Ternyata apa yang dijanjikan oleh Arga adalah benar. Seorang wanita paruh baya yang terkenal dengan pijatannya, datang ke kediaman milik Arga.
"Wah! Sini, Mak. Kebetulan sekali tubuhku memang sudah sangat lelah," ucap Mona dengan wajah semringah menatap wanita paruh baya itu.
Kebetulan saat itu Risa keluar dari kamarnya bersama si kecil Lily. Risa tampak kebingungan melihat sosok Mak Ijem. Si dukun pijat terkenal, yang saat itu tengah berdiri di depan kamar Mona.
"Eh, ada Mak Ijem. Ngomong-ngomong siapa yang mau pijat, Mak?" tanya Risa sambil tersenyum menatap wanita paruh baya itu.
"Ehm, itu, Nak Risa. Tu—"
Baru saja Mak Ijem berniat menjawab pertanyaan dari Risa, tiba-tiba Mona langsung menyela ucapan wanita paruh baya itu. Sementara Mak Ijem sendiri terdiam dengan wajah heran menatap Mona.
"Aku, Mbak Risa. Tadi aku sempat tanya-tanya sama Bi Surti dan Bi Surti bilang Mak Ijem hebat soal pijat memijat. Jadi, aku meminta Mak Ijem datang ke sini untuk memijit badanku. Badanku pegal semua, Mbak. Mungkin efek pesta tadi malam," sela Mona sambil tersenyum getir.
Risa terdiam sejenak sambil memperhatikan ekspresi Mona. Ia menghampiri adiknya itu kemudian berbisik. "Memangnya kamu punya uang buat bayar Mak Ijem?"
Mona tersenyum semringah. "Soal itu Mbak Risa tenang saja. Aku punya uang simpanan untuk membayarnya, kok."
Setelah mendengar jawaban dari Mona tersebut, Risa pun akhirnya bisa bernapas lega. Bukan tidak ingin membantu Mona membayar jasa Mak Ijem. Hanya saja uang yang diberikan oleh Arga kepadanya hanya cukup untuk biaya kebutuhan Lily. Sementara yang lainnya dipegang oleh Arga sendiri.
"Ya, sudah. Mbak mau ke luar dulu. Sejak tadi Lily rewel, mungkin dia bosan berada di kamar terus," ucap Risa sembari membawa Lily ke ruang depan, di mana mereka bisa bersantai.
Sepeninggal Risa.
"Masuk, Mak."
Mona menarik pelan tangan Mak Ijem kemudian meminta wanita paruh baya itu untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Tolong jangan katakan apa pun soal Mas Arga di sini. Mak mengerti?" ucap Mona dengan wajah serius menatap wanita paruh baya tersebut.
"Maksud Non?" Mak Ijem terlihat semakin bingung.
"Ah, pokoknya jangan singgung apa pun soal Mas Arga. Mbak Risa tidak boleh tahu kalau Mak Ijem ke sini atas permintaan Mas Arga dan Mas Arga lah yang membayar semuanya. Mak mengerti 'kan?" jelas Mona.
Mak Ijem mengangguk tanda mengerti. "Baiklah, Non."
"Bagus kalau begitu. Sebaiknya kita mulai saja sekarang. Aku sudah sangat lelah, Mak."
Mona melepaskan seluruh pakaiannya dan hanya menyisakan pakaian dallam seperti braa dan cd. Ia naik ke atas ranjang kemudian berbaring di sana sambil menunggu Mak Ijem memijat tubuhnya.
Mak Ijem menghampiri Mona dan ia tampak terkejut melihat banyaknya tanda merah di tubuh Mona yang ditinggalkan oleh Arga tadi malam. Bahkan jumlahnya tak terhitung. Mak Ijem tampak kaget sebab menurut Bi Surti, Mona itu masih berstatus gadis.
"Mak Ijem, apa pun yang Mak lihat di tubuhku, hanya Mak Ijem yang boleh tahu. Mengerti?"
"Ya, Non Mona."
Satu jam kemudian.
Akhirnya tugas mak ijem pun selesai dan gadis itu terlihat lebih segar dari sebelumnya. Mona berjalan bersama mak ijem keluar dari kamarnya. Ia berniat menganggarkan wanita paruh baya itu hingga ke depan rumah.
"Sudah selesai?" tanya Risa kepada Mona dan Mak ijem yang berjalan melewatinya. Saat itu Risa masih betah berada di ruang depan bersama si kecil Lily.
"Ah, iya, Mbak. Ini aku mau ngenterin Mak Ijem sampai depan," sahut Mona dengan wajah semringah.
"Nanti kalau aku punya rejeki lebih, boleh lah panggil Mak Ijem lagi," ucap Risa kepada Mak Ijem yang hanya diam di samping Mona dan menatapnya dengan tatapan tak biasa.
"I-iya, Nak Risa. Tentu saja," jawab Mak Ijem dengan terbata-bata.
Mona kembali menuntun Mak Ijem hingga ke depan. Dan sekali lagi Mona meminta wanita paruh baya itu untuk menutup mulutnya tentang apa pun yang berhubungan dengan dirinya dan juga Arga.
"Ingat ya, Mak. Jangan sampai bocor!" ucap Mona dengan tegas.
Mak Ijem mengangguk pelan. "Baik, Nak Mona."
Setelah memastikan Mak Ijem benar-benar sudah pergi, Mona pun kembali masuk ke dalam rumah. Ketika melewati Risa dan Lily, Mona memutuskan untuk duduk bersama mereka. Ia menjatuhkan dirinya tak jauh dari posisi Risa kemudian bersandar di sandaran sofa sambil mendongakkan kepalanya menatap langit-langit ruangan.
"Mona, apa ini?" pekik Risa setelah menyadari ada beberapa tanda merah yang menempel di leher jenjang Mona.
Risa menyentuh leher gadis itu, kemudian menyekanya. Berharap tanda merah tersebut segera menghilang. Namun, kenyataannya tanda merah itu masih menempel erat di sana dan membuat Risa sedikit geram.
"Apa ini, Mona!" tegas Risa dengan wajah serius menatap adiknya itu.
"Apaan sih, Mbak?" Mona mulai tersadar. Ia memasang wajah memelas sembari menutupi tanda merah tersebut dari Risa dengan kerah bajunya.
"Siapa yang sudah meninggalkan tanda merah itu dan di mana kalian melakukannya, Mona?" kesal Risa.
"Ah, ini cuma main-main saja, Mbak. Tidak serius, kok," kilah Mona dengan wajah tertunduk.
"Main-main katamu! Main-main sampai meninggalkan tanda kemerahan seperti itu? Ya ampun, Mona! Kamu itu seorang gadis, jagalah sedikit harga dirimu. Jangan sampai kamu mempermalukan Ayah dan Ibu," tutur Risa dengan wajah kesal.
"Ah, iya-iya, Mbak. Maaf," ucap Mona sembari bangkit kemudian berlari kecil menuju kamarnya. Risa yang masih kesal, memanggil-manggil nama gadis itu. Namun, sayangnya Mona tidak menggubrisnya.
"Mona! Mona, Kakak belum selesai bicara! Kembalilah," teriak Risa.
"Ya, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi!" jawabnya sembari masuk ke dalam kamar kemudian menguncinya.
"Ish, bener-bener tu anak!" geram Risa.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ujang Juanda
makin seru
2023-05-24
0
Ujang Juanda
mntap
2023-05-24
0
Yusni Ali
Suamimu
2023-03-15
0