Dokter Ella Love Story
Lazuardi Edwin Pradana, Ardi. Nama itu terus saja terngiang dan berputar-putar di otak Ella. Nama yang unik, Lazuardi hehe lucu juga. Lazuardi bisa berarti sebagai batu permata berwarna biru kemerahan. Sesuatu yang sangat indah dan berharga tentunya. Entah mengapa Ella selalu senyum-senyum sendiri kegirangan dengan hati berbunga-bunga saat memikirkan nama itu.
Baru beberapa hari ini Ella mengenal nama pria itu, dia bahkan belum pernah bertemu sekalipun dengannya tapi entah mengapa dia selalu berbunga saat memikirkan Ardi. Pria yang baru dikenalkan padanya oleh Sari, salah satu teman sejawatnya sesama dokter interenship di RSUD G. Ardi adalah kakak sepupu dari Sari.
Ella hanya tau wajah dan nomer kontak Ardi saja. Dengan Sari sebagai mak comblang mereka berdua akhirnya sukses bertukar nomer kontak dan beberapa kali saling sapa dan bertukar pesan. Sejauh ini Ella merasa nyaman saat bertukar pesan dengan Ardi, seakan ada kesamaan pandangan dan pola pikir yang dirasakan Ella dari pria itu.
Memang Ella termasuk pemilih untuk dapat cocok dengan seorang pria. Bukan kriteria aneh-aneh tentang fisik dan ketampanan serta perawakan pria tersebut. Bukan juga menginginkan cowok sempurna yang seperti di drama-drama koreya.
Yang Ella inginkan hanyalah seorang pria yang cerdas, yang nyambung dengannya saat diajak ngobrol, yang positif serta tentunya sopan dan berkelakuan baik padanya. Thats all gak muluk-muluk. Tapi nyatanya sampai saat ini pun hampir genap berusia 24 tahun Ella belum juga menemukan pria yang mampu membunyikan nada 'klik' di hatinya.
Tiba-tiba smartphone di saku jas putih Ella bergetar, memang selama bertugas jaga di RSUD Ella selalu menerapkan mode silent di smartphone-nya, supaya tidak mengganggu bila sedang pelayanan pada pasien. Ella segera mengeluarkan benda itu dari sakunya dan hatinya langsung berbunga demi melihat nama si pengirim pesan, Lazuardi.
Lazuardi
Sore Ella, lagi ngapain ni? Sibuk nggak?
Ella
Sore Mas Ardi. Lagi jaga sore. Ini lagi nggak sibuk kok. Aman.
Lazuardi
Aku telpon sekarang ya? Boleh?
Ella
Silahkan.
Hanya dalam hitungan detik berikutnya smartphone Ella kembali bergetar di tangannya, kali ini tanda panggilan masuk dari Lazuardi. Tanpa menunda-nunda lagi, Ella langsung mengangkatnya dengan hati yang entah mengapa berdebar-debar kencang tak karuan.
"Halo Ella?" sapa suara di seberang sana.
"Iya, halo mas Ardi," jawab Ella sedikit gugup. Maklum biasanya dia hanya bertukar pesan melalui chating dengan Ardi. Dan ini pertama kalinya dia mendengar suara pria itu.
"Hmmm udah makan belum?" Ardi mencoba mencari bahan pembicaraan.
"Belum. Nanti aja sekalian pulang jaga," jawab Ella sambil melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00.
"Jam berapa pulangnya nanti?"
"Sejam lagi, jam 8."
"Makan malem bareng aku mau gak?" Ardi tiba-tiba menawarkan ajakan makan malam bareng.
"Eh, kapan?" Ella benar-benar kelabakan mendengar ajakan itu. Jujur saja dia belum siap untuk bertemu langsung dengan Ardi. Belum siap mental.
"Ya abis ini lah. Aku jemput ya sejam lagi."
"Eh, tapi?" Ella bingung mencari alasan untuk menolak ajakan Ardi.
"Aku laper El. Masa kamu tega liat aku kelaparan?" Ujar Ardi dengan nada memelas.
