"Sekarang Mas sembunyi dulu, sebelum Mbak Risa melihatmu. Kumohon, Mas!" bisik Mona dengan wajah cemas.
"Oke-oke!" Arga mendengus kesal kemudian turun dari ranjang Mona.
Mona menghidupkan lampu tidur remang-remang miliknya dan mengenakan jubah tidur. Sementara Arga meraih pakaian serta sepatu miliknya kemudian bersembunyi di dalam kamar mandi.
"Mona! Mbak tahu kamu belum tidur. Sekarang buka pintunya sebelum Mbak bikin keributan dengan berteriak di sini!" geram Risa yang sudah tidak sabar menghadapi kelakuan adiknya itu.
"Iya, Mbak sebentar!" balas Mona dari dalam kamar.
Setelah memastikan bahwa Arga sudah bersembunyi, Mona pun bergegas membuka pintu karena Risa terus menggedor-gedornya dengan kasar.
Ceklek!
"Ada apa sih, Mbak! Ini kan sudah larut malam. Kenapa Mbak malam teriak-teriak begitu?" kesal Mona.
Namun, Risa tidak mempedulikan omongan adiknya itu. Ia melengos masuk ke dalam kamar Mona kemudian menggeledahnya bak seorang polisi.
"Mana laki-laki itu?" geram Risa.
Risa berjongkok kemudian mengintip di bawah kolong ranjang Mona. Namun, tidak ada sesiapa di situ. Bukan hanya itu, ia juga membuka dan menggeledah isi lemari pakaian yang ada di dalam ruangan itu untuk mencari sosok lelaki yang sudah masuk ke dalam rumahnya tanpa izin.
"Mbak mencari siapa, sih? Laki-laki mana?!" balas Mona tidak mau kalah.
Risa yang sudah tidak bisa menahan emosinya, berdiri tepat di hadapan Mona. Ia menatap adiknya itu dengan begitu serius.
"Laki-laki mana, katamu?"
Risa menarik kasar jubah tidur yang dikenakan oleh Mona hingga jubah itu melorot dan memperlihatkan kemolekan tubuh polos adiknya itu.
"Aku mencari sosok lelaki yang sudah menemanimu. Yang sudah menyentuh tubuh polosmu ini, Mona!" geram Risa sambil menunjuk tubuh molek dan seksi yang terpampang jelas di matanya.
Mona terisak. Ia meriah jubah tidur yang sudah diambil oleh Risa kemudian mengenakannya kembali.
"Tidak ada siapa pun di sini, Mbak," lirih Mona tanpa berani menatap kedua bola mata Risa yang kini melotot kepadanya.
Risa menarik kasar tangan Mona dan mendorongnya hingga gadis itu terduduk di tepian ranjang besi yang sudah acak-acakan.
"Tidak ada siapa pun katamu? Heh, Mona! Ini sudah kedua kalinya Mbak dengar suara ranjangmu berderit dan bukan hanya itu, Mbak juga dengar suara dessahanmu! Apa kamu pikir Mbak ini tuli, ha? Sekarang katakan pada Mbak, di mana kamu menyembunyikan lelaki itu?"
Kedua netra Risa kini tertuju pada kamar mandi. Satu-satunya ruangan yang belum ia periksa. Risa bergerak dengan cepat menuju kamar mandi. Sementara Mona yang sudah ketakutan setengah mati, segera mengikuti langkah Risa dan menahan kakaknya itu agar tidak masuk ke dalam ruangan sempit tersebut.
"Mbak, percayalah padaku. Tidak ada siapa pun di sini, hanya aku dan aku saja!" Mona memelas, mencoba mengiba kepada Risa yang sudah naik darah.
"Jika benar tidak ada siapa pun di sini, lalu bisakah kamu tunjukkan apa yang sudah kamu lakukan hingga kamu sampai bug*l dan mendesah hebat seperti itu?"
Mona menarik pelan tangan Risa dan membawanya kembali ke samping tempat tidur. Ia membuka laci nakas yang terletak di samping ranjang dan meraih sesuatu di dalamnya.
"Aku menggunakan ini, Mbak."
Mona menyerahkan sebuah alat getar kesayangannya. Alat yang selama ini selalu setia menemani ketika ia merasa kesepian dan butuh belaian dari seorang lelaki.
Risa meraih benda itu kemudian memperhatikannya. Ia tidak tahu benda apa itu dan apa pula fungsinya. Risa bahkan baru pertama kali melihat serta menyentuh benda itu.
"Benda apa ini dan apa fungsinya?" tanya Risa sambil menatap serius wajah Mona yang tertunduk lesu dengan pundak bergetar.
"I-itu alat getar, Mbak. Alat bantu se**," jawab Mona.
Mendengar penjelasan dari adiknya itu, tangan Risa refleks melayang dan mendarat ke pipi mulus Mona.
Plakkk!
"Ampun, Mbak!" Mona refleks memeluk tubuh Risa dan menangis di sana.
"Apa kamu sudah gila, Mona? Kamu itu masih gadis dan kenapa kamu malah menggunakan barang-barang seperti ini?" Risa benar-benar syok setelah mengetahui kelakuan Mona yang sebenarnya.
"Ya, Tuhan! Apa yang akan dikatakan oleh ayah dan ibu jika tahu bagaimana kelakuanmu ini? Mereka pasti malu karena sudah memiliki seorang anak yang kelakuannya persis seperti wanita ...." Tiba-tiba Risa terdiam. Ia tidak ingin meneruskan kata-kata kasarnya. Ia hanya bisa menitikkan air mata kekesalan setelah tahu bagaimana kelakuan adik perempuannya itu.
"Maafkan aku, Mbak. Aku berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi."
Risa mendorong Mona yang masih memeluk tubuhnya. "Kenakan kembali pakaianmu, Mona. Aku jijik melihatnya," titah Risa.
"Ba-baik," jawab Mona dengan terbata-bata.
Sementara Mona mengenakan kembali pakaiannya, Risa kembali menghampiri kamar mandi dan membuka pintunya. Ia melongokkan kepala ke dalam ruangan sempit itu dan tidak menemukan siapa pun di sana. Karena tidak ada yang mencurigakan di ruangan itu, Risa pun kembali menghampiri Mona.
Mona menghembuskan napas lega karena Risa tidak memeriksa ruangan itu secara seksama. "Biarlah aku kelihatan menjijikkan di mata Mbak Risa karena ketahuan memiliki alat getar itu daripada harus ketahuan berselingkuh dengan suaminya. Bisa mati aku," gumam Mona dalam hati.
"Besok kita harus membicarakan masalah ini bersama Mas Arga. Aku ingin kamu kembali ke rumah ibu. Dari pada tinggal di sini dan akhirnya hanya akan membuatmu semakin liar saja," tegas Risa.
"Tapi, Mbak!" Mona tampak protes. Namun, Risa tidak peduli. Ia berjalan keluar dari kamar itu dengan membawa serta alat getar milik Mona.
Mona mendengus kesal karena Risa berencana mengusirnya dari rumah itu. Jika ia pergi, itu artinya ia tidak bisa bertemu dengan Arga tiap waktu.
"Ah, Mbak Risa benar-benar tidak asik!" kesalnya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Endang Oke
ih bodoh banget si risa, memang kamarnya sebesar apa!!!!!!!!!!!!!
tempat tidurnya aja dr besi, tempat tidur jaduk thn 40 an.
2024-05-18
0
Neneng cinta
Adik ipar sm k2 ipar sama az,,😡
2023-05-14
0
Cintari Ridodo
masih mode bego dan o,on skip skip
2023-03-03
1