Menjadi candu

..."Ketika bagian dari dirimu menjadi candu ku, itu membuat diriku seakan menjadi gila jika memikirkannya."...

..._Agam Ezekiel Arbyshaka...

...***...

Saat bel masuk berkumandang, saat itu juga murid-murid yang semulanya ricuh seketika kicep saat Guru masuk kedalam kelas.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru dikelas ini." ujar sang Guru bahasa Indonesia yang kerak disapa Pak Honda.

Tasya menyikut lengan Bianca. "Kira-kira cewek apa cowok?" Bianca hanya mengangkat bahu, mana ia tahu?

Guru itu mempersilahkan siswa baru tersebut untuk masuk dan memperkenalkan diri. Saat murid baru yang ternyata berjenis kelamin laki-laki itu masuk, ketika itu juga para siswi-siswi heboh ditempat masing-masing.

"Perkenalkan nama saya Samuel Arlangka. Kalian bisa panggil saya Samuel. Saya pindahan dari Bandung." Terlihat santai kala seorang yang bernama Samuel memperkenalkan diri didepan warga kelas.

"Ganteng kiw"

"Jomblo gak nih?"

"Ampunn ganteng bangett!"

"Nomor wa nya dong."

"Fiks suami gue masa depan!"

Mata Bianca membulat saat melihat laki-laki yang berdiri didepan sana. Si songong! "What--tuh si songong ternyata murid baru disekolah ini?!" gumam Bianca tak menyangka.

"Diem-diem!" Pak Honda memukul-mukul meja menginterupsi, agar seisi kelas yang bising tersebut untuk diam. Ia melirik Samuel. "Kamu duduk di bangku yang kosong sana." lanjutnya menunjuk tempat kosong. Sialnya berada tepat disebelah bangku Bianca dan Tasya.

Sesuai instruksi, Samuel berjalan menuju bangku tersebut. Sebelum ia duduk, ia melirik Bianca yang sudah memasang raut wajah tak bersahabat kearahnya. Samuel mengetukkan jarinya di meja tepat depan gadis itu.

"We meet again" bisiknya dengan senyum penuh arti lalu duduk dibangkunya. Bianca mendengus dan merotasikan bola mata kesal. Tasya menyenggol lengan Bianca.

"Lo kenal sama dia?" Ditunjuknya Samuel menggunakan dagu. Bianca mengedikan bahu acuh sebagai tanggapan. Hanya pernah lihat orangnya, kenal namanya barusan setelah Samuel memperkenalkan diri.

"Gak!" sahut Bianca.

"Anak-anak. Sesuai kesepakatan minggu lalu, tugas bahasa Indonesia dikumpulkan hari ini. Masing-masing letakkan tugas di atas meja dan aku akan mengumpulkannya satu persatu." tegas pak Honda.

Mendengar perkataan itu, lantas satu persatu anak-anak segera mengeluarkan tugas bahasa Indonesia dan meletakkan diatas meja masing-masing sesuai perintah dari sang Guru.

Sementara Bianca, gadis itu panik ditempat saat ia tak menemukan tugas bahasa Indonesia nya di dalam tas. Ia mengeluarkan semua buku-bukunya dalam tas diatas meja. Namun, setelah diperiksa satu persatu tak terdapat buku tugas bahasa Indonesia. "Buku tugas bahasa Indonesia gue mana sih?" gerutunya dengan raut panik.

"Kenapa Bia?" Tasya melirik Bianca.

Bianca menepuk dahinya sendiri saat teringat sesuatu. "Gue lupa, tadi malem habis gue ngerjain tugas, gue gak taruh didalam tas." Ia menggigit jari telunjuk tegang. "Gimana dong Sya? gue gak mau dihukum lagi." melasnya.

"Itu sih derita lo!" cuek Tasya.

"Tega lo!"

Tuk tuk tuk

Bianca menengadah takut-takut saat Pak Honda mengetuk-ngetuk mejanya dengan tangannya. "Tugas kamu mana Bia?!" tanya pak Honda kepada Bianca.

Gadis itu menggaruk kepalanya tak gatal. "A-anu pak kelupaan dirumah."

"Kelupaan atau memang gak ngerjain?!" marah Pak Honda melotkan matanya garang.

"Kelupaan pak, suer." Bianca mengacungkan dua jari membentuk V.

