Semua orang mengalihkan atensi dan perhatiannya kepada seorang pria muda yang baru tiba dan sedang berdiri di ambang pintu persidangan.
Khaira menatap Asep yang mulai berjalan mendekati ruang persidangan.
Asep tentu tahu, ia sedang menjadi pusat perhatian dari semua orang yang sedang berada di ruang persidangan. Asep berjalan melewati deretan kursi dan beberapa orang yang sedang menyaksikan jalannya persidangan.
Dengan langkah mantap, Asep mendekati Hakim, dan berbicara dengan santun, "Maaf sudah menghambat jalannya persidangan Pak Hakim, dan Bapak-bapak yang saya hormati,” ia memberi hormat dengan cara setengah badan membungkuk kepada beberapa hakim dan jaksa, "Perkenalkan nama saya Asep Wibowo. Saya ingin menunjukkan beberapa bukti bahwa teman saya Khaira Ningrum tidak bersalah dan dia tidak melakukan tindak penganiayaan terhadap Bapak Bonar,”
Khaira tidak dapat mengalihkan atensinya, ia tetap terpaku menatap Asep.
Asep sekilas melihat Khaira dan mengedipkan satu matanya. Dalam hati ia berkata, "Tenang Khaira, kali ini kamu akan terpaku padaku.”
"Hey pemuda jangan membuat onar!” seru Bonar menatap sinis pada pemuda yang sudah menghambat jalannya persidangan.
Asep melihat Bonar dan tersenyum licik, pikirannya penuh dengan siasat. "Tenang saja Pak Bonar, saya di sini bukan untuk menjatuhkan pamor Bapak sebagai juragan. Tapi saya hanya ingin membuktikan bahwa teman saya tidak bersalah.”
"Anak muda bicara saja kepada intinya?” seorang jaksa penuntut umum bertanya kepada pemuda yang berkata lantang.
Asep mendekati jaksa yang bertanya, "Tolong Pak jaksa putar video ini,”
Jaksa pun mengambil ponsel yang diberikan Asep dan segera menyetel video, terdengar dengan jelas suara backsound lagu.
[Kera sakti
Tak pernah berhenti bertindak sesuka hati
Kera sakti
Menjadi pengawal mencari kitab suci
Kera sakti
Liar, nakal, brutal membuat semua orang menjadi gempar]
Asep terkejut mendengar backsound film kera sakti. Asep lupa bahwa sebelum ke pengadilan ia menyetel film tersebut. Asep menggeplak jidatnya, "Alahh Mak!”
"Apa ini?” Jaksa merasa di permainkan telah diperlihatkan film kera sakti yang baru saja akan di mulai. Mengingatkannya pada masa kecil, dalam hati Jaksa berkata, "Ahh jadi kangen pengen nonton film kesukaan ku dulu. Nanti pulang kerja ah, kera sakti....” ia lantas mengembalikan ponsel kepada pemiliknya.
Semua orang gempar akan lagu yang terdengar di ruang sidang. Termasuk Khaira, ia sampai merasa sesak untuk bernafas.
"Anak muda jangan mempermainkan jalannya persidangan, masih ada kasus yang akan di sidang.” seru seorang wali hakim.
"Mohon tunggu sebentar Pak Hakim,” kata Asep agar diberi waktu, karena sedikit ada hambatan di penyimpanan. Ia lantas menggeser urutan videonya.
"Kami harus menunggu sampai kapan?” seru seorang Jaksa lainnya. "Penjaga, tolong tarik dia keluar.”
"Oke-oke. Mohon satu menit Pak Hakim, saya mohon waktunya satu menit saja.” kata Asep memohon kepada Hakim.
"Asep, pergilah. Jangan ganggu persidangan.” pengacara Bonar berseru kepada Asep.
Hakim merasa terdakwa juga butuh pembelaan dan pembuktian. Beliau lantas memberi izin kepada Asep. "Silahkan, kami hanya beri waktu satu menit.”
Khaira masih berharap bahwa Asep bisa menolongnya, ia terus berdoa dalam hati "Ayo Sep, kamu pasti bisa!”
"Nah ini baru benar!” seru Asep girang menemukan urutan video yang ia cari, dan langsung memberikan kepada Jaksa.
Jaksa nampak malas menerima ponsel yang diberikan oleh Asep. Namun, demi menjaga integritasnya sebagai jaksa, ia akhirnya menyetel video. Di dalam video jelas memperlihatkan situasi di dalam warnet plaza milik Bonar. Tak lama setelah menyetel video yang sempat hilang. Jaksa yang masih terlihat muda ini berjalan kearah Hakim dan memberikan ponsel milik Asep.
Abah berharap putrinya segera bebas dari kasus yang menjeratnya. Abah terus berzikir dan berdoa dalam hati. "Ya Allah tolonglah anak hamba.”
