...When she was just a girl,
she expected the world,
But it flew away from her reach,
So she ran away in her sleep,
and dreamed of Para-para-paradise, para-para-paradise,
para-para-paradise...
Sayup sayup terdengar lantunan lagu dari music player di mobil Ardi yang melaju kencang membelah gelap dan dinginnya malam. Ella duduk dengan sedikit canggung di kursi penumpang sebelah Ardi yang sedang menyetir mobilnya.
Sejak duduk dan memasuki mobil, baik Ella atau Ardi hanya terdiam. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing dan terlalu sungkan untuk memulai pembicaraan. Bingung serta canggung harus memilih topik apa untuk dibahas dan dibicarakan.
"And dream of para-para-paradise. Para-para-paradise."
Tiba-tiba Ardi ikut menyanyikan lagu yang sedang diputar itu. Berduet dengan Chris Martin, sang vocalis Cold play yang bersuara merdu.
"Para-para-paradise." Ardi terus saja asik bersenandung. Tanpa memperdulikan kualitas suaranya yang sama sekali tak sebanding dengan sang vocalis. Ardi terus bersenandung tanpa malu-malu sedikitpun.
"Para-para-paradise." Tanpa disadarinya, seakan terhipnotis Ella juga ikut bernyanyi. Ikut menyenandungkan reff lagu Paradise dari cold play.
"Wah kamu tahu lagu ini juga, El?" Tanya Ardi setelah puas menyanyikan bagian reff lagu.
"Iya, aku lumayan suka karena lagu ini enak didengar."
"Ini adalah lagu favoritku. Kalau mendengar lagu ini, seolah bisa membayangkan surga...Yah meskipun aku suka semua lagunya Cold play." Ardi menoleh kearah Ella dan memamerkan senyumannya yang berkilau bak iklan pasta gigi.
"Kalau aku lebih suka hymne of the week end atau something just like this," jawab Ella.
Entah Mengapa terasa ada sedikit bunyi 'klik' dihati Ella saat mengetahui selera musik Ardi yang kurang lebihnya sama dengannya. Ok musik nyambung, one point.
"Selera yang bagus. Aku juga suka lagu itu." Ujar Ardi semakin bersemangat setelah berhasil mencairkan suasana. Akhirnya dia menemukan topik bahasan untuk sekedar mengobrol dengan Ella.
"Kamu kos dimana selama disini?"
"Di jalan Dahlia perumahan Green View. Aku mengontrak rumah bersama dokter Intan yang tadi di UGD," jawab Ella ringan.
Ella juga mulai merasa nyaman untuk mengobrol dengan Ardi. "Memang kenapa?"
"Ya berarti kita cari makan di daerah dekat situ saja. Sudah cukup malam, tidak baik untuk cewek seperti kamu keluyuran selarut ini."
"Cewek seperti aku?" Tanya Ella sedikit risih dengan perkataan Ardi kali ini.
"Aku bisa tahu dengan sekali lihat kalau kamu adalah cewek baik-baik, El. Aku cuma tidak ingin merusak nama baik kamu kalau nanti ketahuan keluar malam bersama seorang pria." Ardi bisa menangkap nada tidak senang Ella. Dia mencoba menjelaskan maksud perkataannya tadi dengan nada sedikit bingung, serba salah.
"Idih, mas Ardi meledek ya? Sekarang kan masih jam 9 malam. Belum selarut itu. Lagipula aku sudah dewasa. Mas Ardi kira, berapa usiaku?" Ella tertawa ringan, sedikit geli mendengar jawaban Ardi.
"Berapa usia Ella memangnya? Sudah setua apa?" Ardi balas menggoda dengan sedikit nakal.
Aduh, kok malah bertanya? Padahal seingat Ella, dirinya sudah pernah memberikan biodata ke cowok itu waktu chatting perkenalan awal. Kenapa masih harus ditanyakan lagi?
"24 tahun. Aku sudah boleh menonton film dewasa 21 plus," jawab Ella sekenanya.
"Masih muda. Aku lebih tua, aku sudah berusia 27 tahun sekarang." Ujar Ardi dengan nada sedikit sombong. Seolah-olah dia telah memenangkan lomba dengan nilai yang lebih tinggi dari Ella, lomba siapa paling tua.
Ella mau tak mau menahan tawa gelinya mendengar jawaban dari Ardi.
"Kalau di Surabaya, keluar jam segini masih wajar," cetus Ella. Entah mengapa Ella sudah tidak merasa terlalu canggung lagi terhadap Ardi, seolah mereka berdua sudah saling mengenal cukup lama.
Pembawaan Ardi yang ramah, santai, dan easy going mampu membuat Ella merasa nyaman untuk berada didekatnya.