Pak Honda menghela napas mencoba sabar. "Yaudah kamu tidak akan aku hukum. Tapi sebagai gantinya, kamu, aku kasih tugas menulis teks laporan. Kesempatanmu tiga hari untuk mengerjakannya. Kamu scan aja terus kirim filenya ke bapak kalo udah selesai." pungkas pak Honda mendapat anggukan lesu dari Bianca.

Setelah mengumpulkan semua tugas para murid, Pak Honda kembali duduk ditempatnya. Bianca menoleh sinis kearah bangku Samuel saat mendengar kekehan kecil dari sana.

"Kasian." cibir Samuel menjulid. Memang Samuel yang selaku murid baru, ia jadi di toleransi jika tak mengerjakan tugas. Tak seperti Bianca yang notabenya sedari awal murid disekolah ini.

Melihat hal tersebut, rasa kesal Bianca melonjak, ia pun merobek selembar kertas lalu ia remas membentuk bongkahan dengan perasaan kesal dan dilemparkannya kearah Samuel hingga mengenai kepala laki-laki itu.

****

Saat rapat yang diadakan jam istirahat pertama selesai, keempat anggota osis itu sedang berada di kantin saat ini. Merasa gabut, makanya mereka masih nangkring ditempat ini walaupun sudah habis sarapan sepuluh detik yang lalu.

"Kalian gak tahu bahwa sebenarnya gue ini sad boy." Nathan mulai mengarang cerita.

"Macaa cihh mas." goda Camella menggerakkan tangan ala-ala banci membuat Bella tergelak.

"Gue serius! kalian tahu? gue baru diputusin dua hari yang lalu! dan kalian mau tahu gue diputusin karena apa?"

Berbeda dengan Agam yang hanya memasang raut datar, Camella dan Bella menanggapi perkataan dari Nathan dengan serius. "Emang karena apa?"

"Gara-gara katanya gue terlalu ganteng! masa dia bilang dia gak pantes buat gue. Padahal dia cantik banget loh." kata Nathan dan tersenyum bangga.

Bella memasang ekspresi ingin muntah. Sementara Camella, meraih kaleng bekas diatas meja kantin lalu dilemparkannya kearah Nathan dan mengenai tepat di dahi lelaki tersebut.

Nathan mengusap-ngusap dahi dengan mimik wajah sok sedih dibuat-buat. "Tegas lo Mell." dramatisnya.

"Sok iye lo bang!" cibir Camella.

"Tunggu-tunggu. Sepertinya tadi malam ada yang ngejanggel deh." sela Bella tiba-tiba memasang raut serius. Agam mengangkat alis penasaran.

"Apaan emang?" tanya Nathan yang tak kalah penasaran juga.

"Kalian inget gak soal permainan suit tadi malem?!" heboh Bella, ia baru mengingat itu dari beberapa detik yang lalu.

Ibaratkan disengat listrik tegangan tinggi, Agam dibuat menegang ditempat. Walaupun ia kelihatan tenang, terus terang ia sudah panas-dingin. Kenapa harus di ingatkan lagi sih?!

Nathan menggerak-gerakkan jari telunjuknya di udara. "Pantesan tadi malem gue ngerasa kek ada yang kurang saat sampe dirumah. Jadi rupanya permainan itu!"

Ketiganya menoleh serentak kearah Agam dengan senyuman jahil. "Pertanyaan masih berlaku atau kita beri tantangan saja?" tanya Nathan membuat ketiganya saling pandang beberapa detik.

"Beri tantangan aja deh." pungkas Bella mendapat anggukkan setuju dari Nathan. "Okelah."

"Gak bisa dibatalin?" sela Agam datar.

Bella menggerak-gerakkan jari telunjuknya di udara. "No no no. Dua tantangan. Dari gue dan Nathan."

"Satu." tawar Agam

"No, harus dua." pungkas Nathan mendapat anggukkan kepala dari Bella.

"Satu, atau tidak sama sekali?" tawar Agam dengan nada mengancam membuat Bella dan Nathan tak ada cara lain selain mengiyakan. "Yaudah"

"Lo aja Bell yang ngasih tantangannya." lanjutnya mengalah.

"Tantangannya yang ekstrim loh Bell." saran Camella semakin menjadi-jadi membuat Agam memutar bola mata malas.

