Arga menghentikan mobilnya di tempat parkir sebuah Rumah Sakit yang letaknya tak terlalu jauh dari kediamannya. Lelaki itu terdiam sejenak di dalam mobil sambil memencet-memencet layar ponsel.
"Mas, kamu di mana?" Terdengar celotehan Mona dari seberang telepon yang membuat Arga mengembangkan senyumannya.
"Kenapa, kamu kangen Mas, ya?" tanya Arga balik sambil terkekeh.
"Ish, aku serius, Mas. Katanya Mas mau temenin aku malam ini, tapi kok malah pergi, sih? Mana penampilannya keren banget lagi," gerutu Mona sambil menekuk wajahnya.
Terdengar suara tawa renyah Arga. "Ya ampun, Sayang. Sebab itu lah Mas harus pergi dulu dari rumah biar Mbak-mu tidak curiga. Dia 'kan taunya aku lagi pergi ke acara teman. Nah, sekarang Mas bebas, donk, ngapelin kamu."
"Eh, begitu ya? Trus, gimana selanjutnya? Apa kita ketemuan di tempat lain begitu?" Mona tampak antusias mendengarkan penjelasan Arga barusan.
"Tidak, Sayang. Kamu pantau dulu mbak-mu, kalau dia udah tidur, nanti kasih tau, Mas. Biar Mas balik dan kita bisa bercinta lagi sepuasnya malam ini!" jelas Arga sambil tersenyum lebar.
"Alah, Mas Arga. Kenapa tidak ketemuan di hotel saja? Kan enak tuh, kita bisa melakukan apa saja dengan bebas tanpa ketahuan Mbak Risa," celetuk Mona dengan bibir mengerucut.
"Sayang, kamu gak ngerti, sih. Kalau nanti kita ketemuannya di hotel, bisa-bisa mbak-mu malah semakin curiga. Mas gak ada di rumah dan kamu juga," tutur Arga, mencoba menjelaskan.
Mona terdiam sejenak sambil memikirkan apa yang dikatakan oleh Arga dan sepersekian detik berikutnya, ia pun kembali tersenyum. "Ah, terserah Mas aja, deh. Yang penting malam ini akan menjadi milik kita berdua. Hanya kita berdua," ucap Mona kemudian.
"Ya, Sayang, pasti itu. Pokoknya kamu pantau saja mbak-mu, jika ia sudah tertidur nyenyak maka segera hubungi Mas. Ok?"
"Ok, Mas!"
Setelah puas bergombal ria kepada Mona, Arga pun segera menutup panggilannya. Ia keluar dari mobil kemudian berjalan menuju sebuah minimarket. Arga membeli beberapa macam pengaman untuk ia gunakan malam ini. Setelah membayar belanjaannya, Arga kembali melanjutkan langkahnya ke sebuah cafe, di mana ia akan bersantai sejenak sembari menunggu Mona memberi kabar baik untuknya.
Sementara itu di kediaman Arga dan Risa.
Mona beberapa kali mondar-mandir di depan pintu kamar Risa untuk mengecek apakah kakaknya itu sudah tidur atau belum. Wajahnya tampak menekuk karena Risa masih asyik bercengkrama bersama Lily di atas tempat tidur mereka.
"Ish, lama sekali, sih!" umpat Mona pelan.
Tiba-tiba sebuah ide konyol melintas di pikiran gadis itu. Ia bergegas kembali ke kamarnya kemudian mengambil sejumlah uang.
"Aku harus menemui Bi Surti," gumam Mona yang kemudian berjalan dengan cepat menuju kamar wanita paruh baya itu. Setibanya di sana, Mona segera mengetuk pintunya dengan cepat.
"Bi! Bi Surti!" panggil Mona.
"Iya, Non. Sebentar," jawab Bi Surti dari dalam kamar. Dengan tergopoh-gopoh, wanita paruh baya itu berjalan menghampiri pintu kamar kemudian membukanya.
"Eh, Non Mona. Ada apa ya, Non?" tanya Bi Surti yang tampak kebingungan.