"Surabaya adalah kota besar dan ramai. Berbeda dengan kota ini, disini sudah sepi pada jam segini. Kamu sebaiknya jangan keluar malam sendirian." Ardi menjelaskan dengan nada sedikit khawatir.
"Banyak penjambretan dan pencurian motor akhir-akhir ini, dan targetnya kebanyakan wanita."
"Masa si? Kok mengerikan begitu?" Ella menjadi sedikit takut juga setelah mendengar informasi tak terduga dari Ardi. Apalagi memang jalanan yang biasa dilewatinya setiap hari dari RSUD G ke rumah kontrakan termasuk kawasan sepi dengan area persawahan di kanan kiri jalannya.
"Iya, karena itu kamu kalau pulang sendirian dan naik motor jangan malam-malam." Ardi sedikit menekankan kalimatnya, memberi peringatan.
"Ok, siap bos." jawab Ella dengan nada riang.
Entah mengapa Ella merasa senang mengetahui Ardi mengkhawatirkan keselamatannya. Hal ini menandakan bahwa cowok itu sedikit tertarik dan memberikan perhatian kepada dirinya.
"Jadinya kita mau makan apa malam ini?" tanya Ardi menanyakan keinginan Ella.
"Hmmmm, karena sudah malam bagaimana klo kita makan sesuatu yang hangat-hangat saja?" Ella memberikan saran.
"Boleh. Aku adalah pemakan segala jenis makanan, asal enak hehe." Ardi menjawab dengan sedikit bercanda.
"Apa kamu mau soto ayam? Di depan ada soto ayam langgananku. Tapi bukan restoran mewah, cuma warung kecil di pinggir jalan." Ardi coba menawarkan dengan sedikit ragu-ragu. Takut kalau seorang dokter seperti Ella tidak akan mau makan di sembarang tempat. Apalagi di warung pinggir jalan yang kelihatan tidak bersih dan sehat begitu.
"Asal enak kenapa nggak?" jawab Ella ringan.
Bagi Ella memang tidak ada masalah untuk makan di warung manapun.Tidak harus di restoran mahal yang bersih dan steril. Mungkin kebiasaan hidup sebagai seorang mahasiswa yang mengajarkan pola hidup sederhana.
Dan hasilnya adalah tubuh Ella kebal dan tidak gampang sakit walaupun makan di sembarang tempat. Seakan tubuhnya sudah membentuk antibodi tersendiri, survivor hidup kere.
"Deal, kalau begitu kita kesana saja." Ardi membelokkan mobilnya ke sebuah warung kecil berutuliskan 'Soto Ayu' di sebelah kanan jalan. Diparkirkan mobilnya di depan warung itu dan diajaknya Ella turun dari mobil.
'Gila ni cewek, sudah dokter, cakep, asik diajak ngobrol, gak jaim lagi' dalam hati Ardi semakin mengagumi dan memuji pesona Ella.
Ardi langsung memesan dua mangkuk soto plus dua gelas es jeruk untuk mereka berdua. "Itu ada macam-macam sate, sate jeroan, sate rempelo ati, sate usus, sampai sate telur puyuh juga ada. Kamu mau yang mana?" Ardi menawarkan kepada Ella sambil mengambil beberapa tusuk sate dari meja saji ke piring plastik yang telah disediakan.
"Sate telor puyuh dan usus saja. Kerupuknya jangan lupa," jawab Ella sambil menahan air liurnya yang sudah mau menetes saking laparnya. Ditambah aroma lezat soto yang mengepul diseluruh warung semakin membuat perutnya keroncongan.
Tak lama kemudian Ardi mengambil duduk di kursi yang tepat berhadapan dengan Ella. Ardi meletakkan sepiring tumpukan sate dengan beraneka ragam bentuk di meja mereka berdua.
'Ngapain kamu tadi bertanya mau yang mana kalau nyatanya diambil semua macam begini?' batin Ella setengah terkikik demi melihat isi piring plastik penuh sate yang dibawa Ardi.
"Aku lapar sekali. Aku belum makan apapun sejak makan siang tadi." Ardi menjelaskan dengan wajah malu-malu begitu menyadari pandangan takjub Ella demi melihat isi piringnya.
Tak lama kemudian pramusaji membawakan dua mangkuk soto ayam yang masih panas dengan uap mengepul dari mangkoknya ke meja mereka.
"Sepertinya enak ini," ujar Ella menciumi aroma soto di hadapannya sebelum memulai mencicipi dan menyantap makanan itu.
Entah karena kelaparan atau karena saking enaknya rasa soto itu, mereka berdua langsung melahap dan tak dapat berhenti melahap sampai habis isi mangkok soto mereka. Tumpukan sate dan kerupuk yang tadi diambil oleh Ardi juga ikutan habis diterjang dan dihabisi oleh sepasang makhluk kelaparan itu.
