Mulut Kailandra sudah sedikit terbuka, bersiap mengatakan kalimat penolakan atas keinginan Kenzo. Dari raut wajahnya saja, jelas dia tidak ingin berbasa-basi. Semua hal yang terjadi antara dirinya dan Kailani di masa lalu, terlalu tidak penting untuk dibicarakan kembali.
"Permisi." Suara seseorang membuat Kailandra dan Kenzo yang masih berada di depan pintu ruangan persis, kompak menoleh ke arah sumber suara.
Kekesalan Kailandra jelas semakin bertambah. Di waktu bersamaan, orang-orang di masa lalu yang meninggalkan luka yang teramat dalam pada dirinya datang. Yang paling membuat Kailandra muak adalah pertemuan ini pastilah karena keberadaan Kailani.
Berbeda dengan Kailandra yang semakin menunjukkan wajah sinisnya. Kenzo malah seperti sedang mengingat-ingat sesuatu sambil menatap sosok yang kini berdiri hanya dua langkah darinya.
"Kamu yang di rumah Kailani beberapa bulan yang lalu, kan?" tanya Kenzo.
"Tidak salah. Saya Kalvin." Pria tersebut mengulurkan tangan dengan ramah.
Kenzo menyambut uluran tangan itu tidak kalah ramah. "Kalau begitu kamu masuk duluan saja. Jangan katakan pada Kailani kalau kita bertemu di sini. Setelah ini, saya akan segera menemuinya."
Meskipun tidak paham dengan maksud dan tujuan Kenzo mengatakan hal tersebut, Kalvin tetap menganggukkan kepalanya dan langsung membuka pintu ruangan Kailani di rawat tanpa memedulikan Kailandra.
"Mau bicara di mana?" Setelah memastikan pintu ruangan Kailani kembali tertutup rapat, Kenzo kembali bertanya pada Kailandra.
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan" tolak Kailandra. Lalu pria tersebut langsung meminta perawat agar membawanya kembali ke ruangan.
Usaha Kenzo tidak berhenti sampai di sana. Pria itu terus mengikuti kemana pun perawat mendorong kursi roda yang diduduki oleh Kailandra. Hingga sampai di ruang tempat kailandra dirawat, tanpa permisi Kenzo ikut masuk ke dalam sana. Kenzo pantang menyerah berusaha membujuk agar Kailandra mau memberikannya sedikit waktu. Pria tersebut tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang tidak disengaja ini dengan baik. Jika tidak sekarang, belum tentu ia akan bertemu lagi dengan Kailandra. Kenzo juga memiliki dosa yang teramat besar pada Kailani, sudah sepantasnya ia ikut meluruskan kesalahpahaman yang ada.
"Lima menit dari sekarang. Tidak lebih---tidak kurang." Kailandra akhirnya memberikan apa yang Kenzo mau.
"Cukup dengarkan apa yang aku katakan. Jangan di sela apalagi disanggah. Aku tidak meminta kamu untuk percaya semua yang akan Aku katakan. Satu hal yang Aku harapkan, carilah bukti untuk menilai benar salahnya ceritaku. Buang sebentar kebencian dan dendammu. Nilai semua dengan lebih jernih." Kenzo memberikan kata-kata penegasan sebelum dia memulai pada inti pembahasan.
"Ketika scandal almarhum papamu terbongkar, ketika investor mengambil kembali dananya dari perusahaan kalian. Di tambah lagi mamamu di penjara karena tuduhan menggelapkan berlian milik teman-teman sosialitanya. Apa usahamu cukup untuk mengatasi masalah itu? Tidak sama sekali, Kai!" Kenzo menjeda sejenak penjelasannya. Mengatur napas sejenak agar tidak terbawa emosi.
"Kalian bodoh atau naif? Hingga mengira semua masalah yang kalian hadapi bisa selesai dengan mudah di tangan pengacara yang dibayar oleh negara. Masih ingat, kan? Saat itu untuk membayar pengacara saja kalian tidak mampu. Apa kalian memang tidak peduli? Asal kalian bisa kembali berjaya, apa pun cerita dibalik itu semua kalian tidak peduli. Sungguh pikiran yang dangkal." Lagi-lagi Kenzo menjeda kalimatnya. Kali ini dia ingin melihat reaksi dari Kailandra.
"Sampai pada akhirnya seorang perempuan muda yang sangat cantik menemui papaku. Dia berlutut memohon bantuan pada papaku agar membantu keluarga kalian. Dia menawarkan jiwa raganya kepada kami, asal keluargamu bisa kembali seperti semula. Papaku menyanggupi dengan syarat dia mau menikah denganku. Jangan tanya siapa perempuan itu padaku, Kai.Sampai di sini, harusnya kamu tau kalau perempuan itu adalah Kailani."
