Sore itu pun Ayah akhirnya pulang dari kampung halaman Ibu.
Tanpa bertemu Ibu, Ayah pergi begitu saja.
Tujuannya memang hanya ingjn mendekati keluarga Ibu, agar mereka bisa kembali lagi tinggal dikampung halaman ini.
...****************...
Akhinya Ku jumpai Ibu yang baru saja kembali pulang kerumah.
"Ibu dari mana saja? Kok dari tadi siang tidak kelihatan?" tanyaku seketika Ibu masuk kerumah.
"Oiya Nak, Ibu baru saja dari rumah teman Ibu."
"Ibu malas dirumah, nanti ketemu Ayahmu," jawab Ibu berterus terang.
"Iya bu, aku paham kok perasaan Ibu. Lagi pula Ayah tidak ada kesini bu," Aku menjelaskan pada Ibu.
"Iya syukurlah Nak. Untuk apa juga mereka kesini, berani sekali mereka menunjukkan muka ke tetangga," Ibu seketika mulai geram.
"Aku juga gak tau maksud tujuan mereka datang Bu. Malah Aku semakin kecewa pada Ayah," ucap kakak menimpali.
Kakak yang baru saja sampai kerumah kami, tiba-tiba mengomentari ucapan Ibu.
"Oh Kamu Tika. Bikin kaget Ibu saja," Ibu terkejut dengan kedatangan kakak yang langsung menyambar ucapan Ibu.
"Iya Bu. Ngapain juga Ayah datang kesini. Mau pamer?" ucap kakak yang mulai kesal.
"Hmmm..." Ibu hanya menarik nafas panjang, tanda menahan amarah.
"Oiya Bu.. tadi pas aku jalan menuju kesini, aku bertemu orang yang sedang mencari alamat Ibu."
"Aku dengar dia sedang bicara sama penjaga warung makan didekat rumahku," ucap kakak memberi info pada Ibu.
"Siapa? Perempuan atau laki-laki?" lanjut Ibu menjawab penasaran.
"Laki-laki, sudah seumuran Ibu juga."
"Tapi aku gak ada bicara sama dia, cuma kebetulan lewat aja aku dengar percakapan mereka," lanjut kakak menjelaskan.
"Mungkin sekarang dia sudah tau alamat disini."
"Paling sebentar lagi dia kemari, tadi dia masih makan waktu aku melewati mereka," ucap kakak yang juga penasaran.
Dan benar saja.
Baru saja Ibu dan kakak bicara, datanglah pria yang disebutkan kakak tadi.
Pria itu mulai menyapa Ibu, yang kebetulan dilihatnya pada saat dia sampai didepan rumah kami.
"Hai, Maya. Akhirnya aku ketemu alamat rumahmu," sapanya pada Ibu.
"Hai, Candra. Lama sudah tidak bertemu," ucap Ibu menjawab sapaannya dengan wajah tersenyum.
Merekapun bersalaman dan kini Ibu mempersilakan dia masuk.
Ibu dan Pak Candra mulai mengobrol diruang tamu.
Kami yang melihatnya ikut tersenyum tanda menyapa teman Ibu.
"Mereka Anak kamu, May?" sambil Pak Candra menunjuk kearah kami.
"Oiya.. Ini anakku yang paling besar, Namanya Tika. Dan ini Yuna, anak keduaku," ucap ibu sambil menunjuk kami satu per satu.
"Bukannya ada tiga kamu bilang?" ucap Pak Candra sambil berusaha mencari adik bungsuku.
"Satunya lagi keluar," ucap Ibu menjelaskan keberadaan adikku.
"Nak, buatkan minum ya," Ibu seraya meminta pertolongan padaku.
"Oke Bu," aku pun langsung menuju arah dapur diikuti kakakku.
Sesampainya didapur, aku yang mulai penasaran akhirnya menanyakan pada kakakku.
"Om itu siapa ya kak? Kok sepertinya sudah akrab sekali sama Ibu? Ucapku penuh tanya.
"Iya, kakak juga gak tau. Mungkin teman Ibu sewaktu diperusahaan tempat Ibu kerja. Kalau aku dengar sekilas pembicaraan mereka sih," ucap kakak yang mencoba mencari tau.
Benar. Pak Candra adalah kenalan Ibu ditempat kerja. Dan ternyata bukan hanya kenalan biasa, tapi Beliau adalah salah satu Manager diperusahaan itu.
Pak Candra yang punya paras tampan dan juga berkharisma, tentunya sangat membuatnya begitu berkelas.