"Dan bukti ini tolong di lihat Pak Jaksa hasil visum dari rumah sakit yang menangani pasien atas nama Bonar Sumargo. Bahwa hasil visum Pak Bonar tidak menunjukkan adanya tindak penganiayaan apalagi di bagian kepala, Pak Bonar telah membayar seseorang untuk memalsukan hasil visumnya agar seolah-olah Pak Bonar benar-benar mendapatkan perawatan medis, padahal Pak Bonar ini pingsan karena obat kuat perkasa yang di minumnya.” kata Asep sudah seperti pengacara Khaira.
Map cokelat yang di sodorkan Asep lantas di selidiki oleh Hakim sidang.
Bonar nampak kalang kabut, tidak menyangka bahwa kelicikannya terbongkar.
"Kamu dapat dari mana bukti-bukti ini, polisi yang telah menyelidiki mengatakan bahwa video ini hilang,” kata seorang wali Hakim kepada Asep.
Asep tersenyum simpul, melirik Khaira sekilas "Saya mendapatkan video tersebut dari seorang narasumber Bu Hakim,”
"Lalu hasil visum ini?” tanya Hakim kepada Asep.
"Saya kebetulan bekerja di rumah sakit tempat Bapak Bonar di rawat, dan saya tidak sengaja melihat ada seseorang yang membuang berkas visum yang asli ke tong sampah. Saya curiga karena gerak-geriknya mencurigakan, lalu saya mengambilnya,” kata Asep menjelaskan kejadian pada saat ia sedang bekerja sebagai perawat di rumah sakit.
Bonar panik kelicikannya terbongkar, ia segera berdiri dan hendak berlari hendak keluar dari ruang sidang. Namun jalannya untuk lari tidaklah mulus, Abah beserta orang-orang langsung menghadang Bonar.
"Hey minggir kalian!” teriak Bonar gelisah.
"Mau kemana kamu Bonar, kamu sudah menjebak anakku!” seru Abah menatap Bonar tajam.
Bonar langsung saja menarik lengan Abah yang membentang dihadapannya, "Awas minggir, aku nggak ada urusannya sama kamu!”
Tarikan tangan Bonar membuat Abah terhuyung dan hampir saja terjatuh jikalau Khaira tidak segera tanggap untuk menahan agar Abahnya tidak terjatuh ke lantai.
"Astaghfirullah Abah!” seru Khaira.
Bonar menatap sinis pada Khaira, dan memerintahkan bodyguardnya untuk menyingkirkan orang-orang yang menghadang tuannya, juga menyingkirkan polisi yang ikut menghadangnya.
"Kenapa kalian diam saja!” seru Bonar geram kepada bodyguardnya.
Sang bodyguard bertubuh tegap segera tanggap menghalau orang-orang maupun petugas polisi yang berjaga untuk menangkap Bonar.
Bonar segera lari tunggang langgang mencari aman.
Jaksa pun menghampiri Asep, "Terimakasih anak muda, kamu sudah melakukan hal yang baik. Kalau kamu tidak segera datang, mungkin saja kami sudah menjatuhkan hukuman dua tahun delapan bulan dan denda sebesar lima belas juta terhadap saudari Khaira,” ia menjabat tangan Asep. "Saya Afdal Bastian,”
Asep tersenyum tipis dan mengangguk, "Sama-sama Pak Jaksa, saya Asep,” ia melihat Khaira yang sedang membantu Abah duduk di kursi. "Saya hanya tidak suka, kalau kejujuran dan keadilan bisa diperjual belikan oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggung-jawab,”
"Maksud kamu?” tanya Jaksa yang menyebut namanya Afdal merasa tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Asep.
"Tolong Bapak sebagai seorang jaksa selidiki beberapa oknum polisi yang tidak bertugas sepenuh hati, dan justru mempermainkan institusi kepolisian.” kata Asep tegas.
Afdal tersenyum simpul melihat keberanian yang Asep lontarkan, "Baik akan saya selidiki bersama rekan-rekan yang lainnya.”
Asep sedikit membungkuk tanda memberi hormat, "Terimakasih Pak Jaksa, terimakasih. Mohon keadilan hukum di negara ini jangan tumpul ke atas tapi malah tajam ke bawah.”
Afdal dan seorang Jaksa lainnya yang baru saja bergabung manggut-manggut mendengar jawaban Asep.
"Maaf Bapak-bapak Jaksa, saya permisi.” ujar Asep setelah di rasa cukup, karena ia juga harus kembali bekerja.
"Ya silahkan.” jawab Afdal.
Asep menghampiri Khaira dan Abah terlihat baru saja berbincang-bincang dengan beberapa orang dan wali Hakim.
"Abah, Khaira,” sapa Asep tersenyum lebar.
Khaira membalas senyuman Asep, “Asep.”
