NovelToon NovelToon

Dokter Ella Love Story

1. Lazuardi

Lazuardi Edwin Pradana, Ardi. Nama itu terus saja terngiang dan berputar-putar di otak Ella. Nama yang unik, Lazuardi hehe lucu juga. Lazuardi bisa berarti sebagai batu permata berwarna biru kemerahan. Sesuatu yang sangat indah dan berharga tentunya. Entah mengapa Ella selalu senyum-senyum sendiri kegirangan dengan hati berbunga-bunga saat memikirkan nama itu.

Baru beberapa hari ini Ella mengenal nama pria itu, dia bahkan belum pernah bertemu sekalipun dengannya tapi entah mengapa dia selalu berbunga saat memikirkan Ardi. Pria yang baru dikenalkan padanya oleh Sari, salah satu teman sejawatnya sesama dokter interenship di RSUD G. Ardi adalah kakak sepupu dari Sari.

Ella hanya tau wajah dan nomer kontak Ardi saja. Dengan Sari sebagai mak comblang mereka berdua akhirnya sukses bertukar nomer kontak dan beberapa kali saling sapa dan bertukar pesan. Sejauh ini Ella merasa nyaman saat bertukar pesan dengan Ardi, seakan ada kesamaan pandangan dan pola pikir yang dirasakan Ella dari pria itu.

Memang Ella termasuk pemilih untuk dapat cocok dengan seorang pria. Bukan kriteria aneh-aneh tentang fisik dan ketampanan serta perawakan pria tersebut. Bukan juga menginginkan cowok sempurna yang seperti di drama-drama koreya.

Yang Ella inginkan hanyalah seorang pria yang cerdas, yang nyambung dengannya saat diajak ngobrol, yang positif serta tentunya sopan dan berkelakuan baik padanya. Thats all gak muluk-muluk. Tapi nyatanya sampai saat ini pun hampir genap berusia 24 tahun Ella belum juga menemukan pria yang mampu membunyikan nada 'klik' di hatinya.

Tiba-tiba smartphone di saku jas putih Ella bergetar, memang selama bertugas jaga di RSUD Ella selalu menerapkan mode silent di smartphone-nya, supaya tidak mengganggu bila sedang pelayanan pada pasien. Ella segera mengeluarkan benda itu dari sakunya dan hatinya langsung berbunga demi melihat nama si pengirim pesan, Lazuardi.

Lazuardi

Sore Ella, lagi ngapain ni? Sibuk nggak?

Ella

Sore Mas Ardi. Lagi jaga sore. Ini lagi nggak sibuk kok. Aman.

Lazuardi

Aku telpon sekarang ya? Boleh?

Ella

Silahkan.

Hanya dalam hitungan detik berikutnya smartphone Ella kembali bergetar di tangannya, kali ini tanda panggilan masuk dari Lazuardi. Tanpa menunda-nunda lagi, Ella langsung mengangkatnya dengan hati yang entah mengapa berdebar-debar kencang tak karuan.

"Halo Ella?" sapa suara di seberang sana.

"Iya, halo mas Ardi," jawab Ella sedikit gugup. Maklum biasanya dia hanya bertukar pesan melalui chating dengan Ardi. Dan ini pertama kalinya dia mendengar suara pria itu.

"Hmmm udah makan belum?" Ardi mencoba mencari bahan pembicaraan.

"Belum. Nanti aja sekalian pulang jaga," jawab Ella sambil melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00.

"Jam berapa pulangnya nanti?"

"Sejam lagi, jam 8."

"Makan malem bareng aku mau gak?" Ardi tiba-tiba menawarkan ajakan makan malam bareng.

"Eh, kapan?" Ella benar-benar kelabakan mendengar ajakan itu. Jujur saja dia belum siap untuk bertemu langsung dengan Ardi. Belum siap mental.

"Ya abis ini lah. Aku jemput ya sejam lagi."

"Eh, tapi?" Ella bingung mencari alasan untuk menolak ajakan Ardi.

"Aku laper El. Masa kamu tega liat aku kelaparan?" Ujar Ardi dengan nada memelas.

"Emang mas Ardi belum makan malam juga?"

"Belum. Kan belum makan sama kamu."

"Udah makan ya? Berarti gak usah deh klo begitu."

"Belum kok. Ini juga baru mau pulang dari kantor. Nanti aku langsung mampir ke rumah sakit ya jemput kamu." Kali ini nada bicara Ardi sedikit mendesak, seperti tak ingin penolakan.

"Tapi kan?" Ella masih berusaha untuk menolak.

"Apa lagi El?" Ardi terdengar tidak senang.

"Aku belum mandi dan masih bau. Kamu masih mau jalan sama aku kalau aku belum mandi?" Ella mengakui dengan malu-malu. Yah masih mending mengaku daripada nanti sudah ketemu, kesan pertama yang didapat bahwa dirinya dekil, kotor dan bau kecut. Kan gak lucu.

Ella tak bisa membayangkan aroma tubuhnya saat ini setelah jaga seharian dari jam 13.00 tadi sampai nanti jam 20.00. Belum lagi bercampur dengan bau-bau obat, bau darah, bau antiseptik dan lain-lain yang melekat pada tubuhnya yang seharian di UGD rumah sakit ini.

"Hahaha, astaga Ella...Aku juga belum mandi dari pagi malah. Jadi tenang saja aku pasti lebih bau dari kamu, hehe."

"Wah sesama donk kita?" celetuk Ella.

"Iya, sesama makhluk bau kecut tidak usah malu. Ehehehe," terdengar Ardi masih cekikikan disana. Ardi tak mengira Ella bisa selucu dan semenggemaskan itu anaknya.

