu dan Kakakku pulang dengan berjalan kaki dari kebun sambil diguyur hujan yang begitu derasnya.

Aku kasian sekali pada Ibu dan Kakakku, tapi Aku tetap tidak berani melawan pada Ayah.

"Ibu.." panggilku pada Ibuku yang sudah basah kuyup.

"Minta tolong ambilkan handuk dek?" ucap Ibu padaku.

Lalu aku pergi mengambilkan handuk untuk Ibu dan Kakakku.

Lalu Kakakku berucap dengan berbisik padaku : "Tega sekali Ayah gak jemput Ibu sama Aku."

"Padahal tadi Ibu sudah berpesan pada Ayah untuk jemput kami berdua nanti.

Tapi Ayah gak datang menjemput, bahkan kami harus jalan kaki dan kehujanan begini," ucap Kakakku sedih.

Penjelasan dari Kakakku barusan, sangat berbeda dengan keterangan Ayah dan Eva Tanteku.

Bahkan tadi mereka seperti menyalahkan Ibu.

Kami bahkan tidak habis pikir, kenapa Ayah kami berubah jadi orang yang begitu jahat pada Ibuku yang malang.

Padahal sebelum Wanita itu hadir dikehidupan kami, Orangtuaku baik-baik saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!