"Bi, tolong belikan aku obat tidur di apotik. Aku tidak bisa tidur ini! Beli yang bagus ya, Bi. Biar mahal juga gak apa-apa," sahut Mona sembari menyerahkan sejumlah uang ke hadapan Bi Surti.
Bi Surti pun mengangguk pelan kemudian meraih uang itu dari tangan Mona.
"Beli satu keping ya, Bi."
"Baik, Non."
Mona memperhatikan Bi Surti yang melangkah meninggalkan kediaman kakaknya itu sambil menyeringai.
Sembari menunggu kedatangan Bi Surti, Mona memilih duduk di sofa ruang depan sambil ber-video call bersama Arga.
"Bagaimana, Sayang?" tanya Arga.
"Masih belum!" Mona mengerucutkan bibirnya sambil menatap wajah tampan Arga di layar ponsel.
"Sabar, Sayang." Arga terkekeh. " Wajahmu itu semakin ditekuk, semakin menggemaskan dan aku sudah tidak sabar ingin menggigit bibir seksimu itu," lanjut Arga.
"Ah, Mas bisa aja!" Mona pun kembali tersipu malu.
"Mona, kamu ngapain di sini?" Tiba-tiba terdengar suara Risa yang menegurnya.
Mona refleks menyembunyikan ponselnya ke balik punggung. Tak ingin Risa melihat wajah Arga di layar ponselnya tersebut.
"Eh, Mbak Risa! Bikin kaget aja," ucap Mona. Sengaja ia bicara dengan keras agar Arga mendengar bahwa ia tengah bicara dengan Risa. Arga menyadari hal itu dan segera memutuskan panggilannya.
"Kenapa kamu belum tidur juga, Mona?" tanya Risa dengan alis yang saling bertaut.
"Ehm, aku masih belum ngantuk, Mbak. Mbak sendiri kenapa belum tidur? Lily begadang, ya?" tanya Mona balik.
"Ya. Tapi, sebentar lagi Lily pasti tidur. Sebaiknya kamu tidur juga, gih. Ini sudah larut, Mona."
"Baik,Mbak. Aku akan segera tidur," jawab Mona. "Oh ya, Mbak mau ke mana, sih?"
"Minta bikinin teh hangat sama Bi Surti. Itu pun kalo Bi Surti belum tidur," jawab Risa.
"Belum, Mbak. Bi Surti nya tadi ke depan, belikan cemilan buat aku. Nanti kalau Bibi sudah balik, aku bilangin deh sama dia," tutur Mona.
"Cemilan lagi? Ya, ampun!" Risa geleng-geleng kepala. "Baiklah, Mbak balik ke kamar lagi. Nanti bilangin sama Bi Surti, ya."
"Ya, Mbak. Siap!"
Risa kembali ke kamar dan tidak lama setelah itu Bi Surti pun kembali dengan membawa pesanan dari Mona.
"Bagaimana, Bi?" tanya Mona dengan begitu antusias.
"Ini, Non. Cukup mahal, sih. Tapi kata apotekernya, obat ini yang paling bagus." Bi Surti menyerahkan obat tidur itu kepada Mona beserta uang kembaliannya.
"Uang kembaliannya untuk Bibi saja. Oh ya, tadi Mbak Risa minta bikinin teh hangat sama Bibi," balas Mona sembari menyerahkan uang kembalian itu kepada Bi Surti.
"Terima kasih, Non. Baiklah akan saya bikinin teh hangatnya."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ibu Dewi
aduh gimana ni kurang ajar banget di mona pelakor kk sendiri udah di urus di jadiin ade ang kat buksn balas dengan ke baikan malah nusuk dari belang aku baca nya jdi emosi gimana autor seharus nya cepet mereka ke pegok bukan malah risa yang mau kalah itu g bener ni gimana
2023-06-13
0
Yusni Ali
Kalian berdua jahat banget
2023-03-15
0
Naya
bila obat tidur kok kaya beli obat batuk,,, gak bisa sebebas itu kaleee
2023-03-04
0