Abah sudah menghadang putrinya di depan pintu ruang penyidik, "Ning...” ujar Abah lirih.
Khaira merasa sangat sedih melihat Abahnya dalam kekhwatiran, ia berusaha setegar mungkin untuk tersenyum, "Ning baik-baik saja Abah,”
"Terus apa kamu sudah boleh pulang nak? Kamu pasti tidak terbukti bersalah kan, ayo kita pulang,” Abah menarik tangan Khaira. Namun, putrinya menghentikan nya.
"Ning akan di sini untuk sementara waktu, Abah,” ujar Khaira dengan berat hati.
"Tapi Ning?” kata Abah terhenti kala melihat seorang polisi wanita yang berdiri tepat dibelakang putrinya. "Bu polisi, anak saya ndak bersalah Bu, kenapa dia harus di sini?”
Polisi wanita ini tersenyum ramah, "Maaf Bapak, putri Bapak harus mengikuti proses atas kasus yang menjeratnya.”
"Tapi Bu,” ujar Abah melihat kepada polisi wanita dan beralih menatap putrinya yang sedang di rundung nestapa.
"Sudahlah Abah,” Khaira tersenyum meskipun hatinya pilu melihat sorot mata Abah yang terlihat jelas menahan sedih. "Abah pulang saja, Ning akan tunjukkan ke mereka kalau Ning nggak bersalah, Ning janji.”
"Mari saudari Khaira kita segera menuju sel.” kata polisi wanita karena dirasa sudah cukup bagi Khaira dan pihak keluarganya bertemu.
Sebelum Khaira pergi menuju sel tahanan sementara, ia menatap Abah dan menjabat tangan beliau. "Maafin Ning Abah.”
Abah merasa lesuh, tarikan nafasnya yang panjang menjadi gambaran jelas bahwa beliau tidak sedang dalam perasaan yang baik-baik saja. "Abah akan menemui Bonar dan meminta dia mencabut laporannya, apapun yang terjadi. Kamu pasti bebas, nak.”
Khaira mengangguk, lantas melepas tangan Abah dan mengikuti kemana polisi wanita memberinya arahan.
Khaira masuk kedalam sel tahanan sementara, pandangnya merunduk. Tidak pernah terbesit dalam benak sebelumnya bahwa ia kini menjadi tahanan. Meskipun masih tahanan sementara. Ia melangkahkan kaki kanannya, masih tetap pada pandangan menunduk, sesaat kemudian ia terkesiap tatkala mendengar geritan bunyi pintu sel yang di gembok ganda.
Seketika itu juga Khaira mengangkat wajahnya dan langsung di hadapkan pada pemandangan yang tak biasa, beberapa pasang mata sedang menatapnya dengan tatapan mata garang. Glek... Ia menelan ludahnya alot.
"Mati lampu, eeh mati aku!” gumam Khaira dalam hati, melihat empat wanita yang sedang menatapnya. Nyalinya seakan menciut, dengan kikuk ia mencoba untuk tersenyum serta menyapa dan juga melambaikan tangan, "Hay..”
Seorang wanita tatoan di lengan kirinya menghampiri wanita muda yang baru saja masuk ke dalam sel, "Siapa namamu, dan apa yang sudah kamu lakukan sampai masuk kedalam penjara?” tanyanya garang.
Lagi-lagi Khaira dibuat merinding disko, "I-itu...” gagapnya.
"Hey di tanya tuh jawabnya yang bener!” wanita lainnya ikut bertanya dan mendorong serta menekan cukup kuat pundak wanita muda yang baru saja masuk kedalam sel ke jeruji besi sel tahanan.
Khaira menahan sakit di pundaknya, "Aih..” ia sontak saja menarik lengan wanita yang mendorongnya hingga tubuh wanita garang itu tepat dibelakangnya dan sekali gerakkan tangan Khaira membanting wanita yang terlihat lebih tua darinya.
Bugh
"Aaakkhhhrr!” teriak wanita yang terbanting.
Khaira merasa ternyata tidak sia-sia ia pernah belajar silat. "Abah benar, latihan silat setidaknya bisa melindungi diri saat dalam bahaya.” gumamnya dalam hati.
