Abah mendatangi rumah sakit tempat Bonar mendapatkan perawatan, beliau langsung saja kepada intinya. "Bonar apa yang sudah kamu lakukan? Kenapa kamu melaporkan Ningrum?”
Bonar menatap malas dan tidak senang akan kedatangan Ahmad Khoirun. "Memangnya kenapa? Aku hanya ingin memberikan dia hukuman atas apa yang dia lakukan padaku,”
"Apa kamu bilang! Hukuman?” Abah kesal atas jawaban Bonar yang sama sekali tidak merasa bersalah. “Saya yakin kalau Ningrum ndak melakukan penganiayaan terhadapmu, justru saya curiga kamu lah orang yang lebih dulu mencari masalah dengan si penyayi dangdut itu!”
Bonar dleming, ia tetap fokus menonton siaran televisi, enggan menanggapi Kakak iparnya itu. Sesekali ia tertawa terbahak-bahak.
"Bonar!” teriak Abah kecewa atas sikap Bonar.
Dua orang bodyguard berbadan besar siap menghadang Abah yang hendak mendekati Bonar. Namun dihentikan oleh seruan tuan mereka.
"Biarkan saja dia!” titah Bonar.
"Kenapa marah-marah padaku, Mas? Aku yang sudah terkena pukulan dari botol yang dilemparkan anak Mas yang tidak tahu terimakasih itu! Seharusnya Mas berempati padaku,” ujar Bonar seolah tidak berdaya.
"Cihh....” Abah berdecih kesal dan menganggap apa yang disampaikan Bonar adalah sebuah kebohongan, terbukti dari Bonar yang terlihat sehat bugar, tanpa adanya perban yang melilit kepala dari lintah darat itu, "Kalau sampai kepalamu terkena lemparan botol, tentunya kepalamu berdarah-darah sehingga di perban, Bonar!”
Bonar mengusap kepalanya, "Ya tentu saja aku berdarah pasca terkena lemparan botol sampai botol itu pecah jatuh berserakan di lantai warnet milikku, tapi karena Bonar yang sudah banyak beramal saleh ini. Cepat pulih, agar bisa menghukum bocah kecil yang sudah berani-beraninya menyepelekan siapa Bonar Sumargo ini!”
"Dasar lintah darat! Cepat cabut laporan mu Bonar! Atau kalau tidak?” makian Abah terhenti kala Bonar sudah menyela ucapannya yang sedang menahan amarah.
"Kalau tidak apa hehh?” sela Bonar menyepelekan ancaman Abah.
Abah menatap Bonar penuh dengan kebencian.
Bonar hanya mengangkat alisnya, dan kembali menonton televisi. Pria berusia 44 tahun ini tertawa-tawa melihat balapan motor yang sedang di tontonnya. "Hahaha mampus jatuh, ayo jagoan ku terus salip saingan mu!”
Abah semakin kecewa atas sikap Bonar, beliau merasa sudah membuang waktu. Abah lantas berbalik badan memunggungi Bonar. Akan tetapi langkah kakinya yang baru saja akan melangkah terhenti, manakala mendengar Bonar memanggilnya.
"Mas Ahmad,” Bonar melihat punggung Abah Ahmad yang saat ini dibalut kemeja warna biru tua.
Abah tidak berbalik badan, beliau tetap memunggungi Bonar. Namun juga tidak menjawab seruan Bonar.
"Aku akan membebaskan Khaira Ningrum tanpa jaminan. Tapi,” Bonar menggantungkan ucapannya.
Abah terkejut dengan perkataan Bonar yang akan membebaskan putrinya, beliau lantas berbalik badan dan menatap Bonar. "Tapi apa?”
Bonar tersenyum licik
Abah melihat senyuman Bonar membuat perasaannya tidak merasa baik.
"Khaira harus menikah denganku untukku jadikan istri kedua ku, bagaimana hm?” ungkap Bonar bersitatap dengan Ayah dari keponakan istrinya.
Mendengar jawaban Bonar semakin membuat Abah meradang, sorot matanya lebar berubah nyalang, ingin sekali rasanya mencabik-cabik mulut kotor itu. "Dasar lintah darat, manusia laknat!”
Abah berjalan cepat menuju brankar Bonar, mengepalkan tangannya guna meninju wajah si tua-tua keladi. Namun langkah Abah dihadang oleh kedua bodyguard Bonar yang berbadan besar.
"Awas kalian!” teriak Abah melihat kedua orang bodyguard yang enggan untuk berpindah.
Sementara itu Bonar hanya tersenyum melihat kemarahan Kakak iparnya. "Bawa dia keluar.”
Dua bodyguard langsung menjalankan perintah dari tuannya, mereka pun mengapit kedua lengan Abah untuk selanjutnya dibawa keluar dari ruang rawat inap tuannya.
"Dengar Bonar, sampai kapanpun tidak akan pernah aku nikahkan putriku dengan lintah darat seperti mu, Bonar!” teriak Abah yang di paksa untuk keluar dari ruang rawat Bonar oleh kedua bodyguard. Abah berteriak sampai suaranya terdengar menggelegar di ruang rawat inap dan sampai ke keluar.
Kedua orang bodyguard menurunkan Abah setelah sampai di luar ruang rawat inap Bonar. Sontak saja langsung mencuri perhatian sebagian perawat maupun orang-orang yang berlalu lalang di koridor kamar pasien lainnya.