"Ya sudahlah kalau begitu. Tapi Mas Ardi harus ngajak aku ke tempat makan yang enak lho ya, janji?" Ella akhirnya mengalah dan pasrah saja.

"Siap kalau soal itu," jawab Ardi menyanggupi. "Ya sudah aku berangkat dulu."

"Ok, hati-hati di jalan," Ella menutup sambungan teleponnya dengan tersenyum.

Selanjutnya waktu satu jam menanti kedatangan Ardi terasa sangat lama bagi Ella. Satu jam yang terasa seperti berjam-jam. Jumlah pasien di UGD tidak begitu banyak yang datang karena hari semakin malam. Hanya ada dua pasien di bed UGD yang masih harus di observasi keadaannya sebelum di oper ke ruangan rawat inap. Membuat Ella menganggur kurang kerjaan sehingga waktu disekitarnya serasa berputar lebih lambat.

15 menit sebelum jam 20.00 Ella sengaja ke toilet untuk merapikan penampilannya. Dia mencuci mukanya dengan air di wastafle dengan sabun cuci muka yang selalu stand by di kosmetik pouch tas nya. Kemudian mengeringkan wajahnya dengan tisue, dan mengoleskan bedak tabur tipis-tipis.

Terakhir Ella memulaskan lipstik berwarna nude pink ke bibirnya. Diambilnya sisir untuk menyisir dan merapikan rambutnya yang lurus terurai sepunggung. Dirapikannya krah baju kemeja dan disemprotkan parfum charlie White ke tubuhnya. Parfum beraroma melati yang lembut dan biasa dia pakai sehari-hari.

"Done, simple touch up." Ella mengamati sekali lagi penampilannya yang terpantul dari kaca wastafle. Ella tak ingin terlihat terlalu menor atau berlebihan pada pertemuan pertamanya dengan Ardi. Ella hanya ingin menunjukkan penampilannya sehari-hari. Selanjutnya terserah Ardi yang menilai cocok atau tidak dengan penampilan Ella itu.

Jantung Ella serasa melorot beberapa centimeter begitu dia kembali ke UGD dan didapatinya suasana ruangan yang heboh karena ada pasien yang baru masuk. Pasien kecelakaan lalu lintas kali ini. Ella melirik jam tangannya menunjukkan pukul 19.55. Sial, hanya 5 menit sebelum berakhir shif jaganya dan dokter jaga penggantinya tentu saja belum datang juga.

"Px wanita 30 tahun post KLL dok." Yudi, salah seorang perawat UGD memberi laporan dan menyerahkan sebendel rekam medis pasien pada Ella. (Note: px\=pasien, KLL \= Kecelakaan Lalu Lintas)

Ella segera meletakkan pouch berisi alat kosmetiknya di meja, kemudian mengambil rekam medis pasien tadi dari tangan Yudi. Segera dihampirinya sang pasien yang masih sadar dan merintih kesakitan dengan luka-luka ringan di kaki sebelah kanannya.

"Pasang infuse set, buka dan bersihkan lukanya, masukkan antibiotik dan analgesik injeksi juga." Perintah Ella pada Yudi sebelum dia kembali ke mejanya untuk menulis dan mengisi lembar-lembar diagnosa di rekam medis pasiennya.

"Maaf dok, lukanya sangat dalam. Sepertinya sudah mengenai pembuluh darah." Yudi melapor pada Ella beberapa menit kemudian.

Tanpa menjawabnya Ella langsung beranjak menghampiri sang pasien. Dia mengambil sepasang Hand glove dan memakai di kedua tangannya.

"Siapkan alat jahit, neddle dan cat gut." Perintah Ella pada Yudi yang langsung menyodorkan padanya seperangkat alat di atas sebuah nearbacken, baki bengkok yang terbuat dari bahan logam.

Dengan Yudi yang bertindak sebagai asisten, Ella mulai mengulaskan antiseptik ke bagian kaki pasien yang terluka. Kemudian Ella menyuntikkan larutan anastesi ke bagian kaki pasien yang akan dijahitnya.

Ella menunggu beberapa saat sampai anastesi bereaksi dan pasien tidak dapat merasakan sakit lagi. Setelah itu barulah Ella menjahit pembuluh darah pasien yang terluka untuk menghentikan perdarahannya. Kemudian dia melanjutkan menjahit luka pasien itu sebelum menutupnya dengan kasa.

"Observasi perdarahan dan keadaan umumnya. Jika sudah stabil pindahkan ke ruang bedah." Ella memberikan perintah kepada Yudi.

"Ok dok," jawab Yudi ringan. Pria itu merapikan dan membersihkan luka pasien, troli alat, serta bed pasiennya.

Ella melepas dan membuang hand gloves ternoda darah yang dipakainya ke sampah medis. Mencuci tangannya ke wastafle dan mengeringkannya. Ella kemudian kembali ke mejanya dan berkutat dengan tumpukan kertas isian rekam medis pasien tadi.

Tanpa disadari oleh Ella seorang pria yang sudah hadir disana beberapa menit yang lalu terus saja mengamatinya dari sebuah kursi tunggu UGD. Dialah Lazuardi, pria itu tersenyum-senyum sendiri melihat Ella yang sibuk merawat pasiennya dengan cekatan.

Ada desiran aneh di dada Lazuardi demi melihat gadis cantik itu bekerja, begitu cekatan dan efisien. Ardi merasa seakan jatuh cinta pada gadis itu sejak pandangan pertama.

