"Apa kamu siap jika aku menginginkannya sekarang?" tanya Arga dengan semangat yang menggebu-gebu.
Lagi-lagi Mona menganggukkan kepalanya. "Ya, aku siap kapan pun, Mas."
Arga bergegas bangkit kemudian mengunci pintu kamar Mona agar tidak ada yang bisa menggangu aktifitasnya bersama gadis itu. Sementara Mona yang juga haus akan belaian Arga, melepaskan pakaian yang ia kenakan kemudian meletakkannya di bawah ranjang.
Arga melangkah dengan cepat menuju ranjang Mona. Ia juga melepaskan pakaiannya hingga tak tersisa satu pun di tubuhnya. Dadanya yang bidang dan berbulu, perutnya yang sixpack serta otot-otot kekar itu berhasil membuat mata Mona membulat sempurna.
"Wow!" gumam Mona pelan sambil terus memperhatikan seluk beluk tubuh Arga. Apalagi benda tumpul berukuran cukup besar serta berurat itu mengacung dengan sempurna di hadapannya. Membuat Mona semakin tak sabar merasakan kenikmatan itu.
"Kamu menyukainya?" tanya Arga sambil menyeringai menatap Mona. Seolah-olah Mona adalah buruan yang siap ia mangsa dengan puas malam ini.
"Ya, Mas. aku sangat menyukainya. Tapi, bagaimana dengan Mbak Risa?" bisik Mona pelan.
"Ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua, Mona. Tak ada yang boleh tahu soal hubungan kita ini, termasuk kakakmu. Aku memuaskanmu dan begitu pula sebaliknya," bisik Arga di samping telinga Mona.
Mona mengangguk pelan. "Baiklah, Mas. Aku setuju."
Arga yang sudah tidak sabar mencicipi tubuh sintal itu, segera mendorong Mona hingga terbaring di atas tempat tidur. Ia menindihnya kemudian melepaskan braa serta cd yang masih menutupi area pribadi gadis itu.
"Mengeranglah, Mona. Karena aku suka itu," gumam Arga sembari melemparkan braa serta cd Mona ke sembarang arah.
Kini kedua bulatan kenyal milik Mona terpampang jelas di hadapan Arga. Puncak bulatan kenyal yang masih berukuran kecil berwarna pink kecoklatan itu membuat Arga tidak sabar untuk melahapnya.
Arga meremass serta melahap benda itu dengan rakusnya sampai Mona tidak sanggup untuk tidak mengeluarkan suara dessahannya.
"Arghhh! Terus Mas, aku suka!" racau Mona sambil mencengkram rambut Arga dengan erat.
Arga tersenyum dan setelah puas memainkan benda bulat kenyal itu, kini bibir nakal Arga mulai menjalar ke bagian bawah. Di mana jari-jari Arga mulai bermain di sana dengan kasar. Menusuk dan memainkan bagian tengahnya hingga tubuh Mona makin bergelinjang tanpa kontrol.
"Kamu menyukai ini, Mona? Lebih enak jariku atau alat getarmu?" bisik Arga sambil memperhatikan ekspresi wajah Mona yang tampak keenakan.
"M-Mas tahu kalau aku punya alat itu?" pekik Mona dengan mata yang masih terpejam menikmati sensasi sentuhan Arga.
"Jujur, selama kamu di sini, aku sering mengintip apa yang kamu lakukan, Mona."
"Oh, Mas Arga!" Mona makin menggila.
"Kamu tahu, Mona. Kamu itu sungguh menggairahkan!" sambung Arga yang kemudian kembali melahap bulatan kenyal milik Mona yang sejak tadi terus bergerak seiring dengan gerakan tubuh Mona yang tak terkendali.
"Baiklah, sebaiknya aku mulai saja." Arga menghentikan aksinya dan mulai mengarahkan benda tumpulnya ke area pribadi Mona. Mona yang sudah tidak sabar, mengangguk dengan cepat sembari membuka kakinya lebih lebar.
Dalam hitungan detik, benda tumpul milik Arga berhasil meluncur masuk ke dalam lorong sempit milik Mona. Arga tahu bahwa saat itu Mona sudah tidak perawan karena ia bisa memasukkan juniornya tanpa kesusahan. Seiring masuknya benda tumpul itu ke dalam lorongnya, Mona pun mendesis dengan begitu nikmat.
"Siapa pria beruntung yang sudah menyentuhmu untuk pertama kalinya, Mona?" tanya Arga sembari menarik juniornya dan mendorongnya lagi ke dalam lorong sempit itu.
"Ehm, itu ... kekasihku waktu aku masih duduk di bangku SMA, Mas. Dan asal Mas tahu, saat itu aku malah membayangkan sosokmu sebagai pria pertama yang berhasil menyentuhku," lirih Mona sambil menggigit bibir bawahnya.
Arga tersenyum tipis. "Benarkah? Memangnya sejak kapan kamu mulai menyukai aku, Mona?"
"Sejak aku masih duduk di bangku SMA. Aku jatuh cinta padamu bahkan sebelum kamu mengenal mbak Risa, Mas. Tapi sayangnya kamu tidak pernah memperdulikannya," lirih Mona.
Arga membungkukkan badannya kemudian memeluk tubuh sintal Mona dan mempercepat hentakannya di bawah sana.
"Tidak masalah, Mona. Yang penting sekarang kita sudah bisa bersatu walau tanpa adanya ikatan. Kita akan tetap seperti ini, sebagai adik dan kakak ipar, kamu paham?" jelas Arga.
Mona mengangguk pelan tanda mengerti dan membalas pelukan hangat Arga. Walaupun Arga hanya menginginkan kenikmatan semata dari dirinya, tetapi Mona sudah bahagia. Ia senang karena bisa menggantikan posisi Risa untuk melayani lelaki pujaannya itu.
"Akh, akh, akh!" Suara rintihan Mona terdengar seiring hentakkan Arga di bagian area bawahnya. Mata Mona merem-melek menikmati sensasi hujaman dari benda tumpul milik kakak iparnya tersebut.
Bukan hanya suara rintihan Mona yang terdengar. Namun, suara derit ranjang yang beradu dengan tembok membuat permainan mereka semakin panas membahana.
Ritt ... ritt ... ritt ....
"Lebih cepat, Mas Arga! Aku suka ini," gumam Mona sambil mencengkram kedua pundak Arga hingga meninggalkan bekas memerah di kulit putih lelaki itu.
"Kamu tahu, Mona. Aku bisa mengulangi permainan ini hingga 3-4 kali dalam semalam. Apa kamu sanggup melakukannya bersamaku?" tanya Arga dengan keringat yang sudah membanjiri tubuh kekarnya.
"Tentu saja, Mas. Aku pasti bisa!" jawab Mona dengan begitu percaya diri.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Sabiq Fathin
ga merinding aku juga pernah, pas pertama kali aku nikah langsung tek ajak desah di kamar aku remes payudara nya sampai keluar asi
2023-10-06
1
Abd Rahman Rahman
lanjut
2023-09-16
0
Al Vi a
hancur lah sudah.. bangunan yg d bangun dengan Risa
2023-08-03
0