Abah sangat kesal dan kecewa, menemui Bonar tidak menemukan solusinya. "Dasar tua-tua keladi makin tua makin menjadi-jadi dan semakin gila!”
Abah menyusuri koridor rumah sakit, dengan pikiran kalut guna mencari solusi untuk membebaskan putrinya. "Sampai mati pun ndak akan aku biarkan Bonar menjebak putriku untuk menikahi lintah darat itu!”
••
Sudah lebih dari tiga hari Abah harus bolak-balik kantor polisi. Beliau tentu datang tidak dengan tangan kosong. Entah itu pakaian atau selimut, bahkan makanan untuk putrinya pun beliau bawakan. Bagi Abah, tidak ada yang berharga di dunia ini kecuali putri semata wayangnya.
Sudah sejak enam tahun putrinya itu ditinggalkan oleh Ibunya, jadi tidak ada alasan Abah untuk tidak membela mati-matian agar putrinya bisa terbebas. Beliau merasa harus bisa membebaskan putri satu-satunya.
Apa yang di katakan Bonar pun sudah Abah sampaikan kepada putrinya dan tentu saja mendapatkan penolakan keras.
"Tentu Ning nggak mau menikah sama aki-aki itu Bah, lagipula Ning nggak salah. Ning hanya membela diri,” kata Khaira berapi-api. “Ning juga belum kepikiran mau nikah sama siapa. Abah kan tau, jika sampai sekarang pun Ning belum pernah pacaran!”
Abah mengangguk tanda beliau memahami putrinya, "Abah tahu Ning, maka dari itu Abah menolaknya. Tinggal kita cari cara lain supaya kamu bisa membuktikan bahwa kamu itu ndak bersalah,”
"Ning akan berusaha lebih keras lagi untuk berpikir, bagaimana caranya Ning bisa keluar dari sini, Bah,” jawab Khaira. “Tapi untuk saat ini, memang pikiran Ning lagi ndablek, alias buntu.” kata Khaira menjelaskan isi di dalam otaknya yang ngebleng.
"Sidang mu akan di agendakan sepuluh hari dari sekarang nduk. Sebelum sidang, kita harus mencari bukti atau saksi kalau kamu ndak melakukan tindak penganiayaan terhadap Bonar,” kata Abah menjabarkan sidang yang sudah ditetapkan oleh pihak kepolisian.
Khaira terdiam, pikiran dan hatinya diselimuti oleh kabut kecemasan, “Hemm benar-benar Bonar, aki-aki tua! Sudah tua tapi masih doyan daun muda!”
"Waktu kunjungan sudah selesai.” ujar seorang polisi jaga.
“Jangan takut Ning, Abah akan cari cara untuk segera membebaskan kamu,” kata Abah melihat kecemasan dari raut wajah putrinya yang nampak lusuh.
Khaira melihat sorot mata Abahnya yang teduh, kelopak matanya sudah dipenuhi kerutan. "Abah, maafkan Ning Bah,” ucap Khaira, ia merasa sengat bersalah.
Menatap putrinya dengan penuh kasih, Abah tersenyum simpul. "Kenapa minta maaf Ning, yang Abah harapkan semoga masalah ini segera menemui titik terang. Supaya kamu bisa terbebas dari sini,”
"Amin. Makasih Abah.” ujar Khaira.
Polisi pun membawa Khaira kembali ke sel tahanan sementara.
••
Keesokan harinya, ini sudah hari keempat Khaira bermalam di hotel gratis hanya beralaskan tikar, itupun tikar yang sudah terkoyak. Ia berbaring meringkuk kedinginan untung saja Abah membawakannya selimut. "Sungguh nikmat tidur dilantai, bangun-bangun badan berasa di gebukin.”
"Entah pagi, siang, sore atau malam aku nggak tahu hanya saja terdengar azan berkumandang. Baru empat hari, berasa udah kaya empat tahun.” Khaira duduk sambil memeluk lututnya, menerawangkan pandangannya ke pintu penjara yang tergembok. Saat terbengong, suara seorang polisi jaga memanggilnya.
"Saudari Khaira Ningrum!” seru seorang polisi jaga bernama tag Andi Firmansyah.
Dengan sigap Khaira langsung berdiri, "Saya Pak!”
"Ada seseorang yang ingin bertemu,” ujar polisi Andi menyampaikan maksudnya.
Khaira berpikir, jika itu Abahnya. Polisi jaga akan langsung menyampaikan bahwa ada Abahnya yang datang. "Siapa Pak?”
"Silahkan temui saja langsung.” kata polisi Andi, lantas membuka gembok dan mempersilahkan Khaira untuk keluar dari dalam sel tahanan.
"Khaira semoga ini kabar baik.” Rani berseru riang.
Khaira menoleh kebelakang melihat wanita yang mungkin saja seusia Ibunya, "Makasih Mak Rani.”
•••
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Kinay naluw
si gemel kemana kok ga di jadikan saksi kan dia juga ada di TKP.
2022-11-26
0
Nike Ardila Sari
Dasar Bonar!
2022-10-09
0
Rhiedha Nasrowi
apa Mak Rani itu beneran Mak nya Ning ya
2022-10-06
0