"Woke!" Bella mengacungkan lingkaran jari membentuk O.

Ia kemudian mengetuk-ngetuk kan jari telunjuknya di pipi dan mengerlingkan matanya keatas. "Hmm yang ekstrim.." gumamnya.

Bella menjentikkan jari saat menemukan tantangan yang paling terekstrem buat Agam. "Lo cium Bia." pungkasnya membuat Camella dan Nathan bersorak ria. Ide konyol tiba-tiba terbesit diotaknya mengingat jika Bianca dan Agam seperti Tommy and Jerry. Lucu sekali bukan apabila dibayangkan, kedua orang yang saling benci tiba-tiba ada yang inisiatif mencium duluan. Kira-kira apa yang akan terjadi? Mereka jadi penasaran.

"Mantap Bell." Camella mengacungkan dua jempol sebagai apresiasi.

"Jangan main-main." desis Agam mulai kesal.

"Ayolah Gam. Cium doang, masa selama ini lo belum pernah cium cewek?"

"Iya bener tuh!" sahut Camella ikut memanas-manasi suasana.

Agam kalah telak, ia tak bisa berbuat apa-apa di situasi seperti ini. Apalagi ia kalah jumlah disini. Ketiga temannya ini membuat ia tak bisa untuk menolak tantangan yang mereka ajukan. "Oke fine! jadi, siapa yang akan jadi saksi?"

Camella dan Bella menunjuk Nathan bersamaan. "Nathan!" Dengan ekspresi melongo, Nathan menunjuk dirinya sendiri. "Lah kok gue?"

Kedua gadis itu mengangguk bersamaan. "Gak mungkin kita kan? secara mata kita ini masih suci. Iya gak Bell?" ujar Camella menaik turunkan kan alisnya kepada Bella.

Seraya melipatnya tangannya didepan dada, Bella mengangkat dagunya angkuh dan tersenyum bangga. "Yoi!"

"Yahh jangan gitu dong. Mata gue juga masih suci ini." Nathan memajukan bibir bawahnya. Sementara Agam sudah beranjak dari duduknya bersiap akan berhadapan dengan Bianca sekarang juga. "Yang jadi saksi, ikut gue."

Nathan menoleh kepada Camella dan Bella dengan raut memelas. "Udah sana!" suruh Camella gemas.

"Iya-iya!" sungut Nathan dengan berat hati, dirinya bangkit dan dengan terpaksa mengikuti Agam keluar dari kantin.

...***...

"Ishh Tasya!" Bianca menggoyang-goyangkan lengan Tasya untuk mencari perhatian. Namun, temannya itu tetap mengabaikannya. Seakan, benda pipi ditangannya lebih menarik daripada dirinya.

Lihatlah sekarang, bahkan anak itu tersenyum-senyum seperti orang gila. Bianca mencebikkan bibir kesal. Ia sedikit mengintip isi ponsel yang membuat temannya itu sibuk dan terus mengabaikannya.

AyangAkoh😍😘

Gunung pun akan kudaki, lautan akan kusebrangi demi kamu tasyaku😭😘🥰

^^^Tasyaku😊♥️💖💝💘^^^

^^^Ih ayang! bisa aja deh buat aku terbang melayang!^^^

Bianca menyemburkan tawa ngakak. "Apaan dah alay banget!"

Tasya memiringkan ponselnya untuk menyembunyikan isi chat yang sayangnya sudah dilihat oleh temannya itu. "Kepo lo!"

Bianca meraih buku diatas meja dan menggulungnya. Ia berjalan menuju meja Guru dan berdiri disana. "Gunung pun akan kudaki, lautan kusebrangi. Demi Tasyaku.." nyanyinya menggunakan gulungan buku sebagai mikrofon palsu ala-ala gelar konser. Bahkan, tangannya bergerak sesuai lantunan lagu.

Tasya mendengus sebal. Ternyata teman laknatnya itu sudah melihat isi chat memalukannya. Alay di chat tak apa asal jangan di story, itu menjadi prinsipnya.

"Gining pin Ikin kidiki, liwitin kisibringi,dimi tisyiki." Lagi, Bianca terbahak. Ia memegangi perutnya akibat lelah tertawa.

Tasya berdiri dengan geram lalu segera berjalan cepat kearah Bianca. "Awas ya lo Bi!"