"Emang mas Ardi belum makan malam juga?"
"Belum. Kan belum makan sama kamu."
"Udah makan ya? Berarti gak usah deh klo begitu."
"Belum kok. Ini juga baru mau pulang dari kantor. Nanti aku langsung mampir ke rumah sakit ya jemput kamu." Kali ini nada bicara Ardi sedikit mendesak, seperti tak ingin penolakan.
"Tapi kan?" Ella masih berusaha untuk menolak.
"Apa lagi El?" Ardi terdengar tidak senang.
"Aku belum mandi dan masih bau. Kamu masih mau jalan sama aku kalau aku belum mandi?" Ella mengakui dengan malu-malu. Yah masih mending mengaku daripada nanti sudah ketemu, kesan pertama yang didapat bahwa dirinya dekil, kotor dan bau kecut. Kan gak lucu.
Ella tak bisa membayangkan aroma tubuhnya saat ini setelah jaga seharian dari jam 13.00 tadi sampai nanti jam 20.00. Belum lagi bercampur dengan bau-bau obat, bau darah, bau antiseptik dan lain-lain yang melekat pada tubuhnya yang seharian di UGD rumah sakit ini.
"Hahaha, astaga Ella...Aku juga belum mandi dari pagi malah. Jadi tenang saja aku pasti lebih bau dari kamu, hehe."
"Wah sesama donk kita?" celetuk Ella.
"Iya, sesama makhluk bau kecut tidak usah malu. Ehehehe," terdengar Ardi masih cekikikan disana. Ardi tak mengira Ella bisa selucu dan semenggemaskan itu anaknya.
"Ya sudahlah kalau begitu. Tapi Mas Ardi harus ngajak aku ke tempat makan yang enak lho ya, janji?" Ella akhirnya mengalah dan pasrah saja.
"Siap kalau soal itu," jawab Ardi menyanggupi. "Ya sudah aku berangkat dulu."
"Ok, hati-hati di jalan," Ella menutup sambungan teleponnya dengan tersenyum.
Selanjutnya waktu satu jam menanti kedatangan Ardi terasa sangat lama bagi Ella. Satu jam yang terasa seperti berjam-jam. Jumlah pasien di UGD tidak begitu banyak yang datang karena hari semakin malam. Hanya ada dua pasien di bed UGD yang masih harus di observasi keadaannya sebelum di oper ke ruangan rawat inap. Membuat Ella menganggur kurang kerjaan sehingga waktu disekitarnya serasa berputar lebih lambat.
15 menit sebelum jam 20.00 Ella sengaja ke toilet untuk merapikan penampilannya. Dia mencuci mukanya dengan air di wastafle dengan sabun cuci muka yang selalu stand by di kosmetik pouch tas nya. Kemudian mengeringkan wajahnya dengan tisue, dan mengoleskan bedak tabur tipis-tipis.
Terakhir Ella memulaskan lipstik berwarna nude pink ke bibirnya. Diambilnya sisir untuk menyisir dan merapikan rambutnya yang lurus terurai sepunggung. Dirapikannya krah baju kemeja dan disemprotkan parfum charlie White ke tubuhnya. Parfum beraroma melati yang lembut dan biasa dia pakai sehari-hari.
"Done, simple touch up." Ella mengamati sekali lagi penampilannya yang terpantul dari kaca wastafle. Ella tak ingin terlihat terlalu menor atau berlebihan pada pertemuan pertamanya dengan Ardi. Ella hanya ingin menunjukkan penampilannya sehari-hari. Selanjutnya terserah Ardi yang menilai cocok atau tidak dengan penampilan Ella itu.
Jantung Ella serasa melorot beberapa centimeter begitu dia kembali ke UGD dan didapatinya suasana ruangan yang heboh karena ada pasien yang baru masuk. Pasien kecelakaan lalu lintas kali ini. Ella melirik jam tangannya menunjukkan pukul 19.55. Sial, hanya 5 menit sebelum berakhir shif jaganya dan dokter jaga penggantinya tentu saja belum datang juga.