Ella adalah sosok gadis yang sangat cantik dengan penampilan sederhana. Bahkan wajah gadis itu pun tampak begitu natural seperti tanpa sapuan make up. Ella sangat sesuai dengan selera Ardi yang tidak suka dengan wanita menor.

"Duh sorry El rada telat, macet tadi." Intan, dokter jaga shift malam menghampiri Ella yang masih sibuk mengisi rekam medis.

"Gak papa Tan. Sudah beres kok tinggal tahap observasi untuk ketiga pasien. Ini operannya," jawab Ella sambil menyerahkan stetoscope dan tumpukan rekam medis ke Intan.

"Oke deh. Semoga aman untuk malam ini," ujar Intan menerima operan dan mengambil duduk di singgasana dokter jaga UGD.

"Yuk aku pulang duluan," pamit Ella sambil melipat jas putihnya dan memasukkannya ke tote bagnya serta mengemasi pouch kosmetik, dan pouch alat tulisnya ke dalam tote bagnya.

Ella berjalan meninggalkan ruangan UGD sambil melirik jam tangannya. Astaga sudah jam 20.30, bagaimana nasib janjian antara dirinya dengan Ardi tadi ya? Ella sedikit panik karena baru mengingat janjinya untuk makan malam bersama Ardi.

"Sibuk sekali sepertinya Dokter Ella?" Langkah Ella terhenti saat sesosok pria menghampirinya. Pria itu tersenyum dan menyapanya dengan ramah.

Kontan Ella mengamati sosok pria didepannya itu. Seorang pria tampan dengan perawakan tinggi tegap yang kira-kira 180 cm, berpostur tubuh sedang dengan warna kulit kuning kecoklatan khas indonesia. Pria itu berpenampilan formal lengkap dengan kemeja warna milo dengan dasi coklatnya.

Pria itu tersenyum kharismatik dan menyodorkan tangan kanannya pada Ella. Menyebutkan namanya untuk memperkenalkan diri.

"Lazuardi."

"Amelia, Ella." Ella memberikan senyuman termanisnya untuk pria di depannya itu.

Ella berusaha terlihat sekalem dan senatural mungkin untuk mengatasi kecanggungan dan kegrogiannya berhadapan dengan Ardi. Ardi yang ternyata jauh diatas expectasi-nya. Bahkan pria itu jauh lebih tampan daripada profil picture yang dipakainya di akun sosmednya.

"Apa kamu masih lapar?" Tanya Ardi memecah kebisuan mereka berdua.

"Sangat," jawab Ella yang tiba-tiba merasa perutnya keroncongan, sangat kelaparan.

"Yuk langsung aja." Ardi mengajak dengan bersemangat.

"Tapi aku bawa motor tadi." Ella menolak karena bingung dengan nasib motornya di parkiran.

"Gampang, dititipkan disini saja." Ardi dengan santainya menggiring Ella ke mobilnya. Honda jazz merah keluaran terbaru yang diparkirnya di parkiran depan loby UGD.

"Terus besok bagaimana aku berangkat kerja? Besok aku mendapat jadwal jaga malam."

"Besok aku akan mengantarmu," jawab Ardi ringan sambil membukakan pintu mobil untuk Ella.

"Eh, kamu yang mengantar?" Ella bertanya karena masih kebingungan.

"Ella, ayo cepat masuk mobil. Aku sudah kelaparan, mau pingsan." Rengekan Ardi menyadarkan Ella untuk segera beranjak memasuki mobil. Kemudian mobil merah itu langsung melaju meninggalkan pelataran parkiran UGD RSUD G.

~∆∆∆~

FYI (For Your Informations)

*Interenship adalah pendidikan profesi untuk pemahiran dan pemandirian dokter setelah lulus pendidikan dokter. Bertujuan untuk menyelaraskan hasil pendidikan dengan kondisi di lapangan.

*UGD di Rumah Sakit buka dan melakukan pelayanan selama 24 jam. Jadi biasanya dibagi kedalam 3 sift rotasi untuk pegawai yang jaga. Jadwal jaganya juga berbeda-beda sesuai kebijakan masing-masing Rumah Sakit

Di RSUD G dalam cerita, setiap sift jaga terdiri dari satu dokter dan dua perawat, dengan jadwal sift:

sift pagi : 06.00-13.00

sift siang : 13.00-20.00

sift malam : 20.00-06.00

*Prosedur penanganan pasien perdarahan : yang paling penting adalah menghentikan perdarahannya. Pada kasus luka yang dalam dan mengenai pembuluh darah, maka harus dijahit dulu pembuluh darahnya baru kemudian menjahit luka (dagingnya) sampai perdarahannya berhenti, setelah itu baru ditutup kasa steril)

🌼Tolong klik JEMPOL (LIKE), klik FAVORiT (❤️), kasih KOMENTAR Makasih 😘🌼

2. Kencan Pertama

...When she was just a girl,

she expected the world,

But it flew away from her reach,

So she ran away in her sleep,

and dreamed of Para-para-paradise, para-para-paradise,

para-para-paradise...

Sayup sayup terdengar lantunan lagu dari music player di mobil Ardi yang melaju kencang membelah gelap dan dinginnya malam. Ella duduk dengan sedikit canggung di kursi penumpang sebelah Ardi yang sedang menyetir mobilnya.

Sejak duduk dan memasuki mobil, baik Ella atau Ardi hanya terdiam. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing dan terlalu sungkan untuk memulai pembicaraan. Bingung serta canggung harus memilih topik apa untuk dibahas dan dibicarakan.

"And dream of para-para-paradise. Para-para-paradise."