Kailandra menelan ludahnya dengan susah payah sembari memejamkan matanya. Mencoba untuk mencerna apa yang dikatakan Kenzo dan menghubungkannya dengan kejadian masa itu. Dalam hati kecil Kailandra berharap, semua yang dikatakan Kenzo hanyalah karangan belaka.
"Kailani meninggalkanmu bukan karena berkhianat, Kai. Dia meninggalkanmu untuk memperjuangkan kehormatan keluarga kalian. Dia sudah menjalankan pesan almarhum orangtuanya. Di mana menjaga nama baik keluarga kalian adalah yang utama bagi Kailani. Hutang budi orangtuanya pada mamamu sudah impas." Tanpa kata-kata pamit, Kenzo langsung meninggalkan ruangan kailandra . Entah percaya atau tidak, setidaknya dia sudah mengatakan yang sebenarnya.
Sementara itu, di ruangan yang berbeda, Kailani merasa terganggu dengan kedatangan Kalvin. Pria tersebut mengetahui keadaannya entah dari mana.
"Aku tidak bisa istirahat kalau kamu ada di sini. Lagi pula, di sini tidak ada Kailandra dan Karina. Tidak perlu pura-pura menjadi suamiku," ketus Kailani.
"Kai, saat kita tidak sedang berpura-pura menjadi pasangan, bisa 'kan kita menjadi teman? Kenapa kamu begitu menjaga jarak denganku? Aku disini memang untuk membantu Karina, tapi percayalah, Aku tidak seburuk itu," pinta Kalvin. Tidak seperti biasanya, pria tersebut terlihat sangat lelah.
"Kamu tidak perlu menganggapku ada jika kamu merasa kehadiranku mengganggumu. Please, Kai. Aku sedang butuh teman. Kamu tidak perlu menanggapiku, biar Aku bercerita. Cukup kamu jangan mengusirku." Wajah Kalvin sama memelasnya saat mengatakan hal tersebut.
"Terserah kamu!" Kailani pura-pura memejamkan mata dan menarik selimutnya hingga ke bagian leher.
"Aku sedang mengajukan proses perceraian. Dari awal, rumah tangga kami memang tidak pernah berjalan dengan baik. Pernikahan bisnis, apa yang bisa diharapkan? Jika Aku yang kaya raya, mungkin akan jauh berbeda ceritanya. Nyatanya apa yang aku punya tidak seberapa di mata istriku." Kalvin terus berbicara. Meski Kailani memejamkan mata, dia yakin perempuan tersebut masih dalam kondisi terjaga kesadarannya.
"Setiap kali kami berselisih pendapat. Selalu masalah harta benda yang diungkit-ungkit. Seakan modalku menikahinya hanyalah kemaaluan di antara dua paha. Dia lu---,"
Bruakkkk
Suara pintu yang dibuka dengan kasar, seketika menjeda curahan hati Kalvin. Seorang perempuan bergaya sosialita dengan rambut curly sepinggang dan high heels setinggi 13 centi, menerobos masuk dengan kemarahan yang amat kentara.
"Di sini kamu rupanya!" Perempuan tersebut berkacak pinggang pada Kalvin yang tampak masih sangat kaget dengan kedatangan istrinya. "Jadi ini selingkuhanmu?" tambahnya sembari melirik Kailani yang sedang berusaha duduk saking terkejutnya.
"Sya, please... ini rumah sakit. Dia hanya temanku, aku datang ke sini hanya untuk menjenguknya. Kita selesaikan di rumah." Kalvin mencekal pergelangan tangan istrinya dan menarik paksa agar perempuan tersebut mau diajaknya keluar.
"Tidak! Aku belum selesai bicara sama dia. Seorang Kesya tidak akan mengalah pada perempuan mana pun. Jika kamu menceraikan Aku karena dia, Aku pastikan dia akan menyesal karena sudah merebut milik Kesya." perempuan tersebut semakin meronta.
"Ada apa ini?" Suara sosok pria yang sangat dikenal oleh Kailani berhasil meredam amukan Keysa untuk sesaat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
bunda n3
kasihan banget kailani, jadi objek pelampiasan kemarahan istri kavin
2023-01-02
1
𝓐𝔂⃝❥Etrama Di Raizel
Dengarkan cerita Kenzo dulu lah
2022-12-24
0
𝕾𝖆𝖒𝖟𝖆𝖍𝖎𝖗
Karyamu emang joss gandoss Dev👍👍👍Sampe aku lupa waktu. mau Maghriban dulu ahh
2022-12-19
1