Untuk menghindar amukan dari sang Sohib, dengan gerakan cepat, Bianca turun melompat dari meja dan lari terbirit-birit keluar kelas.

"Woe awas lo Bi kalo ketangkep. Gue buang kelaut lo!" Tasya mengejar langkah cepat Bianca keluar kelas. Beginilah cara keduanya berteman. Walaupun bertengkar, itupun dengan pertengkaran tak serius alias hanya candaan semata. Tak ada pertengkaran serius diantara keduanya selama berteman.

Bianca menoleh kebelakang masih dengan berlari dan menjulurkan lidah meledek. "Tangkap gue kalo bisa wlee!"

Bianca dan Tasya saling mengejar di lorong kelas. Tak mempedulikan tatapan-tatapan aneh dari para siswa yang melihat kelakuan bobrok keduanya.

Bianca asik berlari sambil meledek kearah sang sohib yang masih berada dalam jarak yang cukup jauh darinya. Gadis itu tak memperhatikan ke depan. Alhasil, ia menubruk tubuh tegap seseorang hingga hampir membuatnya jatuh. Untung lelaki itu dengan sigap menyanggah pinggang ramping Bianca agar tidak jatuh.

Tatapan keduanya terkunci beberapa detik lalu dengan gerakan cepat laki-laki itu melepas tangan kekarnya dari pinggang Bianca dan gadis itu menegakkan tubuh.

"Maaf kak Agam. Gue gak sengaja." Bianca hendak segera berlalu dari hadapan Agam. Namun, lelaki itu segera menahan pergelangan tangannya.

"Ikut gue." titah Agam datar.

"Kemana Kak?!" Bianca meronta-ronta ingin dilepaskan. Sialnya tidak berefek sama sekali. Tenaga mereka jelas jauh berbeda. Agam tetap menyeretnya entah kemana.

"Hahaha rasain lo! Karma tuh! Hantam aja dia Kak!" Bukannya menolong sang sohib yang lagi dalam bahaya, Tasya malah meledeknya balik dari seberang, ia tertawa puas. Salah sendiri tadi meledeknya habis-habisan!

****

Agam menyeret Bianca kedalam ruang osis yang saat ini tak berpenghuni selain keduanya yang baru masuk. Yang mengisi ruangan ini hanya mereka berdua.

"Kakak apa-apaan sih!"

Agam menyandarkan tubuh mungil Bianca ke dinding dengan kedua tangan dia letakkan disamping kiri dan kanan gadis itu untuk mengurungnya. Ia mengikis jarak antara dirinya dan Bianca membuat gadis itu terdiam dalam perasaan was-was.

"K-ka Agam mau ngapain?"

Agam menatap mata indah gadis didepannya dengan intens. Perlahan, tatapan itu turun ke bibir tipis berwarna pink milik Bianca. Tanpa sadar, lelaki itu justru meneguk salivanya susah payah. Jakunnya terlihat naik turun. Siapapun tolong sadarkan Agam saat ini!

Sebelah tangan Agam berpindah posisi meraih bibir Bianca dan mengusapnya lembut. "Kali ini mohon kerja samanya."

Agam mendekatkan wajahnya ke wajah Bianca dengan tatapan terus mengarah ke bibir ranum itu membuat gadis itu reflek menelan ludah takut dan menahan napas tegang. Laki-laki itu memiringkan wajah dan mulai memejamkan mata.

Cup!

Mata Bianca membulat sempurna saat bibirnya dan bibir Agam berhasil bertemu. Keduanya sama-sama bergeming masih dalam posisi tersebut meresapi jantung yang tiba-tiba berdebar tak karuan didalam sana saat benda lembut tersebut saling menyatu sempurna.

Bianca mendorong kuat dada Agam membuat lelaki itu mundur beberapa langkah dan tersadar dari kekhilafannya yang menikmati sensasi tadi. Gadis itu mengusap bibirnya kasar.

"Brengsek!" desisnya emosi. Bianca melempar kan sorot tajam kepada Agam yang sekarang hanya menampilkan muka datarnya seperti tak merasa bersalah sama sekali. Kemudian dia berjalan menyenggol lengan bawah Agam dan beranjak keluar dengan kedua pipi memerah merona.

Meskipun didalam sana sudah berdetak tak beraturan. Agam tetap berusaha mempertahankan raut wajahnya agar tetap terlihat datar dan tenang. Ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.