Tiba-tiba Ardi ikut menyanyikan lagu yang sedang diputar itu. Berduet dengan Chris Martin, sang vocalis Cold play yang bersuara merdu.

"Para-para-paradise." Ardi terus saja asik bersenandung. Tanpa memperdulikan kualitas suaranya yang sama sekali tak sebanding dengan sang vocalis. Ardi terus bersenandung tanpa malu-malu sedikitpun.

"Para-para-paradise." Tanpa disadarinya, seakan terhipnotis Ella juga ikut bernyanyi. Ikut menyenandungkan reff lagu Paradise dari cold play.

"Wah kamu tahu lagu ini juga, El?" Tanya Ardi setelah puas menyanyikan bagian reff lagu.

"Iya, aku lumayan suka karena lagu ini enak didengar."

"Ini adalah lagu favoritku. Kalau mendengar lagu ini, seolah bisa membayangkan surga...Yah meskipun aku suka semua lagunya Cold play." Ardi menoleh kearah Ella dan memamerkan senyumannya yang berkilau bak iklan pasta gigi.

"Kalau aku lebih suka hymne of the week end atau something just like this," jawab Ella.

Entah Mengapa terasa ada sedikit bunyi 'klik' dihati Ella saat mengetahui selera musik Ardi yang kurang lebihnya sama dengannya. Ok musik nyambung, one point.

"Selera yang bagus. Aku juga suka lagu itu." Ujar Ardi semakin bersemangat setelah berhasil mencairkan suasana. Akhirnya dia menemukan topik bahasan untuk sekedar mengobrol dengan Ella.

"Kamu kos dimana selama disini?"

"Di jalan Dahlia perumahan Green View. Aku mengontrak rumah bersama dokter Intan yang tadi di UGD," jawab Ella ringan.

Ella juga mulai merasa nyaman untuk mengobrol dengan Ardi. "Memang kenapa?"

"Ya berarti kita cari makan di daerah dekat situ saja. Sudah cukup malam, tidak baik untuk cewek seperti kamu keluyuran selarut ini."

"Cewek seperti aku?" Tanya Ella sedikit risih dengan perkataan Ardi kali ini.

"Aku bisa tahu dengan sekali lihat kalau kamu adalah cewek baik-baik, El. Aku cuma tidak ingin merusak nama baik kamu kalau nanti ketahuan keluar malam bersama seorang pria." Ardi bisa menangkap nada tidak senang Ella. Dia mencoba menjelaskan maksud perkataannya tadi dengan nada sedikit bingung, serba salah.

"Idih, mas Ardi meledek ya? Sekarang kan masih jam 9 malam. Belum selarut itu. Lagipula aku sudah dewasa. Mas Ardi kira, berapa usiaku?" Ella tertawa ringan, sedikit geli mendengar jawaban Ardi.

"Berapa usia Ella memangnya? Sudah setua apa?" Ardi balas menggoda dengan sedikit nakal.

Aduh, kok malah bertanya? Padahal seingat Ella, dirinya sudah pernah memberikan biodata ke cowok itu waktu chatting perkenalan awal. Kenapa masih harus ditanyakan lagi?

"24 tahun. Aku sudah boleh menonton film dewasa 21 plus," jawab Ella sekenanya.

"Masih muda. Aku lebih tua, aku sudah berusia 27 tahun sekarang." Ujar Ardi dengan nada sedikit sombong. Seolah-olah dia telah memenangkan lomba dengan nilai yang lebih tinggi dari Ella, lomba siapa paling tua.

Ella mau tak mau menahan tawa gelinya mendengar jawaban dari Ardi.

"Kalau di Surabaya, keluar jam segini masih wajar," cetus Ella. Entah mengapa Ella sudah tidak merasa terlalu canggung lagi terhadap Ardi, seolah mereka berdua sudah saling mengenal cukup lama.

Pembawaan Ardi yang ramah, santai, dan easy going mampu membuat Ella merasa nyaman untuk berada didekatnya.

"Surabaya adalah kota besar dan ramai. Berbeda dengan kota ini, disini sudah sepi pada jam segini. Kamu sebaiknya jangan keluar malam sendirian." Ardi menjelaskan dengan nada sedikit khawatir.

"Banyak penjambretan dan pencurian motor akhir-akhir ini, dan targetnya kebanyakan wanita."

"Masa si? Kok mengerikan begitu?" Ella menjadi sedikit takut juga setelah mendengar informasi tak terduga dari Ardi. Apalagi memang jalanan yang biasa dilewatinya setiap hari dari RSUD G ke rumah kontrakan termasuk kawasan sepi dengan area persawahan di kanan kiri jalannya.

"Iya, karena itu kamu kalau pulang sendirian dan naik motor jangan malam-malam." Ardi sedikit menekankan kalimatnya, memberi peringatan.

"Ok, siap bos." jawab Ella dengan nada riang.

Entah mengapa Ella merasa senang mengetahui Ardi mengkhawatirkan keselamatannya. Hal ini menandakan bahwa cowok itu sedikit tertarik dan memberikan perhatian kepada dirinya.

"Jadinya kita mau makan apa malam ini?" tanya Ardi menanyakan keinginan Ella.

"Hmmmm, karena sudah malam bagaimana klo kita makan sesuatu yang hangat-hangat saja?" Ella memberikan saran.

"Boleh. Aku adalah pemakan segala jenis makanan, asal enak hehe." Ardi menjawab dengan sedikit bercanda.