“Nak Asep, Abah benar-benar sangat berterimakasih sama kamu. Kamu anak yang sangat pemberani, berkat kamu Khaira terbukti ndak bersalah.” kata Abah bersungguh-sungguh.
“Sama-sama Abah, Khaira teman saya. Jadi saya merasa harus membantunya,” jawab Asep.
Seseorang memanggil Abah, “Permisi Bapak Ahmad,”
Abah menoleh kearah samping tepat dimana seseorang seumuran dengan memanggil, “Iya,”
“Saya Komarudin Hidayat, bisa tolong Bapak ikut saya sebentar. Ada beberapa berkas yang harus Bapak tanda tangani sebagai wali, berkas ini mengenai pembebasan anak Bapak,” ujarnya kepada Abah.
Abah mengangguk, “Baik,” Abah lantas berbalik menatap Khaira dan Asep, “Abah pergi dulu, kalian lanjutkan saja obrolannya,”
Asep serta Khaira mengangguk, “Iya Abah.”
Setelah Abah menjauh, Khaira membuka obrolannya, “Sep, tadinya aku sempat khawatir dan berpikir kamu nggak akan dateng kesini. Mengingat sudah seminggu yang lalu kamu menjenguk ku,”
“Maaf ya Ra, aku sibuk banget. Ada banyak banget pasien kasus demam berdarah jadi aku capek harus kerja lembur juga,” kata Asep menjelaskan betapa sibuknya dia.
“Maaf ya Sep. Karena aku udah bikin kamu repot,” Khaira merasa bersalah sudah melibatkan Asep.
Asep menggeleng, “Santai aja Ra,”
“Terimakasih banyak, sebanyak-banyaknya. Terimakasih, Sep,” ucap Khaira bersungguh-sungguh.
"Hanya kata makasih?” jawab Asep bersamaan dengan alisnya yang naik turun.
Khaira terdiam dan nampak berpikir, "Terus?”
"Traktir,” jawab Asep spontan saja.
Khaira manggut-manggut, "Siap! Kapan dan dimana tempatnya? Tapi jangan yang mahal-mahal yak. Kan tahu sendiri kalau aku sekarang ini pengangguran.”
"Iya-iya aku tahu, akui dulu kalau aku lebih pintar darimu,” jawab Asep menjentikkan kerah baju yang di pakainya.
Khaira manggut-manggut sambil tersenyum simpul, "Iya aku akui kamu lebih pintar dariku,”
Asep terkekeh-kekeh geli mendengar pengakuan Khaira, sekilas ia melihat jam tangannya. "Tapi maaf ya Ra, aku nggak bisa terima traktiran kamu sekarang. Soalnya aku harus kembali kerja,”
"Iyah, kapan waktunya kamu bisa, langsung telpon saja. Nanti aku siap meluncur,” jawab Khaira dengan gerakan tangannya yang meluncur seperti roket.
Keduanya sontak saja menertawakan sesuatu yang sebenarnya bagi orang lain tidaklah lucu.
"Ya sudah, Papah pergi tugas dulu ya Mah,” kata Asep bercanda dengan menyebut dirinya Papah, seolah seperti kepala keluarga yang akan pamit bekerja.
Dan dijawab pas oleh Khaira karena memang keduanya satu server, "Iya Pah, jangan telat yah pulangnya. Mamah masakin kangkung.”
"Ih masa kangkung doang, perasaan Papah tiap bulannya kasih uang belanja Mamah 2 M deh,” jawab Asep dengan logat slengean.
Khaira terkekeh geli, "Hahaha... 2 M-ber masih kurang Pah,”
Asep pun tertawa renyah, "Hahaha... Udahlah Ra, aku pergi dulu,” Asep melihat Abah yang tengah berbincang dengan seseorang. "Bilangin nanti ke Abah kamu, aku pamit,”
Khaira mengangguk, "Iyah, sekali lagi makasih sebanyak-banyaknya Sep.”
Asep mengangguk lantas pergi dari hadapan Khaira.
Khaira melihat kepergian Asep, dalam hatinya berseloroh mengenai pria itu, "Andai saja kamu nggak letoy Sep, aku pasti bakalan menyatakan aku suka kamu. Tapi itu hanya harapan palsu, saat aku melihat kamu mencium cowok di belakang sekolah empat tahun lalu. Tapi nggak bisa aku pungkiri bahwa kamu adalah teman terbaik yang pernah aku miliki selama ini. Kamu tulus dan jujur.”
•••
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Endang Werdiningsih
polisi kok bisa dikalahkan sama bodyguard diruang sidang????
ahhhhh biarin aja-lah suka" khayalan othor...😄
yg penting lanjut baca aja...
2023-03-04
1
Kinay naluw
aiiih si Asep maho, tapi masa sih.
2022-11-26
1
Nike Ardila Sari
Itu kan 4 tahun yang lalu, mana tahu dia sekarang udah berubah.
2022-10-14
0