"Keluar lo." titahnya dan muncul lah satu cecunguk dari balik bangku. Sedari tadi, Nathan bersembunyi dibawah bangku dan menyaksikan adegan kiss antara Bianca dan Agam barusan. Ia bahkan sampai tercengang bukan main. Tidak terpikirkan dalam benaknya bahwa Agam berani mencium gadis itu tepat dibibir.

"Gila! lo cium dia dibibir?!" heboh Nathan.

Sebelah alis Agam terangkat. "Terus?"

"Lah kan tadi Bella gak sebutin tempat lo cium dimana. Jadi, lo boleh cium dia di pipi atau dimana kek."

"Udah terlanjur." sahut Agam cuek. Ia juga tak tahu. Dikiranya cium yang dimaksud Bella, cium dibibir. Tak ingin mengambil pusing, Agam lantas bergegas berlalu dari ruang osis meninggalkan Nathan disana. Laki-laki itu berjalan dengan tubuh tegap di koridor kelas dan berbelok ke toilet laki-laki.

Agam memandangi refleksi dirinya di cermin dengan kedua tangan bertumpu di wastafel. Memorinya terus berputar di kejadian tadi. Wajah hingga telinganya memerah padam menahan rasa aneh yang membuncah didalam dada. Dia mengepalkan tangannya kuat. "Sh-it!"

Kelembutan juga rasa manis dari bibir itu tidak berhenti menghantui memorinya. Hal tersebut menjadikannya seperti mau gila saja rasanya. "I'm addicted to that girl's lips." lirihnya.

****

Terpopuler

Comments

Erina Situmeang

Erina Situmeang

🤣🤣🤣

2023-09-09

0

She Jutex MImi

She Jutex MImi

siap2 bianca dibikin pusing lucas,samuel sm agam... tp tar yg lebih pusing pasti agam kalo udh bucin

2023-07-20

0

yourfreyaa_

yourfreyaa_

jamet 😭

2023-07-14

0

lihat semua
Episodes
1 Terlambat lagi
2 Perkelahian di toilet perempuan
3 Diinterogasi diruang osis
4 Keberingasan the king SMA Garuda
5 Kecewa yang kesekian kalinya
6 Laki-laki brengsek
7 Perjodohan yang tak diinginkan
8 Menjadi candu
9 Pembelaan The King SMA Garuda
10 Bertemu anak kecil
11 Karakter tsundere
12 Club night
13 Kisah the King SMA Garuda
14 Rendra marah
15 Perempuan berkacamata
16 Datang bulan
17 Kepedulian Agam
18 18
19 19
20 20
21 VISUAL!
22 Dan ternyata
23 22
24 23
25 Menyesakkan
26 25
27 Parkiran
28 Cari angin dimalam hari
29 Kejadian
30 Kecemasan Bianca
31 Terciduk
32 Rumah pohon
33 Hari H
34 Ungkapan Agam
35 Nama anak
36 Menidurkan bayi besar
37 Jam kosong
38 Dia, siapa?
39 Beres-beres barang
40 Rumah baru
41 Nasi goreng
42 Something
43 Queen nembak King
44 Penyembuh akan menjadi luka baru?
45 Sebuah kisah
46 Pilihan
47 Teror?
48 Pengumuman Camping
49 Dua garis?
50 Kesalahan
51 Dalam perjalanan
52 Terciduk
53 Gubuk
54 Air terjun
55 Tidak akan mengalah
56 Sisi lain
57 Obsesi
58 Nenangin diri
59 Siapa?
60 First night
61 Pagi hari
62 Pergi dari rumah
63 Ingin pulang ke orang tua
64 Teror lagi?
65 Pilihan Camella
66 Sus?
67 Manja
68 Hamidun?
69 Minta jatah
70 Kerinduan pasturi muda
71 Kehabisan stok
72 Sherly, strong!
73 Perempuan rendahan
74 Kecelakaan?
75 Bocil nya Agam sudah dewasa
76 Rawat bayi besar
77 Di usir
78 Pulang ke rumah
79 Sayang?
80 Adik, coming soon!
81 Bakso buaya
82 Suami Vs Pacar
83 Menantu durhaka
84 Uwuw depan umum
85 Di keluarkan
86 Rencana licik
87 Di culik?
88 Terbongkar
89 Memberi pelajaran
90 Akhir dari kisah double S
91 Anjing dan kucing
92 Masih dengan penyesalan
93 Ketemu Samuel
94 Kejujuran
95 Di culik lagi?
96 Pertemuan Ayah dan Anak
97 Adik?
98 Ikut Ayah?
99 Musibah
100 Kabar duka
101 Alena dan Rendra
102 Pewaris
103 London
104 Terjebak
105 Cantika sadar
106 Keputusan Zella
107 Ini adalah yang terbaik
108 Keberangkatan Gilbert (End)
109 Promosi!
110 Epilog!
111 Extra part 01
112 Extra part 02
113 Extra part 03
114 Extra part 04
115 Extra part 05
116 Extra part 06
117 Extra part 07
118 Extra part 08
119 Extra part 09
120 Extra part 10
121 Extra part 11
122 Extra part 12
123 Extra part 13
124 Extra part 14
125 Extra part 15
126 Extra part 16
127 Extra part 17
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Terlambat lagi
2
Perkelahian di toilet perempuan
3
Diinterogasi diruang osis
4
Keberingasan the king SMA Garuda
5
Kecewa yang kesekian kalinya
6
Laki-laki brengsek
7
Perjodohan yang tak diinginkan
8
Menjadi candu
9
Pembelaan The King SMA Garuda
10
Bertemu anak kecil
11
Karakter tsundere
12
Club night
13
Kisah the King SMA Garuda
14
Rendra marah
15
Perempuan berkacamata
16
Datang bulan
17
Kepedulian Agam
18
18
19
19
20
20
21
VISUAL!
22
Dan ternyata
23
22
24
23
25
Menyesakkan
26
25
27
Parkiran
28
Cari angin dimalam hari
29
Kejadian
30
Kecemasan Bianca
31
Terciduk
32
Rumah pohon
33
Hari H
34
Ungkapan Agam
35
Nama anak
36
Menidurkan bayi besar
37
Jam kosong
38
Dia, siapa?
39
Beres-beres barang
40
Rumah baru
41
Nasi goreng
42
Something
43
Queen nembak King
44
Penyembuh akan menjadi luka baru?
45
Sebuah kisah
46
Pilihan
47
Teror?
48
Pengumuman Camping
49
Dua garis?
50
Kesalahan
51
Dalam perjalanan
52
Terciduk
53
Gubuk
54
Air terjun
55
Tidak akan mengalah
56
Sisi lain
57
Obsesi
58
Nenangin diri
59
Siapa?
60
First night
61
Pagi hari
62
Pergi dari rumah
63
Ingin pulang ke orang tua
64
Teror lagi?
65
Pilihan Camella
66
Sus?
67
Manja
68
Hamidun?
69
Minta jatah
70
Kerinduan pasturi muda
71
Kehabisan stok
72
Sherly, strong!
73
Perempuan rendahan
74
Kecelakaan?
75
Bocil nya Agam sudah dewasa
76
Rawat bayi besar
77
Di usir
78
Pulang ke rumah
79
Sayang?
80
Adik, coming soon!
81
Bakso buaya
82
Suami Vs Pacar
83
Menantu durhaka
84
Uwuw depan umum
85
Di keluarkan
86
Rencana licik
87
Di culik?
88
Terbongkar
89
Memberi pelajaran
90
Akhir dari kisah double S
91
Anjing dan kucing
92
Masih dengan penyesalan
93
Ketemu Samuel
94
Kejujuran
95
Di culik lagi?
96
Pertemuan Ayah dan Anak
97
Adik?
98
Ikut Ayah?
99
Musibah
100
Kabar duka
101
Alena dan Rendra
102
Pewaris
103
London
104
Terjebak
105
Cantika sadar
106
Keputusan Zella
107
Ini adalah yang terbaik
108
Keberangkatan Gilbert (End)
109
Promosi!
110
Epilog!
111
Extra part 01
112
Extra part 02
113
Extra part 03
114
Extra part 04
115
Extra part 05
116
Extra part 06
117
Extra part 07
118
Extra part 08
119
Extra part 09
120
Extra part 10
121
Extra part 11
122
Extra part 12
123
Extra part 13
124
Extra part 14
125
Extra part 15
126
Extra part 16
127
Extra part 17

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!