"Apa kamu mau soto ayam? Di depan ada soto ayam langgananku. Tapi bukan restoran mewah, cuma warung kecil di pinggir jalan." Ardi coba menawarkan dengan sedikit ragu-ragu. Takut kalau seorang dokter seperti Ella tidak akan mau makan di sembarang tempat. Apalagi di warung pinggir jalan yang kelihatan tidak bersih dan sehat begitu.

"Asal enak kenapa nggak?" jawab Ella ringan.

Bagi Ella memang tidak ada masalah untuk makan di warung manapun.Tidak harus di restoran mahal yang bersih dan steril. Mungkin kebiasaan hidup sebagai seorang mahasiswa yang mengajarkan pola hidup sederhana.

Dan hasilnya adalah tubuh Ella kebal dan tidak gampang sakit walaupun makan di sembarang tempat. Seakan tubuhnya sudah membentuk antibodi tersendiri, survivor hidup kere.

"Deal, kalau begitu kita kesana saja." Ardi membelokkan mobilnya ke sebuah warung kecil berutuliskan 'Soto Ayu' di sebelah kanan jalan. Diparkirkan mobilnya di depan warung itu dan diajaknya Ella turun dari mobil.

'Gila ni cewek, sudah dokter, cakep, asik diajak ngobrol, gak jaim lagi' dalam hati Ardi semakin mengagumi dan memuji pesona Ella.

Ardi langsung memesan dua mangkuk soto plus dua gelas es jeruk untuk mereka berdua. "Itu ada macam-macam sate, sate jeroan, sate rempelo ati, sate usus, sampai sate telur puyuh juga ada. Kamu mau yang mana?" Ardi menawarkan kepada Ella sambil mengambil beberapa tusuk sate dari meja saji ke piring plastik yang telah disediakan.

"Sate telor puyuh dan usus saja. Kerupuknya jangan lupa," jawab Ella sambil menahan air liurnya yang sudah mau menetes saking laparnya. Ditambah aroma lezat soto yang mengepul diseluruh warung semakin membuat perutnya keroncongan.

Tak lama kemudian Ardi mengambil duduk di kursi yang tepat berhadapan dengan Ella. Ardi meletakkan sepiring tumpukan sate dengan beraneka ragam bentuk di meja mereka berdua.

'Ngapain kamu tadi bertanya mau yang mana kalau nyatanya diambil semua macam begini?' batin Ella setengah terkikik demi melihat isi piring plastik penuh sate yang dibawa Ardi.

"Aku lapar sekali. Aku belum makan apapun sejak makan siang tadi." Ardi menjelaskan dengan wajah malu-malu begitu menyadari pandangan takjub Ella demi melihat isi piringnya.

Tak lama kemudian pramusaji membawakan dua mangkuk soto ayam yang masih panas dengan uap mengepul dari mangkoknya ke meja mereka.

"Sepertinya enak ini," ujar Ella menciumi aroma soto di hadapannya sebelum memulai mencicipi dan menyantap makanan itu.

Entah karena kelaparan atau karena saking enaknya rasa soto itu, mereka berdua langsung melahap dan tak dapat berhenti melahap sampai habis isi mangkok soto mereka. Tumpukan sate dan kerupuk yang tadi diambil oleh Ardi juga ikutan habis diterjang dan dihabisi oleh sepasang makhluk kelaparan itu.

"Hahaha, gila juga kamu makannya. Jarang-jarang ada cewek yang bisa makan dengan cepat dan tidak jaim seperti kamu." Ardi tertawa ngakak sambil menyeruput es jeruknya.

Ardi semakin penasaran saja dengan gadis didepannya itu, gadis yang begitu jujur dengan keadaanya, tanpa perlu menjaga image sama sekali.

"Aku kekenyangan," Ella menepuk-nepuk perutnya ringan. "Selera mas Ardi boleh juga ni," lanjutnya menyeletuk.

"Maksudnya bagaimana?"

"Selera makanannya. Bener-bener enak sotonya. Berarti kapan-kapan bisa minta rekom makanan enak di daerah sini, hehe."

"Oalah. Tenang saja nanti kamu aku ajak kuliner keliling daerah sini. Pasti puas bahkan sampe gendut kamu nantinya."

"Aduh. Gak mau ah, nanti aku jadi gendut."

"Gak masalah. Walau kamu gendut juga aku masih mau sama kamu." Ardi tiba-tiba merasa bodoh menyadari dirinya kelepasan bicara.

"Maksudnya apa ini?" Ella sebenarnya senang sekali mendengar ucapan Ardi. Tapi harga dirinya mengingatkan untuk tidak mudah digombali seorang pria, apalagi yang baru dikenalnya. Akhirnya Ella berlagak acuh tak acuh, sok tidak peka.

"Iya, maksudnya aku mau nemenin kamu kuliner," jawab Ardi sedikit mengalihkan pembicaraan.

"Sekarang sudah larut malam, El. Sebaiknya aku anterin pulang ya." Ardi beranjak dari kursinya, menuju kasir dan membayar tagihan mereka.

"Lain kali aku yang bayar," ujar Ella menghampiri Ardi di kasir dan mendahuluinya berjalan ke parkiran mobil. Ella menganut faham wanita modern yang mandiri, dia tak suka berhutang kepada siapapun.

"Boleh. Jangan menyesal kamu nanti, aku makannya banyak." Ardi berjalan santai ke parkiran dan memasuki mobilnya. Ella pun ikut masuk ke mobil itu, mengambil duduk di sebelah driver.