"Px wanita 30 tahun post KLL dok." Yudi, salah seorang perawat UGD memberi laporan dan menyerahkan sebendel rekam medis pasien pada Ella. (Note: px\=pasien, KLL \= Kecelakaan Lalu Lintas)
Ella segera meletakkan pouch berisi alat kosmetiknya di meja, kemudian mengambil rekam medis pasien tadi dari tangan Yudi. Segera dihampirinya sang pasien yang masih sadar dan merintih kesakitan dengan luka-luka ringan di kaki sebelah kanannya.
"Pasang infuse set, buka dan bersihkan lukanya, masukkan antibiotik dan analgesik injeksi juga." Perintah Ella pada Yudi sebelum dia kembali ke mejanya untuk menulis dan mengisi lembar-lembar diagnosa di rekam medis pasiennya.
"Maaf dok, lukanya sangat dalam. Sepertinya sudah mengenai pembuluh darah." Yudi melapor pada Ella beberapa menit kemudian.
Tanpa menjawabnya Ella langsung beranjak menghampiri sang pasien. Dia mengambil sepasang Hand glove dan memakai di kedua tangannya.
"Siapkan alat jahit, neddle dan cat gut." Perintah Ella pada Yudi yang langsung menyodorkan padanya seperangkat alat di atas sebuah nearbacken, baki bengkok yang terbuat dari bahan logam.
Dengan Yudi yang bertindak sebagai asisten, Ella mulai mengulaskan antiseptik ke bagian kaki pasien yang terluka. Kemudian Ella menyuntikkan larutan anastesi ke bagian kaki pasien yang akan dijahitnya.
Ella menunggu beberapa saat sampai anastesi bereaksi dan pasien tidak dapat merasakan sakit lagi. Setelah itu barulah Ella menjahit pembuluh darah pasien yang terluka untuk menghentikan perdarahannya. Kemudian dia melanjutkan menjahit luka pasien itu sebelum menutupnya dengan kasa.
"Observasi perdarahan dan keadaan umumnya. Jika sudah stabil pindahkan ke ruang bedah." Ella memberikan perintah kepada Yudi.
"Ok dok," jawab Yudi ringan. Pria itu merapikan dan membersihkan luka pasien, troli alat, serta bed pasiennya.
Ella melepas dan membuang hand gloves ternoda darah yang dipakainya ke sampah medis. Mencuci tangannya ke wastafle dan mengeringkannya. Ella kemudian kembali ke mejanya dan berkutat dengan tumpukan kertas isian rekam medis pasien tadi.
Tanpa disadari oleh Ella seorang pria yang sudah hadir disana beberapa menit yang lalu terus saja mengamatinya dari sebuah kursi tunggu UGD. Dialah Lazuardi, pria itu tersenyum-senyum sendiri melihat Ella yang sibuk merawat pasiennya dengan cekatan.
Ada desiran aneh di dada Lazuardi demi melihat gadis cantik itu bekerja, begitu cekatan dan efisien. Ardi merasa seakan jatuh cinta pada gadis itu sejak pandangan pertama.
Ella adalah sosok gadis yang sangat cantik dengan penampilan sederhana. Bahkan wajah gadis itu pun tampak begitu natural seperti tanpa sapuan make up. Ella sangat sesuai dengan selera Ardi yang tidak suka dengan wanita menor.
"Duh sorry El rada telat, macet tadi." Intan, dokter jaga shift malam menghampiri Ella yang masih sibuk mengisi rekam medis.
"Gak papa Tan. Sudah beres kok tinggal tahap observasi untuk ketiga pasien. Ini operannya," jawab Ella sambil menyerahkan stetoscope dan tumpukan rekam medis ke Intan.
"Oke deh. Semoga aman untuk malam ini," ujar Intan menerima operan dan mengambil duduk di singgasana dokter jaga UGD.
"Yuk aku pulang duluan," pamit Ella sambil melipat jas putihnya dan memasukkannya ke tote bagnya serta mengemasi pouch kosmetik, dan pouch alat tulisnya ke dalam tote bagnya.