"Hahaha, gila juga kamu makannya. Jarang-jarang ada cewek yang bisa makan dengan cepat dan tidak jaim seperti kamu." Ardi tertawa ngakak sambil menyeruput es jeruknya.
Ardi semakin penasaran saja dengan gadis didepannya itu, gadis yang begitu jujur dengan keadaanya, tanpa perlu menjaga image sama sekali.
"Aku kekenyangan," Ella menepuk-nepuk perutnya ringan. "Selera mas Ardi boleh juga ni," lanjutnya menyeletuk.
"Maksudnya bagaimana?"
"Selera makanannya. Bener-bener enak sotonya. Berarti kapan-kapan bisa minta rekom makanan enak di daerah sini, hehe."
"Oalah. Tenang saja nanti kamu aku ajak kuliner keliling daerah sini. Pasti puas bahkan sampe gendut kamu nantinya."
"Aduh. Gak mau ah, nanti aku jadi gendut."
"Gak masalah. Walau kamu gendut juga aku masih mau sama kamu." Ardi tiba-tiba merasa bodoh menyadari dirinya kelepasan bicara.
"Maksudnya apa ini?" Ella sebenarnya senang sekali mendengar ucapan Ardi. Tapi harga dirinya mengingatkan untuk tidak mudah digombali seorang pria, apalagi yang baru dikenalnya. Akhirnya Ella berlagak acuh tak acuh, sok tidak peka.
"Iya, maksudnya aku mau nemenin kamu kuliner," jawab Ardi sedikit mengalihkan pembicaraan.
"Sekarang sudah larut malam, El. Sebaiknya aku anterin pulang ya." Ardi beranjak dari kursinya, menuju kasir dan membayar tagihan mereka.
"Lain kali aku yang bayar," ujar Ella menghampiri Ardi di kasir dan mendahuluinya berjalan ke parkiran mobil. Ella menganut faham wanita modern yang mandiri, dia tak suka berhutang kepada siapapun.
"Boleh. Jangan menyesal kamu nanti, aku makannya banyak." Ardi berjalan santai ke parkiran dan memasuki mobilnya. Ella pun ikut masuk ke mobil itu, mengambil duduk di sebelah driver.
Setelahnya mobil melaju kencang ke arah kontrakan Ella yang ternyata sudah tidak begitu jauh. Tak sampai sepuluh menit mereka sudah sampai di depan rumah kontrakan itu. Sepanjang perjalanan mereka berdua lebih banyak terdiam, mungkin karena kekenyangan membuat mereka sedikit mengantuk dan malas untuk berbicara. Hanya sesekali ikut bersenandung mengikuti alunan musik yang sedang diputar.
"Sudah dulu ya mas Ardi. Terima kasih banyak telah ditraktir makan dan dianteri pulang," pamit Ella sebelum turun dari mobil.
"Besok kamu jaga jam berapa?"
"Besok jaga malam. Jam 8 malam. Memang kenapa?" Ella keheranan.
"Besok aku jemput kesini, sekalian temenin makan malam lagi."
"Jangan mas, nanti malah merepotkan mas Ardi. Besok aku naik g*jek saja ke RSUD."
"Gak masalah, sekalian pulang kerja kok. Rumahku searah dengan RSUD G. Lagian aku tadi sudah berjanji akan mengantar kamu besok," jawab Ardi bersih keras.
"Oke deh kalau begitu. Sampai jumpa besok." Ella beranjak keluar dari mobil merah itu, kemudian melambaikan tangannya saat mobil itu berjalan menjauh.
Dengan hati senang dan berbunga-bunga Ella memasuki rumah kontrakannya. Dia tak menyangka kencan pertamanya dengan Ardi akan berjalan selancar itu.
Tak menyangka bahwa Ardi adalah seorang pria yang menarik dan menyenangkan. Wajah tampan plus satu, badan tinggi plus satu, postur tubuh bagus plus satu, selera musik bagus plus satu, asik diajak ngobrol plus satu, Ella cekikikan sendiri menghitung dan mengingat nilai dan kelebihan Ardi.
Dan lagi sepertinya reaksi Ardi padanya juga lumayan positif, buktinya pria itu masih mau menjemput dan mengajaknya makan malam besok.
"Aaaaaah sepertinya aku akan bermimpi indah malam ini," guman Ella sambil tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila.
~∆∆∆~
🌼Tolong klik JEMPOL (LIKE), klik FAVORIT (❤️), kasih KOMENTAR Makasih 😘🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Maimai
hati hati la klo kamu cekikikan sendirian klo ada yg liat di sangka org aneh lagi kamu, hehe
2022-11-13
1
sohifah huda
lanjut
2022-04-30
0
sohifah huda
lanjut. menarik ceritannya
2022-04-30
1