Setelahnya mobil melaju kencang ke arah kontrakan Ella yang ternyata sudah tidak begitu jauh. Tak sampai sepuluh menit mereka sudah sampai di depan rumah kontrakan itu. Sepanjang perjalanan mereka berdua lebih banyak terdiam, mungkin karena kekenyangan membuat mereka sedikit mengantuk dan malas untuk berbicara. Hanya sesekali ikut bersenandung mengikuti alunan musik yang sedang diputar.

"Sudah dulu ya mas Ardi. Terima kasih banyak telah ditraktir makan dan dianteri pulang," pamit Ella sebelum turun dari mobil.

"Besok kamu jaga jam berapa?"

"Besok jaga malam. Jam 8 malam. Memang kenapa?" Ella keheranan.

"Besok aku jemput kesini, sekalian temenin makan malam lagi."

"Jangan mas, nanti malah merepotkan mas Ardi. Besok aku naik g*jek saja ke RSUD."

"Gak masalah, sekalian pulang kerja kok. Rumahku searah dengan RSUD G. Lagian aku tadi sudah berjanji akan mengantar kamu besok," jawab Ardi bersih keras.

"Oke deh kalau begitu. Sampai jumpa besok." Ella beranjak keluar dari mobil merah itu, kemudian melambaikan tangannya saat mobil itu berjalan menjauh.

Dengan hati senang dan berbunga-bunga Ella memasuki rumah kontrakannya. Dia tak menyangka kencan pertamanya dengan Ardi akan berjalan selancar itu.

Tak menyangka bahwa Ardi adalah seorang pria yang menarik dan menyenangkan. Wajah tampan plus satu, badan tinggi plus satu, postur tubuh bagus plus satu, selera musik bagus plus satu, asik diajak ngobrol plus satu, Ella cekikikan sendiri menghitung dan mengingat nilai dan kelebihan Ardi.

Dan lagi sepertinya reaksi Ardi padanya juga lumayan positif, buktinya pria itu masih mau menjemput dan mengajaknya makan malam besok.

"Aaaaaah sepertinya aku akan bermimpi indah malam ini," guman Ella sambil tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila.

~∆∆∆~

🌼Tolong klik JEMPOL (LIKE), klik FAVORIT (❤️), kasih KOMENTAR Makasih 😘🌼

3. Blooming

Pagi-pagi sekali bahkan sebelum alarm untuk membangunkan Ella dari tidurnya berbunyi, hand phone nya sudah berbunyi duluan, menandakan ada pesan yang masuk.

'Aduh siapa sih, mengganggu saja pagi-pagi begini?' gerutu Ella dalam hati. Tapi tetap diambilnya juga hand phone itu untuk memeriksa siapa yang mengiriminya pesan.

Sebagai dokter UGD memang Ella harus selalu standby 24 jam untuk menerima panggilan oncall duty. Bisa saja sedang ada kasus gawat di UGD dan dokter yang sedang bertugas jaga kebetulan sedang sibuk menangani pasien lain atau malah berhalangan hadir.

Lazuardi

Selamat pagi Ella. Have a nice day.

Ella membuang napas lega mengetahui pesan yang diterimanya bukan dari crew UGD rumah sakit, bukan perkara pekerjaan. Kebahagiaannya semakin bertambah menyadari Ardi yang menyapanya sepagi itu. Memberikan ucapan selamat pagi yang manis.

Ella

Selamat pagi Mas Ardi. Have a nice day too.

Ella membalas pesan Ardi sebelum kemudian dia melanjutkan bobok cantiknya. Memang pekerjaan keseharian Ella kalau sedang off duty kebanyakan dipakainya untuk beristirahat. Mengembalikan stamina, emosi dan kewarasan sebelum harus stand by berjaga di UGD lagi malam harinya.

Hari ini Ella mendapat sift malam untuk jaga UGD. Yang artinya dia mempunyai banyak waktu luang sepanjang pagi, siang dan sore hari ini. Untuk apa? untuk tidur dan menikmati hidup, hehehe.

Siang harinya Ella terbangun karena perutnya yang keroncongan. Cacing-cacing di dalam perutnya seakan mengadakan protes, pemberontakan dan berdemo menuntut adanya makanan untuk digiling. Dengan langkah terseok-seok karena masih separuh nyawa yang terkumpul, Ella berlalu ke kamar mandinya. Membasuh seluruh tubuh dengan air shower yang dingin, untuk mengembalikan sebagian besar kesadarannya.

Setelah mandi dan berpakaian seragam rumahan (note: babby doll), Ella kembali mengambil Hp-nya. Membuka aplikasi gr*b food untuk memesan menu makan siangnya.

Hmmm, makan apa ya enaknya? Setelah cukup lama memilih akhirnya Ella memutuskan untuk memesan seblak super pedas. Lengkap dengan es campur dan kerupuknya sekalian.

Hahahaha, biarkan saja porsi jumbo toh ini juga makan siang yang digabungkan sekaligus dengan sarapan. Repelan makan.

Sambil menunggu pesanannya diantar, Ella membenamkan dirinya di sofa depan tv. Dinyalakannya tv itu meski tak tahu apa yang akan ditontonnya. Dipencet-pencetnya acak chanel tv mencari-cari tontonan yang sekiranya menarik.

Pilihan Ella tertuju pada salah satu program travel di salah satu stasiun tv swasta. Bukan karena ingin melihat destinasi wisata yang ditawarkan, melainkan karena background musik yang yang diputar untuk acara itu, paradise dari cold play.

'Aku pasti sudah gila!' Batin Ella saat menyadari tiba-tiba saja hatinya berbunga- bunga dan pikirannya melayang-layang membayangkan sosok Ardi.