Ketiga wanita lainnya melihat rekan sesama selnya pun terperangah dengan aksi yang dilakukan seorang wanita muda yang baru saja masuk sel sudah menunjukkan keahlian silatnya. Ketiganya mundur alon-alon.
"Kurang ajar!” teriak wanita garang yang terbanting ke lantai, tidak menyangka badannya yang lebih besar dari wanita muda itu bisa dengan mudahnya terbanting. "Brengsek sekali kamu, anak baru sudah main banting-banting. Kamu belum tahu siapa aku ini!”
Khaira menggeleng kepalanya, meskipun merasa puas sudah membanting wanita yang terlihat seperti preman itu. Namun Khaira tidak ingin menambah masalah. "M-maaf saya nggak sengaja, itu hanya sekedar refleks. Iya refleks, sumpah!” ia menunjukkan dua jarinya.
"Alahhh kebanyakan bacot!” teriak wanita yang terbanting enggan menggubris apa yang dikatakan wanita muda yang sedang mengacungkan dua jarinya.
Namun suara dari polisi jaga yang tengah berpatroli menghentikan aksi main hakim yang akan terjadi di dalam sel tahanan sementara. "Ada apa ini ribut-ribut?”
Khaira terdiam, dan juga keempat wanita yang sudah lebih lama menempati penjara saling diam. Sampai ada seorang sel tahanan wanita yang berbicara.
"Nggak ada keributan yang berarti pak, kami hanya sedang menyapa kawan baru kami yang baru saja masuk kedalam sel ini.” ujar seorang wanita yang terduduk di pojokan sel.
Khaira berkedip-kedip, ia mencari sumber suara yang luput dari perhatiannya, perasaannya berkata, "Ternyata ada lagi seseorang yang menghuni sel tahanan ini.”
"Awas kalau terdengar keributan lagi, hukuman kalian akan bertambah!” tegas polisi jaga berkata.
"Baik Pak, kami akan diam.” keempat wanita penghuni sel tahanan menjawab.
Mendengar jawaban dari wanita penghuni sel, polisi jaga lantas pergi dari depan sel tahanan sementara.
"Awas nanti aku bales!” geram wanita yang terbanting menatap sangar kepada wanita muda yang hanya berdiri mematung di samping jeruji besi.
"Sudahlah Meta, kamu sendiri yang memulainya.” seorang wanita yang terduduk di pojokan berdiri dan menghampiri gadis asing yang baru saja masuk kedalam sel. "Saya yakin, dia nggak bersalah.” ia mengulurkan tangannya kehadapan gadis berhijab segitiga terlihat seumuran anaknya, "Siapa namamu? Aku Rani.”
Khaira mengerjapkan matanya, ia menatap tangan wanita yang terulur dihadapannya. Dengan perasaan ragu ia menjabat tangan yang terlihat berkuku panjang, "Sa-saya Khaira,”
"Oh Khaira,” jawab wanita yang memperkenalkan dirinya bernama Rani. "Duduk dulu, dan ceritakan mengapa kamu sampai ke sini?” ia membawa Khaira duduk di lantai.
Khaira manut saja, dan duduk berhadapan dengan Rani.
Ketiga wanita lainnya mengikuti Rani untuk duduk, namun wanita yang bernama Meta lebih memilih menjauh.
Khaira menatap sekilas kearah Meta, dalam hati kecilnya. Ia merasa bersalah telah membantingnya.
Ketiga wanita yang bernasib sama di dalam sel tahanan pun memperkenalkan dirinya kepada Khaira
"Aku Susi.” kata seorang wanita memiliki tubuh agak kurus.
"Sali.” seorang wanita berambut cepak juga mengulurkan tangannya.
"Ani.” seorang Ani pun ikut mengulurkan tangannya, tentunya bukan Ani kekasih Roma.
Khaira menatap ketiga telapak tangan yang terulur dihadapannya, ia tersenyum simpul lantas menjabat tangan dengan sekaligus dari wanita yang melihatnya heran. "Saya Khaira, senang bisa berkenalan sama Mbak-mbak.”
Meta melirik sekilas kearah ke empat wanita yang tengah berkenalan. Bersamaan lirikannya dengan Khaira, tapi cepat-cepat ia memalingkan wajah kesalnya.
