Di sebuah pabrik tekstil terbesar di kota X, di mana Arga Wijaya bekerja sebagai Supervisor di pabrik tersebut.
Arga duduk termenung dengan pikiran melayang. Ia bahkan lupa tugasnya di pabrik itu. Aksi liar Mona yang ia lihat tadi malam, benar-benar membuat Arga penasaran dan ia terus terbayang dengan adegan-adegan panas yang dilakukan oleh adik iparnya tersebut. Setiap kali ia teringat akan hal itu, junior-nya pasti bangkit dan meronta-ronta tak terkendali.
"Ah, ****!" umpat Arga.
"Tidak boleh! Ini tidak boleh terjadi! Biar bagaimanapun Mona adalah adik Risa dan itu artinya dia adalah adik iparku," lanjutnya dengan wajah yang sedikit kesal.
Tiba-tiba seorang laki-laki menepuk pundak Arga dan berhasil membuyarkan lamunan Arga. Arga sontak menoleh kemudian tersenyum kecut.
"Cieee ... yang istrinya baru lahiran, kerjaannya bengong mulu. Pasti udah gak tahan, ya!" celetuk lelaki itu sambil tertawa pelan.
"Apaan, sih!" balas Arga sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tak ingin sahabatnya itu melihat bagaimana ekspresi wajahnya.
"Sudah, tidak apa-apa, Bro. Akui saja, tidak usah malu-malu!" godanya lagi dan berhasil membuat Arga menekuk wajahnya kesal.
"Aku tahu bagaimana rasanya saat berada di posisimu karena aku juga pernah merasakannya," celetuk lelaki itu lagi, kembali tertawa pelan.
Arga menghembuskan napas berat.
"Tapi serius, Bro. Ini rasanya sangat-sangat tidak enak. Kepalaku sakit dan seluruh badanku terasa sangat tidak nyaman jika keinginanku yang satu itu tidak terpenuhi. Kamu tahu? Aku seperti kecanduan dan aku tidak bisa untuk tidak melakukannya. Bahkan aku bisa melakukan hal itu 2 sampai 3 kali dalam satu malam. Bahkan Risa saja kadang kewalahan melayaniku. Adakah solusi yang tepat untuk menghilangkan rasa itu, Bro?" jelas Arga.
Lelaki itu tersenyum miring sembari melirik di sekitar tempat itu. Takut ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka.
"Chat saja gadis panggilan. Cukup dengan 200 sampai 300 ribu, kamu pasti akan terpuaskan. Lagi pula kamu bisa pilih gadis manapun yang kamu suka. Mau yang cantik, kek. Mau yang bahenol atau yang montok dan seksi juga ada, tinggal pilih! Duit segitu bukan apa-apa lah buat kamu," jawab lelaki itu sembari memperlihatkan sebuah aplikasi di layar ponselnya, yang bisa membantu Arga mencari gadis panggilan.
Mendengar kata montok dan seksi, tiba-tiba Arga teringat kembali akan Mona yang memiliki dua buah bulatan kenyal serta bokong berukuran jauh lebih besar dari Risa.
"Tapi kalau gadis panggilan, sepertinya aku gak mau deh, Bro. Soalnya mereka 'kan sudah sering dipake orang lain. Aku takut kena penyakit itu," ucap Arga lagi.
Lelaki itu menekuk wajahnya dengan setengah kesal. "Heleh, kalau begitu cari saja wanita yang mau dijadikan selingkuhan dan bisa dipake untuk menyalurkan hasratmu. Dan kalau ingin yang aman, main sama sabun mandi aja sana! Gratis dan istrimu pun tidak akan marah," celetuknya sambil terkekeh.
Arga lagi-lagi terdiam dan pikirannya kembali tertuju pada Mona. "Apakah Mona bersedia menjadi selingkuhanku dan menyalurkan hasratku yang tertunda?" gumam Arga dalam hati.
Lelaki itu memperhatikan Arga yang lagi-lagi melamun. "Kamu kenapa, sih, Ar? Punya masalah?"
"Ehm, tidak apa-apa, Bro. Sebaiknya kamu kembali bekerja, sebelum mereka melihat kita mengobrol dan tak bekerja dengan benar." Arga mencoba menyudahi perbincangannya bersama lelaki itu. Ia tidak ingin atasan mereka melihat apa yang mereka lakukan di tempat itu.
Lelaki itu mengangguk kemudian menepuk pelan pundak Arga sembari tersenyum. "Ya sudah, aku pergi. Tapi sebaiknya kamu pikirkan apa yang aku katakan barusan," ucapnya.
"Baiklah. Akan kupikirkan lagi."
Lelaki itu pun pergi dan berjalan meninggalkan Arga sendiri di tempat itu. "Apakah aku harus jujur kepada Mona dan meminta dia untuk menjadi selingkuhanku tanpa sepengetahuan Risa?"
Tiba-tiba Arga tertawa sendiri sembari menepuk jidatnya pelan. "Ya ampun, percaya diri sekali aku! Memangnya Mona mau melakukan itu."
Sore pun menjelang.
Arga bergegas kembali ke rumah setelah jam kerjanya selesai. Setelah memarkirkan mobil di halaman depan rumahnya yang cukup luas, Arga segera masuk dan berniat menuju kamar. Namun, lagi-lagi langkah jenjang Arga tertahan tepat di depan pintu kamar Mona.
Arga yang penasaran, kembali mengintip ke dalam kamar tersebut melalui lubang kunci. Tak ada sesiapa di kamar itu dan sepertinya Mona tengah berada di luar. Arga menegakkan badannya sembari melihat ke sekeliling. Ia mencari-cari keberadaan Mona yang entah ada di mana sekarang ini.
"Ke mana dia?" gumam Arga.
Karena tidak berhasil menemukan Mona di mana-mana, Arga memutuskan untuk kembali melanjutkan langkahnya. Ia membuka pintu kamar dan betapa terkejutnya Arga ketika mendapati Mona yang sedang berbaring miring di atas tempat tidurnya bersama si kecil Lily.
Tubuhnya yang sintal, padat dan berisi tampak begitu menggoda. Apalagi Mona hanya mengenakan tank top berwarna putih serta celana jeans sejenis hot pants yang membuat lekuk tubuhnya terlihat dengan sempurna. Paha mulus Mona pun terekspos dengan begitu sempurna di depan mata Arga.
Arga mematung tak jauh dari tempat tidur dengan tatapan fokus ke arah Mona yang berbaring membelakanginya. Tampak beberapa kali lelaki itu menelan salivanya. Jari-jemari lelaki itu refleks bergerak-gerak karena keinginannya menyentuh dan merasakan kelembutan kulit mulus adik iparnya itu.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
guntur 1609
curhat kok sama setan. ya terjerumus lah kau bodat
2025-01-04
0
Abd Rahman Rahman
lanjut
2023-09-16
1
Al Vi a
weehh konco jurig
2023-08-03
0