Arga meraih tangan Mona dengan kasar kemudian menatap gadis itu dengan begitu serius. "Mona, aku serius! Kamu tidak sedang mabuk, 'kan?" tanya Arga.
Mona tidak dapat berkata apa-apa ketika bertatap mata bersama lelaki pujaannya itu dengan posisi yang begitu dekat. Bahkan Mona bisa merasakan hentakkan napas Arga yang begitu cepat mengenai tubuhnya.
"A-aku—"
"Siapa lelaki yang tadi mengantarmu? Apa dia kekasihmu?" tanya Arga lagi dengan penuh selidik.
Mona menggeleng pelan. "Bu-bukan, Mas. Ka-kami hanya teman," jawab Mona dengan terbata-bata. Ia bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kedua netra indah milik Arga.
Arga tidak semudah itu percaya. Ia memeriksa leher jenjang Mona di bagian kiri dan kanan. Mencoba mencari jejak-jejak merah yang mungkin ditinggalkan oleh lelaki itu kepada Mona. Namun, Arga tidak menemukan apa pun di sana dan akhirnya ia pun bisa bernapas dengan lega.
Sementara Mona menatap Arga dengan heran. Ia bingung kenapa kakak iparnya tersebut begitu memperhatikan dirinya hingga sedetail itu.
"Ka-kamu kenapa, Mas?" tanya Mona.
"Tidak apa. Sebaiknya kita masuk. Ini sudah tengah malam dan kamu keluyuran saja seperti gadis tidak benar. Nanti kalau tetangga sebelah lihat ini, apa yang akan mereka pikirkan tentangmu," celetuk Arga sembari mendorong pelan tubuh seksi Mona agar segera masuk ke dalam rumahnya.
Mona pun menurut saja tanpa berkeinginan menimpali ucapan kakak iparnya tersebut. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Mona merasa senang karena mendapatkan perhatian lebih dari Arga.
Perlahan Mona melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Sementara Arga tertinggal beberapa langkah di belakang karena sibuk mengunci pintu. Namun, beberapa langkah kemudian, tiba-tiba tubuh Mona melayang akibat minuman beralkohol yang tadi ia konsumsi bersama teman-temannya. Beruntung Arga sigap menangkap tubuh Mona dan menahannya agar tidak jatuh ke lantai.
"Kamu kenapa, Mona? Apa kamu baik-baik saja?"
Lagi-lagi posisi tubuh Arga yang kini menahan tubuhnya agar tidak terjatuh, membuat Mona semakin terpesona dibuatnya.
"Ya, Tuhan! Mas Arga tampan sekali," gumam Mona dalam hati.
Begitu pula sebaliknya. Arga semakin terpukau dengan pesona kecantikan adik iparnya tersebut bahkan hingga ia lupa soal bau minuman beralkohol yang masih tercium dari napas Mona.
"Mo-Mona, kamu tidak apa-apa?" tanya Arga yang tak kuasa menahan kegugupannya.
"Aku baik-baik saja, Mas," jawab Mona sembari mencoba berdiri dengan benar.
Namun, lagi-lagi ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya karena pengaruh minuman beralkohol itu sudah mulai bereaksi pada tubuhnya.
Arga membuang napas kasar. Tanpa menunggu persetujuan dari Mona, ia mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya menuju kamar.
"M-Mas Arga, aku bisa sendiri," lirih Mona sambil mempererat pegangannya di tengkuk Arga.
"Kamu sedang mabuk, Mona. Biarkan Mas membantumu," ucap Arga yang lagi-lagi berhasil membuat Mona meleleh bak sebongkah es terkena air panas.
Ia tersenyum kemudian menyusupkan kepalanya lebih dalam lagi ke dada Arga. Mona bahkan bisa mencium aroma tubuh lelaki itu dengan sangat jelas dan mendengarkan detak jantung Arga yang berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Mas Arga," panggil Mona sembari memejamkan matanya.
"Ya?" Arga menoleh dan memperhatikan ekspresi Mona yang tampak nyaman berada di dalam gendongannya.
"Mbak Risa beruntung sekali mendapatkan Mas Arga. Selain tampan, Mas juga sangat romantis," sambung Mona.
Kini Arga berhasil membawa Mona kembali ke dalam kamarnya. Ia tersenyum kemudian meletakkan tubuh sintal Mona ke atas tempat tidur sambil tersenyum menggoda.
"Tapi sayang, Mbak Risa-mu tidak pernah bisa memuaskan Mas, Mona. Padahal Mas sudah berusaha menjadi suami yang baik dan siaga untuknya," bisik Arga di samping telinga Mona.
Hati Mona berdebar-debar mendengar penuturan dari kakak iparnya tersebut. "Ja-jadi selama ini Mas Arga tidak pernah terpuaskan oleh Mbak Risa? Masa sih, Mas? Kok aku tidak percaya," sahut Mona dengan setengah berbisik pula karena ia sadar bahwa antara dirinya dan Risa hanya terhalang sebuah dinding saja.
Arga memasang wajah memelas kemudian duduk di tepian ranjang Mona dengan kapala tertunduk. "Ya, Mona. Seperti itu lah kenyataannya," ucap Arga.
Mona bangkit dari posisinya kemudian refleks memeluk tubuh kekar Arga dari belakang sambil menyandarkan kepalanya di punggung lelaki itu.
"Ya ampun, Mas. Kasihan sekali kamu. Aku pikir selama ini kamu hidup bahagia bersama Mbak Risa."
Arga tersenyum tipis. Ia senang karena akhirnya Mona berhasil masuk ke dalam perangkapnya. "Terima kasih karena sudah peduli kepada Mas, Mona. Dukungan seperti inilah yang Mas butuhkan saat ini," sahut Arga.
Tangan Mona yang tadinya hanya menempel di dada Arga, kini mulai menjalar ke segala sisi dan membuat bulu-bulu halus yang tumbuh di tubuh Arga menegang.
"Jika Mbak Risa tidak bisa memuaskanmu, aku bisa kok menggantikan posisinya untuk memuaskan hasratmu, Mas Arga," bisik Mona di samping telinga Arga.
Mata Arga membulat sempurna. Ia tidak menyangka bahwa adik iparnya yang super seksi itu terang-terangan ingin memuaskan hasratnya. Dengan cepat ia berbalik dan meraih kedua tangan Mona yang terus menggerayangi tubuh kekarnya.
"Kamu serius, Mona?" tanya Arga dengan begitu serius menatap kedua bola mata indah milik Mona.
Mona mengangguk pelan sambil menundukkan kepalanya. Kedua pipinya tampak merona dan membuat Arga semakin gemas melihatnya.
"Ya, Mas. Itu pun jika Mas tidak keberatan," ucap Mona.
Arga tersenyum lebar mendengar jawaban dari adik iparnya tersebut. "Tentu saja tidak, Mona. Hanya laki-laki bodoh yang menolak tawaran itu darimu."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Dien
jangan nyesel kalo Risa ninggalin dah dapet yg lebih dari km Arga
2023-10-17
1
Abd Rahman Rahman
lanjutkan
2023-09-16
0
Vera Wilda
Mona nya juga murahan ternyata ...
2023-08-01
0