Ella berjalan meninggalkan ruangan UGD sambil melirik jam tangannya. Astaga sudah jam 20.30, bagaimana nasib janjian antara dirinya dengan Ardi tadi ya? Ella sedikit panik karena baru mengingat janjinya untuk makan malam bersama Ardi.
"Sibuk sekali sepertinya Dokter Ella?" Langkah Ella terhenti saat sesosok pria menghampirinya. Pria itu tersenyum dan menyapanya dengan ramah.
Kontan Ella mengamati sosok pria didepannya itu. Seorang pria tampan dengan perawakan tinggi tegap yang kira-kira 180 cm, berpostur tubuh sedang dengan warna kulit kuning kecoklatan khas indonesia. Pria itu berpenampilan formal lengkap dengan kemeja warna milo dengan dasi coklatnya.
Pria itu tersenyum kharismatik dan menyodorkan tangan kanannya pada Ella. Menyebutkan namanya untuk memperkenalkan diri.
"Lazuardi."
"Amelia, Ella." Ella memberikan senyuman termanisnya untuk pria di depannya itu.
Ella berusaha terlihat sekalem dan senatural mungkin untuk mengatasi kecanggungan dan kegrogiannya berhadapan dengan Ardi. Ardi yang ternyata jauh diatas expectasi-nya. Bahkan pria itu jauh lebih tampan daripada profil picture yang dipakainya di akun sosmednya.
"Apa kamu masih lapar?" Tanya Ardi memecah kebisuan mereka berdua.
"Sangat," jawab Ella yang tiba-tiba merasa perutnya keroncongan, sangat kelaparan.
"Yuk langsung aja." Ardi mengajak dengan bersemangat.
"Tapi aku bawa motor tadi." Ella menolak karena bingung dengan nasib motornya di parkiran.
"Gampang, dititipkan disini saja." Ardi dengan santainya menggiring Ella ke mobilnya. Honda jazz merah keluaran terbaru yang diparkirnya di parkiran depan loby UGD.
"Terus besok bagaimana aku berangkat kerja? Besok aku mendapat jadwal jaga malam."
"Besok aku akan mengantarmu," jawab Ardi ringan sambil membukakan pintu mobil untuk Ella.
"Eh, kamu yang mengantar?" Ella bertanya karena masih kebingungan.
"Ella, ayo cepat masuk mobil. Aku sudah kelaparan, mau pingsan." Rengekan Ardi menyadarkan Ella untuk segera beranjak memasuki mobil. Kemudian mobil merah itu langsung melaju meninggalkan pelataran parkiran UGD RSUD G.
~∆∆∆~
FYI (For Your Informations)
*Interenship adalah pendidikan profesi untuk pemahiran dan pemandirian dokter setelah lulus pendidikan dokter. Bertujuan untuk menyelaraskan hasil pendidikan dengan kondisi di lapangan.
*UGD di Rumah Sakit buka dan melakukan pelayanan selama 24 jam. Jadi biasanya dibagi kedalam 3 sift rotasi untuk pegawai yang jaga. Jadwal jaganya juga berbeda-beda sesuai kebijakan masing-masing Rumah Sakit
Di RSUD G dalam cerita, setiap sift jaga terdiri dari satu dokter dan dua perawat, dengan jadwal sift:
sift pagi : 06.00-13.00
sift siang : 13.00-20.00
sift malam : 20.00-06.00
*Prosedur penanganan pasien perdarahan : yang paling penting adalah menghentikan perdarahannya. Pada kasus luka yang dalam dan mengenai pembuluh darah, maka harus dijahit dulu pembuluh darahnya baru kemudian menjahit luka (dagingnya) sampai perdarahannya berhenti, setelah itu baru ditutup kasa steril)
🌼Tolong klik JEMPOL (LIKE), klik FAVORiT (❤️), kasih KOMENTAR Makasih 😘🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Chamz Fita
mantapppp ceritanya...aku sukaa😍😍
2024-11-05
0
Icah Cahyani
sepertinya menarik
2024-06-14
0
Mega Wati
kedua kalinya baca gak bisa move on dari dokter Ella SM ardi
2023-12-03
1