"Kalifa," batin Kailandra sambil memicingkan matanya untuk meyakinkan sosok yang berjalan mendekatinya itu memanglah pemilik nama yang disebutnya.
"Tetep ganteng aja kamu, Wok... Istrimu sedang hamil atau malah sudah melahirkan?" Perempuan yang sedang berbadan dua itu langsung bertanya ramah. Bukan sok tahu apalagi cenayang. Berada di rumah sakit tersebut hanya ada beberapa kemungkinan, sedang program hamil, hamil atau melahirkan.
"Istriku baru saja melahirkan," ucap Kailandra dengan singkat.
"Wah, siapa perempuan sial yang kamu nikahi? Apa kabar dengan Kaiwek, Wok?" raut wajah Kalifa seketika berubah sedikit murung ketika menyebut nama "Kaiwek".
Kailandra menarik garis senyuman sinis. Dia tidak berniat menjawab pertanyaan kalifa. Perempuan di depannya itu adalah sahabat lama Kailandra dan Kailani yang paham betul perjalanan kisah mereka.
" Aku pernah bertemu Kaiwek setelah berberapa bulan pernikahannya. Saat itu dia sedang hamil besar dan bekerja di sebuah restoran. Namun, setelah Kaiwek dipecat dari sana, Aku kehilangan jejaknya. Tiap kali kerumahnya, selalu kosong. Apalagi tidak lama dari itu Aku ikut suamiku tugas ke luar negeri." Kalifa menjeda ceritanya sebentar, sekadar melihat notifikasi pada layar ponsel di genggamannya.
"Wok, masihkah kamu menaruh dendam dan kebencian pada Kaiwek? Percayalah, apa yang dia lakukan sama sekali bukan karena dia benar-benar ingin meninggalkanmu. Menikah dengan Kenzo, tidak seindah dugaanmu. Kenzo meninggalkan Kailani saat usia pernikahan mereka belum genap dua bulan. Kamu tahu alasannya apa? Karena Kenzo menilai kehamilan Kaiwek terlalu cepat." Suara dering telepon Kalifa membuat perempuan tersebut menghentikan ceritanya.
Setelah melihat siapa yang menghubunginya, Kalifa pun mengecilkan volume ponselnya sembari berkata, "Sorry, Wok. Suamiku sudah jemput di lobby. Lain kali kita ngobrol lagi. Alamat rumahku masih sama, nomor ponselku pun masih sama. Kalau kamu tahu keberadaan Kaiwek, tolong kasih tau aku, ya. Baru seminggu kembali ke Indonesia, aku ribet banget. Bye, Wok... duluan."
Kailandra tidak mengucapkan sepatah kata pun. Pria itu hanya mengangguk dan memberikan senyuman yang sedikit dipaksakan. Dua orang sudah mengatakan padanya---keputusan Kailani meninggalkannya sama sekali bukan karena sebuah pengkhianatan.
Sambil berpikir, kaki Kailandra terus melangkah. Tanpa disadarinya, langkah itu mengantarkannya di depan pintu ruang pasien intensif yang ditempati oleh Kailani.
"Keluarga Ibu Kailani," teriak perawat dengan suara yang tidak lantang namun sangat jelas, sesaat setelah pintu ruangan itu dibuka.
"Iya," sahut Kalvin dari jauh sembari berjalan tergesa-gesa menghampiri panggilan perawat.
Kailandra yang sudah terlanjur berada di sana, sedikit merasa salah tingkah. Seharusnya dia sudah tidak peduli. Apalagi dari yang diketahuinya, Kalvin dan Kenzo sudah cukup memperhatikan Kailani.
"Alhamdulillah, Bu Kailani sudah siuman. Silahkan menemui Bu Kailani di ruang rawat saja. Kami akan membawa pasien ke ruang VVIP B34," jelas perawat yang tentunya disambut anggukan kepala dan senyuman lebar oleh Kalvin.
Kailandra memundurkan badannya, ruang yang akan ditempati Kailani itu berada tepat di samping ruang rawat inap Karina. Kebetulan ataukah memang Tuhan sengaja mengusik ketenangan Kailandra agar mulai memikirkan sikap bencinya yang berlebihan pada Kailani. Entahlah, yang pasti Kailandra kini benar-benar mulai serius memikirkan cara agar bukti awal kebangkitan perusahaannya bisa segera didapatkan.
Mengabaikan Kailandra yang bergeming di tempatnya, Kalvin langsung bergegas menuju ruangan yang disebut perawat tadi. Sepertinya, Kailani diantar melalui jalur lain. Sehingga tidak ada brankar dorong berisi pasien Kailani yang lewat di depan Kailandra.