Memori kencan pertamanya semalam kembali berkelebat di kepalanya. Saat Ardi menyapanya dan memperkenalkan diri, saat mereka semobil berdua, saat mereka makan soto ayam bersama. Aduh mati aku! aku keliatan rakus banget lagi kemarin. Serta saat Ardi mengantarnya kembali ke kontrakan. Semua begitu manis, like a dream comes true.

Dengan penuh harap Ella membuka Hp-nya, membuka aplikasi chatting-nya, berharap ada pesan dari Ardi. Tapi tak ada satupun pesan dari Ardi selain ucapan selamat pagi tadi. Membuat Ella sedikit kecewa dan dongkol.

Mungkin Ardi sedang sibuk kerja jadi tidak sempat memberi kabar padanya. Sebenarnya ingin sekali Ella mengawali menyapa, tapi harga dirinya sebagai seorang wanita menghalangi.

'Enak saja, pokoknya aku gak bakal nyapa sebelum dia nyapa duluan.' Ella membulatkan tekadnya.

Tak lama kemudian Hp-nya berbunyi, Ella mendapat sebuah pesan. Dari abang gr*b yang mengabarkan pesanannya telah sampai.

"Haduh kok dari abang gr*b!" Ella berlari menyambut makanannya dengan sedikit rasa dongkol karena yang mengirim pesan bukan orang yang diharapkan dan dinantikannya.

"Makasih ya pak." Ujar Ella sambil menerima bungkusan makan siangnya.

Kemudian Ella mendapat sebuah ide untuk menyapa Ardi tanpa terkesan ganjen. Ella menata makanan pesanannya di meja dengan rapi. Kemudian mengambil fotonya. Dan mengirimkan foto itu ke Ardi dengan sebuah pesan singkat, 'Selamat makan siang mas Ardi'.

'Aduh, apa aku terlalu berlebihan?' Entah mengapa Ella merasa malu dan sedikit menyesal telah mengirim pesan itu. Apa aku terlihat agresif? Apa aku seperti perempuan ganjen?

Aaarrrhhhh bagaimana ini? Ella benar-benar panik. Tapi kemudian Ella menyadari bahwa Ardi belum membaca pesan itu, tanda di aplikasi chatting masih menunjukkan centang satu. Tanda bahwa pesannya terkirim tapi belum sampai ke penerima.

Aroma wangi seblak semakin menggoda Ella untuk menyantapnya selagi masih hangat. Tanpa membuang waktu lagi Ella langsung menyantap menu makan siangnya sambil menonton drama koreya favoritnya dari HP. At least ada oppa ganteng koreya yang selalu setia menemaninya setiap saat, Ella menghibur dirinya sendiri.

~∆∆∆~

Sore harinya selepas magrib HP Ella kembali berbunyi, dan didapatinya pesan wa dari Ardi disana.

Lazuardi

Maaf El, HP-ku mati dari tadi siang. Enak ya seblaknya?

Ella

Oh pantesan.

Biasa saja seblaknya. Standard.

Lazuardi

El, aku sudah ada di depan kontrakan kamu sekarang.

Ella

Hah? Serius?

Ella kaget dan panik demi membaca pesan dari Ardi. Ella bahkan belum mandi sore karena keasikan nonton drama koreyanya.

'Haduh bagaimana ini? Penampilanku masih kucel begini karena seharian rebahan di atas kasur sambil nonton drama koreya. Heellllppp!'

Lazuardi

El, gak dibukain pintu buat aku? Tega ya kamu?

Dhiiiieeeeng. Ella semakin kalut dan panik melihat pesan terbaru Ardi. Buru-buru Ella menghampiri meja riasnya, menyemprotkan mist spray ke seluruh wajahnya agar terlihat lebih segar. Menyisir juga rambutnya yang acak-acakan karena kebanyakan rebahan.

Terakhir Ella memasang lip balm berwarna pink untuk sedikit menambah kecerahan wajahnya. Kemudian disambarnya kardigan hitam untuk menutupi bagian atas babydoll nya.

Setelah segala persiapan beres, Ella bergegas berlari ke luar rumah, membukakan pintu untuk menyambut tamunya.

"Selamat malam, Ella." Ardi menyapa dengan wajah sumringah saat Ella membukakan pintu untuknya.

"Malam," Ella tersenyum lebar menyambut kedatangan tamunya.

Didapatinya seorang pria tampan dengan setelan baju resmi ala-ala orang kantoran. Hari ini Ardi mengenakan kemeja berwarna biru muda, dia tidak memakai dasi seperti kemarin. Kali ini kancing bajunya terbuka dibagian atas, mungkin karena kegerahan.

Untuk beberapa detik Ardi tertegun sejenak setelah pintu terbuka. Diamatinya gadis di hadapannya yang sedang memakai baju khas rumahan. Entah mengapa Ardi merasa Ella smakin cute dengan gaya cuek dan santainya itu. Gadis ini selalu tampil apa adanya tanpa kepura-puraan.

"Aku kira kamu gak jadi kesini karena daritadi tidak ada kabar." Ujar Ella mempersilahkan tamunya masuk ke ruang tamu sekaligus ruang tvnya.

"Duduk dulu mas, mau minum dingin atau hangat?" lanjut Ella menawarkan suguhan.

"Wah bisa request ya? Kopi saja kalau begitu sebagai penawar ngantuk."

"Ngantuk? Jam segini?" tanya Ella keheranan.

"Soalnya hari ini agak sibuk. Capek sekali jadinya, karena itu bawaannya ngantuk terus."

Ella beranjak memasak air untuk membuat secangkir white coffe Ardy.