"Jadi Khaira, mengapa kamu disini. Kamu terlihat masih sangat muda dan kamu mempunyai bentuk wajah yang terlihat polos, katakan apa yang sudah kamu berbuat. Apa kamu mencuri?” ujar Rani sekaligus bertanya atas dugaannya.
"Bisa jadi karena menipu?” imbuh Sali dengan tudingannya.
“Atau jangan-jangan judi online kaya Mak Rani?” kata Ani ikut mengimbuhkan sambil tangannya menunjuk wanita setengah baya yang ia panggil Mak Rani.
Rani mengibaskan tangannya, “Wee... ra sah buka kertu ku!” [Nggak usah buka kartu ku].
Ani hanya memasang cengiran kuda, “Hehe,”
"Atau mungkin salah jebakan?” celetuk Susi.
Khaira menggeleng atas semua tudingan dari keempat wanita yang bertanya padanya, "Aku mungkin saja sudah melakukan tindak penganiayaan terhadap pamanku yang tega telah mengkhianati Bibik ku. Hahhhh,” ia menghentikan kalimatnya, menghembuskan nafas panjang, serta menerawangkan pandangannya ke dinding sel tahanan yang mulai menghitam dan terlihat kotor.
"Kasihan sekali Bibik, udah sakit-sakitan. Dikhianati pula sama suaminya, selingkuhannya nggak tanggung-tanggung lagi, seorang penyanyi dangdut yang bahenol.” ujar Khaira menceritakan kisah tentang Bibiknya.
Keempat wanita dengan seksama mendengarkan kisah yang disampaikan Khaira.
“Kasihan Bibik mu,” ujar Susi.
“Perselingkuhan memang lagi trending yah,” Ani menghela nafasnya, mengingat kembali ia juga seorang korban dari perselingkuhan yang dilakukan suaminya.
“Tapi kenapa selalu laki-laki yang terlihat kotor dan seolah menjadi maniak sekss? Bukankah wanita juga sama? Sama-sama maniak sekss?” Sali turut membayangkan jika laki-laki yang memang tersorot lebih dominan yang menyakiti.
“Karena memang kebanyakan laki-laki yang nggak setia, Sali!” kata Mak Rani menoyor kepala Sali.
“Gitu yah?” Sali mengusap kepalanya seperti orang dungu.
Khaira merenungkan tentang apa yang dibicarakan oleh keempat wanita dihadapannya, “Hemm entahlah, kenyataan nya Ibu ku pun pergi.” gumamnya lirih.
“Trending topik perselingkuhan memang kian marak!” ucap Rani merasa miris perselingkuhan di jaman sekarang menjadi momok yang semakin terlihat brutal.
"Terus apa yang kamu maksud, yang kamu bilang, kamu sudah melakukan penganiyaan?” tanya Ani.
Khaira mengalihkan atensinya dari dinding sel tahanan, dan beralih menatap Ani. "Aku nggak yakin, kalau aku memukulnya menggunakan botol ciu yang semula paman bejad itu pegang, dan tadinya dia ayunkan kearah ku,”
Merasa kurang jelas dengan penjabaran Khaira, Rani bertanya. "Maksud kamu.”
Khaira menghela nafas, "Hahhh... Aku merebut botol alkohol yang sedang dipegang Paman Bonar yang semula akan dia pukulkan di kepalaku.”
Seketika itu pula keempat wanita yang sedang mendengarkan penjelasan Khaira bertepuk tangan.
"Bravo-bravo!” Rani berseru sambil bertepuk tangan, seolah sedang menyaksikan sinetron si jahat menerima balasannya, lantas mengacungkan jempolnya kepada Khaira, "Berarti kamu hebat sudah berani merebut botol dari bajingan!”
“Bagus-bagus!” seru Ani ikut bertepuk tangan.
“Marvelous-marvelous!” Sali ikut-ikutan girang.
Khaira bingung mengapa keempat wanita itu terlihat girang. Ia sedikit memiringkan kepalanya menatap keempat wanita itu secara bergantian. “Apanya yang hebat? Nyatanya sekarang ini aku di penjara bersama dengan kalian?” gerutunya.
•••
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Kinay naluw
baru merebut botol dari orang mabuk aja udah di kasih tepuk tangan.
2022-11-26
0
Nike Ardila Sari
Mantap, Ning😍
2022-10-08
0