Benar saja, memasuki ruang VVIP B34, Kalvin langsung disambut dengan wajah Kailani yang bergelimang dengan kesedihan. Perempuan itu tengah berbaring miring ke kanan dengan tatapan mata yang sangat kosong. Kalvin perlahan mendekati brankar Kailani. Dia sengaja tidak memulai pembicaraan apa pun.
"Kenapa kamu datang kemari? Aku ingin hidup tenang. Aku tidak ingin mendekati dan didekati masalah lagi," ucap Kailani dengan suara yang begitu datar. Rupanya, meski terlihat tidak fokus---Kailani masih bisa menyadari kehadiran Kalvin.
"Aku dan Keysa sudah bercerai. Dia tidak mungkin mengganggumu lagi. Karena Kenzo juga sudah melaporkan Keysa ke polisi. Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja, Kai," ucap Kalvin. Suara pria tersebut terdengar begitu tenang dan lembut.
Kailani menarik napas sedikit berat. Dua hari tidak sadarkan diri, membuat proses pemulihan operasinya jelas menjadi lebih Lama lagi. Dia yang seharusnya sudah bisa berdiri, masih harus mulai belajar menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri.
"Ada yang bisa Aku bantu, Kai?" tanya Kalvin begitu melihat Kailani meringis menahan sakit sambil menempelkan tangan di dada.
Kailani tidak langsung menjawab. Hati kecilnya mengatakan tidak ingin merepotkan apalagi melibatkan Kalvin. Namun, sepertinya kali ini dia harus berpikir logis. Meskipun dia bisa meminta tolong perawat untuk melakukan apa yang menjadi keinginannya, tetapi Kailani masih bisa berpikir panjang. Sumpah profesi perawat atau pun dokter, harus dihargai, diletakkan dan dijunjung tinggi di atas segala kepentingan.
"Aku ingin tahu keadaan anak-anak yang Aku lahirkan. Seluruh dunia boleh mengatakan jika anakku meninggal. Tapi kita tahu, bukan? mereka masih hidup, lebih tepatnya, mungkin sedang bertahan hidup." Suara Kailani bergetar saat mengatakannya. Pernah melahirkan dengan kondisi dan usia kehamilan yang hampir sama. Saat itu pun, Keiko harus berjuang lama untuk bisa senormal bayi pada umumnya.
"Aku akan melihat keadaan mereka lagi. Yang terakhir aku tahu, mereka sedang ditempatkan di ruangan khusus. Ada lagi yang bisa aku bantu? Aku belikan baju ganti atau Aku ambilkan ke rumahmu? Di sana Ada Kenes, Kan?" Kalvin mencoba sedikit mengambil hati Kailani.
"Tidak usah. Aku hanya perlu tahu kondisi si kembar." Kailani menoleh sekilas pada Kalvin. Lalu dia menekan tombol nurse call sembari meringis menahan nyeri di dada yang semakin menjadi.
Di sisi lain, Dokter Spesialis Anak dan Kailandra tampak sedikit bersitegang. Kailandra menyalahkan pihak rumah sakit yang dinilai tidak kompeten menangani baby twins. Lagi-lagi, Dua bayi mungil tanpa dosa itu mengalami penurunan berat badan.
"Kami sudah melakukan semua prosedur penanganan sesuai dengan disiplin ilmu yang kami pelajari. Bukan saling menyalahkan yang harus kita lakukan jika memang menginginkan yang terbaik untuk anak-anak bapak. Sejak istri Bapak berada di ruang rawat, kami sudah menyarankan untuk memberikan ASI. Tapi sampai sekarang, tidak sesendok ASI pun yang diberikan." Meskipun kesal, dokter tetap berusaha tenang menanggapi kata-kata pedas Kailandra.
Mendengar jawaban dokter, tentu saja membuat Kailandra semakin geram. tanpa berpamitan pada lawan bicaranya, Kailandra meninggalkan ruang isolasi khusus untuk baby twins dengan wajah yang siap menerkam siapa pun yang ada di depannya. Langkah kakinya lebar menuju ruang rawat Karina.
"Ibu macam apa kamu, Kar? Kamu tau persis anak-anak sangat membutuhkan ASI. Lalu kenapa sampai sekarang kamu tidak ada sedikit pun usaha untuk membuat ASI-mu keluar?" Ketus Kailandra, Kasih yang masih berada di sana seketika langsung meletakkan majalah yang tengah dibacanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
yuiwnye
menutupi kebohongan hanya dg kebohongan sampai kapan??🥺🥺
2024-08-27
0
✨️ɛ.
nah kan, nah kan..
apa jangan2 Keiko produk mati lampu waktu ituh..
2023-01-15
0
dhizka
othornya suka huruf K ya
2023-01-05
1