Mempunyai Badan yang tinggi dan tubuh yang proposional, membuat Pak Candra sangat cocok dipanggil seorang Bos.
Ya, benar. Memang Pak Candra adalah Bos Ibu.
Bos yang akhirnya membuat Ibu memilih untuk berhenti dari tempat kerja.
Dan Akhirnya kami tau alasan Ibu berhenti bekerja dari perusahaan itu.
"Apa kabarmu?" Pak Candra kembali membuka obrolan
"Baik pak."
"Pak Candra apa kabar?" ucap Ibu membalas obrolan.
"Aduh kan sudahku bilang, panggil saja namaku kalau kita sedang diluar. Aku jadi gak enak kalau kamu panggil pak."
"Kan kita seumuran," ucap Pak Candra merendah.
Padahal Beliau punya jabatan cukup tinggi di perusahaan itu.
Tapi dengan Ibu, Beliau tidak ingin dianggap seperti Bos. Beliau ingin berteman tanpa memandang jabatan.
Sangat hamble sekali.
"Aku yang gak enak. Kan kamu dulu memang Bos aku, wajar saja kalau aku panggil Bapak karena aku menghormati kamu," Ibu kini menanggapi ucapan Pak Candra.
"Hahahaa.. Kamu bisa saja," kini Pak Candra merasa tergelitik dengan ucapan Ibu.
Selagi mereka bicara, akupun datang menghampiri.
"Maaf menggangu, ini silakan diminum," ucapku seketika memotong obrolan mereka karena ingin menghidangkan minuman untuk mereka berdua.
"Oiya, terimakasih ya. Seharusnya gak usah repot-repot Nak," ucapnya padaku membuat aku melirik kearah Ibu.
Kok dia panggil aku dengan sebutan, Nak? Ucapku dalam hati.
Ibu pun memberikan kode padaku untuk meninggalkan mereka.
Dan benar saja dugaanku.
Ternyata Pak Candra sangat menyukai Ibu, hingga membuat Ibu tidak nyaman dan akhirnya memutuskan untuk berhenti.
Ibu yang masih trauma dengan laki-laki, memilih menjauh dari Pak Candra agar tidak memberikan harapan yang tidak pasti.
Tapi berbeda dengan Pak Candra, Beliau begitu nekadnya untuk mendekati Ibu.
Pak Candra begitu mengagumi kepribadian Ibu, hingga membuatnya semakin ingin mengenal Ibu lebih jauh.
Tapi Ibu saat itu menolak, saat Pak Candra mengajak Ibu kejenjang yang lebih serius.
Pak Candra memang pria berumur, tapi beliau masih bujangan dan belum pernah menikah sebelumnya.
Mungkin karena sibuk berkarier hingga lupa untuk menikah.
Aku yang menghampiri kakakku langsung berbisik.
"Sepertinya Om itu menyukai Ibu," ucapku padanya.
"Aku juga memikirkan hal yang sama," jawab kakak seketika membuatku terkejut.
"Kalau misal Ibu menikah lagi, apa kamu setuju?" langsung aku berpikir kearah sana.
"Dek, kalau itu bisa membuat Ibu kembali bahagia dan ceria seperti 6 tahun lalu, kita harus mendukung Ibu," ucap kakakku seraya merangkul bahuku tanda meminta persetujuanku.
Aku hanya terdiam.
Benar. Ibu juga berhak bahagia, ucapku dalam hati.
"Iya, kamu benar kak. Mungkin ini saatnya Ibu bahagia."
"Kita bantu Ibu untuk membuka hatinya kembali," ucapku penuh semangat.
"Benar dek, biar Ayah menyesal. Ibu bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari Ayah," kakak mulai mengingat perlakuan Ayah pada Ibu.
Aku dan kakak pun sepakat agar Ibu menikah lagi, supaya Ibu melupakan kepahitan yang sudah Dia lalui.
...****************...
Terdengar gelak tawa dari Obrolan Ibu dan Pak Candra.
Terlihat sudah begitu akrab sekali.
Memang Ibu sudah berteman baik dengan Beliau selama Ibu bekerja disana.
Karena kebetulan, Ibulah yang memasak untuk Pak Candra dan mengurusi hunian tempat kediaman Pak Candra.
Namun ternyata, itu menimbulkan benih - benih perhatian dari keduanya.
Namun nampaknya Ibu begitu takutnya untuk melangkah jauh lagi dalam hubungan mereka.
"Semoga Ibu bisa terbuka lagi pintu hatinya," tuturku sambil memandangi Ibu yang sedang asyik mengobrol bersama Pak Candra.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments