..."Ketika bagian dari dirimu menjadi candu ku, itu membuat diriku seakan menjadi gila jika memikirkannya."...
..._Agam Ezekiel Arbyshaka...
...***...
Saat bel masuk berkumandang, saat itu juga murid-murid yang semulanya ricuh seketika kicep saat Guru masuk kedalam kelas.
"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru dikelas ini." ujar sang Guru bahasa Indonesia yang kerak disapa Pak Honda.
Tasya menyikut lengan Bianca. "Kira-kira cewek apa cowok?" Bianca hanya mengangkat bahu, mana ia tahu?
Guru itu mempersilahkan siswa baru tersebut untuk masuk dan memperkenalkan diri. Saat murid baru yang ternyata berjenis kelamin laki-laki itu masuk, ketika itu juga para siswi-siswi heboh ditempat masing-masing.
"Perkenalkan nama saya Samuel Arlangka. Kalian bisa panggil saya Samuel. Saya pindahan dari Bandung." Terlihat santai kala seorang yang bernama Samuel memperkenalkan diri didepan warga kelas.
"Ganteng kiw"
"Jomblo gak nih?"
"Ampunn ganteng bangett!"
"Nomor wa nya dong."
"Fiks suami gue masa depan!"
Mata Bianca membulat saat melihat laki-laki yang berdiri didepan sana. Si songong! "What--tuh si songong ternyata murid baru disekolah ini?!" gumam Bianca tak menyangka.
"Diem-diem!" Pak Honda memukul-mukul meja menginterupsi, agar seisi kelas yang bising tersebut untuk diam. Ia melirik Samuel. "Kamu duduk di bangku yang kosong sana." lanjutnya menunjuk tempat kosong. Sialnya berada tepat disebelah bangku Bianca dan Tasya.
Sesuai instruksi, Samuel berjalan menuju bangku tersebut. Sebelum ia duduk, ia melirik Bianca yang sudah memasang raut wajah tak bersahabat kearahnya. Samuel mengetukkan jarinya di meja tepat depan gadis itu.
"We meet again" bisiknya dengan senyum penuh arti lalu duduk dibangkunya. Bianca mendengus dan merotasikan bola mata kesal. Tasya menyenggol lengan Bianca.
"Lo kenal sama dia?" Ditunjuknya Samuel menggunakan dagu. Bianca mengedikan bahu acuh sebagai tanggapan. Hanya pernah lihat orangnya, kenal namanya barusan setelah Samuel memperkenalkan diri.
"Gak!" sahut Bianca.
"Anak-anak. Sesuai kesepakatan minggu lalu, tugas bahasa Indonesia dikumpulkan hari ini. Masing-masing letakkan tugas di atas meja dan aku akan mengumpulkannya satu persatu." tegas pak Honda.
Mendengar perkataan itu, lantas satu persatu anak-anak segera mengeluarkan tugas bahasa Indonesia dan meletakkan diatas meja masing-masing sesuai perintah dari sang Guru.
Sementara Bianca, gadis itu panik ditempat saat ia tak menemukan tugas bahasa Indonesia nya di dalam tas. Ia mengeluarkan semua buku-bukunya dalam tas diatas meja. Namun, setelah diperiksa satu persatu tak terdapat buku tugas bahasa Indonesia. "Buku tugas bahasa Indonesia gue mana sih?" gerutunya dengan raut panik.
"Kenapa Bia?" Tasya melirik Bianca.
Bianca menepuk dahinya sendiri saat teringat sesuatu. "Gue lupa, tadi malem habis gue ngerjain tugas, gue gak taruh didalam tas." Ia menggigit jari telunjuk tegang. "Gimana dong Sya? gue gak mau dihukum lagi." melasnya.
"Itu sih derita lo!" cuek Tasya.
"Tega lo!"
Tuk tuk tuk
Bianca menengadah takut-takut saat Pak Honda mengetuk-ngetuk mejanya dengan tangannya. "Tugas kamu mana Bia?!" tanya pak Honda kepada Bianca.
Gadis itu menggaruk kepalanya tak gatal. "A-anu pak kelupaan dirumah."
"Kelupaan atau memang gak ngerjain?!" marah Pak Honda melotkan matanya garang.
"Kelupaan pak, suer." Bianca mengacungkan dua jari membentuk V.
Pak Honda menghela napas mencoba sabar. "Yaudah kamu tidak akan aku hukum. Tapi sebagai gantinya, kamu, aku kasih tugas menulis teks laporan. Kesempatanmu tiga hari untuk mengerjakannya. Kamu scan aja terus kirim filenya ke bapak kalo udah selesai." pungkas pak Honda mendapat anggukan lesu dari Bianca.
Setelah mengumpulkan semua tugas para murid, Pak Honda kembali duduk ditempatnya. Bianca menoleh sinis kearah bangku Samuel saat mendengar kekehan kecil dari sana.
"Kasian." cibir Samuel menjulid. Memang Samuel yang selaku murid baru, ia jadi di toleransi jika tak mengerjakan tugas. Tak seperti Bianca yang notabenya sedari awal murid disekolah ini.
Melihat hal tersebut, rasa kesal Bianca melonjak, ia pun merobek selembar kertas lalu ia remas membentuk bongkahan dengan perasaan kesal dan dilemparkannya kearah Samuel hingga mengenai kepala laki-laki itu.
****
Saat rapat yang diadakan jam istirahat pertama selesai, keempat anggota osis itu sedang berada di kantin saat ini. Merasa gabut, makanya mereka masih nangkring ditempat ini walaupun sudah habis sarapan sepuluh detik yang lalu.
"Kalian gak tahu bahwa sebenarnya gue ini sad boy." Nathan mulai mengarang cerita.
"Macaa cihh mas." goda Camella menggerakkan tangan ala-ala banci membuat Bella tergelak.
"Gue serius! kalian tahu? gue baru diputusin dua hari yang lalu! dan kalian mau tahu gue diputusin karena apa?"
Berbeda dengan Agam yang hanya memasang raut datar, Camella dan Bella menanggapi perkataan dari Nathan dengan serius. "Emang karena apa?"
"Gara-gara katanya gue terlalu ganteng! masa dia bilang dia gak pantes buat gue. Padahal dia cantik banget loh." kata Nathan dan tersenyum bangga.
Bella memasang ekspresi ingin muntah. Sementara Camella, meraih kaleng bekas diatas meja kantin lalu dilemparkannya kearah Nathan dan mengenai tepat di dahi lelaki tersebut.
Nathan mengusap-ngusap dahi dengan mimik wajah sok sedih dibuat-buat. "Tegas lo Mell." dramatisnya.
"Sok iye lo bang!" cibir Camella.
"Tunggu-tunggu. Sepertinya tadi malam ada yang ngejanggel deh." sela Bella tiba-tiba memasang raut serius. Agam mengangkat alis penasaran.
"Apaan emang?" tanya Nathan yang tak kalah penasaran juga.
"Kalian inget gak soal permainan suit tadi malem?!" heboh Bella, ia baru mengingat itu dari beberapa detik yang lalu.
Ibaratkan disengat listrik tegangan tinggi, Agam dibuat menegang ditempat. Walaupun ia kelihatan tenang, terus terang ia sudah panas-dingin. Kenapa harus di ingatkan lagi sih?!
Nathan menggerak-gerakkan jari telunjuknya di udara. "Pantesan tadi malem gue ngerasa kek ada yang kurang saat sampe dirumah. Jadi rupanya permainan itu!"
Ketiganya menoleh serentak kearah Agam dengan senyuman jahil. "Pertanyaan masih berlaku atau kita beri tantangan saja?" tanya Nathan membuat ketiganya saling pandang beberapa detik.
"Beri tantangan aja deh." pungkas Bella mendapat anggukkan setuju dari Nathan. "Okelah."
"Gak bisa dibatalin?" sela Agam datar.
Bella menggerak-gerakkan jari telunjuknya di udara. "No no no. Dua tantangan. Dari gue dan Nathan."
"Satu." tawar Agam
"No, harus dua." pungkas Nathan mendapat anggukkan kepala dari Bella.
"Satu, atau tidak sama sekali?" tawar Agam dengan nada mengancam membuat Bella dan Nathan tak ada cara lain selain mengiyakan. "Yaudah"
"Lo aja Bell yang ngasih tantangannya." lanjutnya mengalah.
"Tantangannya yang ekstrim loh Bell." saran Camella semakin menjadi-jadi membuat Agam memutar bola mata malas.
"Woke!" Bella mengacungkan lingkaran jari membentuk O.
Ia kemudian mengetuk-ngetuk kan jari telunjuknya di pipi dan mengerlingkan matanya keatas. "Hmm yang ekstrim.." gumamnya.
Bella menjentikkan jari saat menemukan tantangan yang paling terekstrem buat Agam. "Lo cium Bia." pungkasnya membuat Camella dan Nathan bersorak ria. Ide konyol tiba-tiba terbesit diotaknya mengingat jika Bianca dan Agam seperti Tommy and Jerry. Lucu sekali bukan apabila dibayangkan, kedua orang yang saling benci tiba-tiba ada yang inisiatif mencium duluan. Kira-kira apa yang akan terjadi? Mereka jadi penasaran.
"Mantap Bell." Camella mengacungkan dua jempol sebagai apresiasi.
"Jangan main-main." desis Agam mulai kesal.
"Ayolah Gam. Cium doang, masa selama ini lo belum pernah cium cewek?"
"Iya bener tuh!" sahut Camella ikut memanas-manasi suasana.
Agam kalah telak, ia tak bisa berbuat apa-apa di situasi seperti ini. Apalagi ia kalah jumlah disini. Ketiga temannya ini membuat ia tak bisa untuk menolak tantangan yang mereka ajukan. "Oke fine! jadi, siapa yang akan jadi saksi?"
Camella dan Bella menunjuk Nathan bersamaan. "Nathan!" Dengan ekspresi melongo, Nathan menunjuk dirinya sendiri. "Lah kok gue?"
Kedua gadis itu mengangguk bersamaan. "Gak mungkin kita kan? secara mata kita ini masih suci. Iya gak Bell?" ujar Camella menaik turunkan kan alisnya kepada Bella.
Seraya melipatnya tangannya didepan dada, Bella mengangkat dagunya angkuh dan tersenyum bangga. "Yoi!"
"Yahh jangan gitu dong. Mata gue juga masih suci ini." Nathan memajukan bibir bawahnya. Sementara Agam sudah beranjak dari duduknya bersiap akan berhadapan dengan Bianca sekarang juga. "Yang jadi saksi, ikut gue."
Nathan menoleh kepada Camella dan Bella dengan raut memelas. "Udah sana!" suruh Camella gemas.
"Iya-iya!" sungut Nathan dengan berat hati, dirinya bangkit dan dengan terpaksa mengikuti Agam keluar dari kantin.
...***...
"Ishh Tasya!" Bianca menggoyang-goyangkan lengan Tasya untuk mencari perhatian. Namun, temannya itu tetap mengabaikannya. Seakan, benda pipi ditangannya lebih menarik daripada dirinya.
Lihatlah sekarang, bahkan anak itu tersenyum-senyum seperti orang gila. Bianca mencebikkan bibir kesal. Ia sedikit mengintip isi ponsel yang membuat temannya itu sibuk dan terus mengabaikannya.
AyangAkoh😍😘
Gunung pun akan kudaki, lautan akan kusebrangi demi kamu tasyaku😭😘🥰
^^^Tasyaku😊♥️💖💝💘^^^
^^^Ih ayang! bisa aja deh buat aku terbang melayang!^^^
Bianca menyemburkan tawa ngakak. "Apaan dah alay banget!"
Tasya memiringkan ponselnya untuk menyembunyikan isi chat yang sayangnya sudah dilihat oleh temannya itu. "Kepo lo!"
Bianca meraih buku diatas meja dan menggulungnya. Ia berjalan menuju meja Guru dan berdiri disana. "Gunung pun akan kudaki, lautan kusebrangi. Demi Tasyaku.." nyanyinya menggunakan gulungan buku sebagai mikrofon palsu ala-ala gelar konser. Bahkan, tangannya bergerak sesuai lantunan lagu.
Tasya mendengus sebal. Ternyata teman laknatnya itu sudah melihat isi chat memalukannya. Alay di chat tak apa asal jangan di story, itu menjadi prinsipnya.
"Gining pin Ikin kidiki, liwitin kisibringi,dimi tisyiki." Lagi, Bianca terbahak. Ia memegangi perutnya akibat lelah tertawa.
Tasya berdiri dengan geram lalu segera berjalan cepat kearah Bianca. "Awas ya lo Bi!"
Untuk menghindar amukan dari sang Sohib, dengan gerakan cepat, Bianca turun melompat dari meja dan lari terbirit-birit keluar kelas.
"Woe awas lo Bi kalo ketangkep. Gue buang kelaut lo!" Tasya mengejar langkah cepat Bianca keluar kelas. Beginilah cara keduanya berteman. Walaupun bertengkar, itupun dengan pertengkaran tak serius alias hanya candaan semata. Tak ada pertengkaran serius diantara keduanya selama berteman.
Bianca menoleh kebelakang masih dengan berlari dan menjulurkan lidah meledek. "Tangkap gue kalo bisa wlee!"
Bianca dan Tasya saling mengejar di lorong kelas. Tak mempedulikan tatapan-tatapan aneh dari para siswa yang melihat kelakuan bobrok keduanya.
Bianca asik berlari sambil meledek kearah sang sohib yang masih berada dalam jarak yang cukup jauh darinya. Gadis itu tak memperhatikan ke depan. Alhasil, ia menubruk tubuh tegap seseorang hingga hampir membuatnya jatuh. Untung lelaki itu dengan sigap menyanggah pinggang ramping Bianca agar tidak jatuh.
Tatapan keduanya terkunci beberapa detik lalu dengan gerakan cepat laki-laki itu melepas tangan kekarnya dari pinggang Bianca dan gadis itu menegakkan tubuh.
"Maaf kak Agam. Gue gak sengaja." Bianca hendak segera berlalu dari hadapan Agam. Namun, lelaki itu segera menahan pergelangan tangannya.
"Ikut gue." titah Agam datar.
"Kemana Kak?!" Bianca meronta-ronta ingin dilepaskan. Sialnya tidak berefek sama sekali. Tenaga mereka jelas jauh berbeda. Agam tetap menyeretnya entah kemana.
"Hahaha rasain lo! Karma tuh! Hantam aja dia Kak!" Bukannya menolong sang sohib yang lagi dalam bahaya, Tasya malah meledeknya balik dari seberang, ia tertawa puas. Salah sendiri tadi meledeknya habis-habisan!
****
Agam menyeret Bianca kedalam ruang osis yang saat ini tak berpenghuni selain keduanya yang baru masuk. Yang mengisi ruangan ini hanya mereka berdua.
"Kakak apa-apaan sih!"
Agam menyandarkan tubuh mungil Bianca ke dinding dengan kedua tangan dia letakkan disamping kiri dan kanan gadis itu untuk mengurungnya. Ia mengikis jarak antara dirinya dan Bianca membuat gadis itu terdiam dalam perasaan was-was.
"K-ka Agam mau ngapain?"
Agam menatap mata indah gadis didepannya dengan intens. Perlahan, tatapan itu turun ke bibir tipis berwarna pink milik Bianca. Tanpa sadar, lelaki itu justru meneguk salivanya susah payah. Jakunnya terlihat naik turun. Siapapun tolong sadarkan Agam saat ini!
Sebelah tangan Agam berpindah posisi meraih bibir Bianca dan mengusapnya lembut. "Kali ini mohon kerja samanya."
Agam mendekatkan wajahnya ke wajah Bianca dengan tatapan terus mengarah ke bibir ranum itu membuat gadis itu reflek menelan ludah takut dan menahan napas tegang. Laki-laki itu memiringkan wajah dan mulai memejamkan mata.
Cup!
Mata Bianca membulat sempurna saat bibirnya dan bibir Agam berhasil bertemu. Keduanya sama-sama bergeming masih dalam posisi tersebut meresapi jantung yang tiba-tiba berdebar tak karuan didalam sana saat benda lembut tersebut saling menyatu sempurna.
Bianca mendorong kuat dada Agam membuat lelaki itu mundur beberapa langkah dan tersadar dari kekhilafannya yang menikmati sensasi tadi. Gadis itu mengusap bibirnya kasar.
"Brengsek!" desisnya emosi. Bianca melempar kan sorot tajam kepada Agam yang sekarang hanya menampilkan muka datarnya seperti tak merasa bersalah sama sekali. Kemudian dia berjalan menyenggol lengan bawah Agam dan beranjak keluar dengan kedua pipi memerah merona.
Meskipun didalam sana sudah berdetak tak beraturan. Agam tetap berusaha mempertahankan raut wajahnya agar tetap terlihat datar dan tenang. Ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
"Keluar lo." titahnya dan muncul lah satu cecunguk dari balik bangku. Sedari tadi, Nathan bersembunyi dibawah bangku dan menyaksikan adegan kiss antara Bianca dan Agam barusan. Ia bahkan sampai tercengang bukan main. Tidak terpikirkan dalam benaknya bahwa Agam berani mencium gadis itu tepat dibibir.
"Gila! lo cium dia dibibir?!" heboh Nathan.
Sebelah alis Agam terangkat. "Terus?"
"Lah kan tadi Bella gak sebutin tempat lo cium dimana. Jadi, lo boleh cium dia di pipi atau dimana kek."
"Udah terlanjur." sahut Agam cuek. Ia juga tak tahu. Dikiranya cium yang dimaksud Bella, cium dibibir. Tak ingin mengambil pusing, Agam lantas bergegas berlalu dari ruang osis meninggalkan Nathan disana. Laki-laki itu berjalan dengan tubuh tegap di koridor kelas dan berbelok ke toilet laki-laki.
Agam memandangi refleksi dirinya di cermin dengan kedua tangan bertumpu di wastafel. Memorinya terus berputar di kejadian tadi. Wajah hingga telinganya memerah padam menahan rasa aneh yang membuncah didalam dada. Dia mengepalkan tangannya kuat. "Sh-it!"
Kelembutan juga rasa manis dari bibir itu tidak berhenti menghantui memorinya. Hal tersebut menjadikannya seperti mau gila saja rasanya. "I'm addicted to that girl's lips." lirihnya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Erina Situmeang
🤣🤣🤣
2023-09-09
0
She Jutex MImi
siap2 bianca dibikin pusing lucas,samuel sm agam... tp tar yg lebih pusing pasti agam kalo udh bucin
2023-07-20
0
yourfreyaa_
jamet 😭
2023-07-14
0