"Memang di kantor pekerjaan mas Ardi ngapain saja si?" tanya Ella penasaran sambil menyeduh kopi.

"Hari ini kebetulan ke site untuk meliat area yang akan dibangun perumahan baru. Lokasinya agak jauh diluar kota. Setelah itu ke depo bangunan dan kantor kontraktor untuk mengurus bahan dan pekerja yang akan digunakan dalam proyek."

"Pantesan capek. Padat begitu acaranya." Ella membawakan secangkir kopi yang barusan dibuatnya ditemani dengan sekaleng biskuit rasa keju.

"Diminum dulu mas, aku mandi sebentar siap-siap."

"Kamu belum mandi?" tanya Ardi dengan keheranan. "Kok udah cantik ya?" Lanjutnya sedikit menggoda Ella. Godaan receh yang mampu membuat wajah gadis itu bersemu merah malu-malu.

"Cantik tapi bau asem, hehehe." Jawab Ella bergegas meninggalkan pria itu ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian setelah menyelesaikan ritual mandinya Ella segera berganti pakaian dengan pakaian dinasnya. Kali ini Ella memilih sebuah kemeja bermotif garis-garis berwarna biru pink, dipadukan dengan celana jeans warna navy. Tidak lupa Ella melakukan sedikit touch up dengan wajah dan penampilannya.

Beberapa saat kemudian Ella sudah rapi dengan dandanan flawless kebanggaannya. Terakhir karena udara malam ini sedikit panas Ella mengikat rambutnya tinggi diatas kepalanya, model ekor kuda yang membuatnya terlihat lebih fresh dan sporty.

Setelah semua terlihat ok, Ella mengambil tote bag yang biasa dipakainya untuk dinas. Sekali lagi Ella mengaca memperhatikan penampilannya sebelum akhirnya keluar kamar menghampiri sang tamu yang telah lama ditinggalkannya.

Betapa kagetnya Ella saat kembali ke ruang tamu didapatinya Ardi telah tertidur dengan posisi masih duduk di sofa dan kepala tersandar ke sofa.

'Bisa-bisa nya dia ketiduran. Pasti benar-benar kecapekan,' batin Ella sambil terus mengamati pria itu.

Wajah Lazuardi semakin terlihat menarik dan menggemaskan saat tidur. Ella dapat melihat area mata pria itu sedikit menghitam, mungkin Ardi memang kecapekan dan kurang tidur. Membuat Ella tak tega untuk membangunkan pria itu.

Ella mengambil HP-nya dan dengan iseng mengambil foto Wajah tidur Ardi yang menurutnya sangat menggemaskan.

Kemudian Ella juga membuka aplikasi gr*b food untuk memesan beberapa makanan sebagai makan malam mereka. Sengaja dipilihnya soto ayu lagi sebagai pesanan. Karena Ella rasa Ardi sedang butuh yang hangat-hangat saat ini.

Tak sampai 15 menit soto pesanannya akhirnya datang. Ella bergegas mengambilnya dan segera menyajikannya di atas meja makan.

Beberapa saat kemudian Ardi terbangun dan sedikit bingung menyadari dirinya ada dimana. "Yaampun aku ketiduran. Maaf ya, El." ujar Ardi serba salah saat kesadarannya pulih.

"Hehe, nggak apa-apa kok santai saja. Ayo kesini makan malam dulu." Ajak Ella sambil menyiapkan dua gelas teh hangat di meja.

"Kamu masak apa?" tanya Ardi penasaran menghampiri meja makan.

"Masak soto ayu." jawab Ella menahan tawa.

"Yah, kirain masakan kamu." Ardi pura-pura kecewa, mengambil duduk di salah satu kursi meja makan di hadapan Ella.

"Bisa diare nanti kalau Mas Aldi makan masakanku" Ella tertawa ringan. "Yuk makan dulu, mas."

Keduanya makan dalam diam, dan tidak selahap kemarin. Bukan karena rasa sotonya tidak enak tapi suasana yang membuat mereka santai, menikmati setiap suapan, menikmati waktu kebersamaan mereka.

Setelah selesai makan malam, Ella mencuci peralatan makannya dengan ditemani Ardi yang tetap duduk di kursi makan sambil terus mengamati Ella. Ardi semakin tergila-gila dengan gadis itu, kedewasaannya, kepekaannya, dan kepiawaiannya mengurusi urusan dapur. Benar-benar tipe isteri idaman setiap pria ini.

"Aku ada paracetamol klo mas Ardi agak pusing." Ella menawarkan.

"Gak usah, aku masih harus menyetir mobil setelah ini." Ardi melirik jam tangan di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 19.30.

"Kamu sudah siap? Mau berangkat sekarang?"

"Aku berangkat naik ojek saja deh. Mas Ardi langsung pulang istirahat," tolak Ella.

"Sekalian saja, RSUD G itu sejalur dengan jalan pulang ke rumahku."

"Ya sudah, nanti aku ajak ngobrol biar nggak ngatuk nyetirnya." Jawab Ella akhirnya.

Ardi tersenyum gemas menyadari Ella yang sedikit mengkhawatirkan dirinya. Gadis ini benar-benar berbeda dari kebanyakan gadis yang pernah dikenal Ardi. Membuatnya semakin tergila-gila dan ingin mendapatkan hati Ella.

Segera saja mereka memasuki mobil dan meluncur ke arah RSUD tempat Ella bertugas.

~∆∆∆~

🌼Tolong klik JEMPOL (LIKE), klik FAVORIT (❤️), kasih KOMENTAR, Makasih 😘🌼

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!