"Dunia memang sesempit ini. Ternyata Tuhan masih mempertemukan kita lagi dan lagi." Kailandra mengubah posisi duduknya sembari tersenyum sinis. Badannya yang merasa lebih baik ketika terkena infus, seperti mendapatkan energi baru begitu melihat kehadiran Kailani. Seperti biasa, dia mengira hamil simpatik yang dirasakannya mereda ketika bisa puas mencaci Kailani.
Kata-kata sambutan Kailandra jelas membuat Koni bingung. Dia baru pertama kali ini bertemu dengan pria tersebut. Koni lalu menelisik pandang pada Kailani, dari bahasa tubuh yang tertangkap di indera penglihatannya, dia baru menyadari pernyataan Kailandra ditujukan untuk siapa.
"Tolong buang saja bunga itu ke tempat sampah. Seseorang tau saya tidak suka bunga. Apalagi bunga yang sudah tersentuh tangan pengkhianat," ucap Kailandra pada Koni yang berinisiatif mengambil buket bunga yang jatuh tadi.
Kailani terlihat sedang mengatur tempo napasnya. Kedua tangannya mengepal dengan sempurna. Menahan kesal juga sakit di perutnya yang benar-benar semakin mengganggu. Andai dia tahu siapa yang akan dijenguk, akan lebih baik jika dirinya menolak ajakan itu dari awal.
Koni yang tidak menganggap serius kata-kata Kailandra, setelah membuang bunga ke tempat sampah, langsung menghampiri brankar pria tersebut untuk memberikan bubur gingseng yang dibawanya sendiri. Sementara Kailani masih berdiri bergeming di tempatnya.
Kailandra meminta Koni untuk duduk tanpa mengindahkan kehadiran Kailani. Dengan kejam, pria tersebut membiarkan mantan calon istrinya itu berdiri sepanjang percakapannya dengan Koni.
Kailani mengusap keringat dingin yang semakin tidak terkendali membasahi keningnya. Mungkin karena perutnya kini sudah merasakan nyeri yang luar biasa. Perlahan Kailani memundurkan badannya. Sekedar ingin mencari sandaran. Namun, ternyata tubuhnya sudah tidak bisa lagi menyembunyikan rasa sakit. Dalam hitungan detik, tubuh perempuan tersebut jatuh dan menyentuh keramik dingin lantai rumah sakit.
"Kai!" teriak Koni sambil bergegas menghampiri tubuh sekretarisnya yang sudah terkulai lemas di sana. Koni segera mengangkat tubuh Kailani. Perawat laki-laki yang khusus berjaga menunggu Kailandra sigap ikut membantunya.
"Baringkan dia di sini saja." Kailandra reflek turun dari atas brankarnya. Seakan lupa akan semua kebencian dan dendamnya---pria tersebut malah menyiratkan kekhawatiran yang nyata.
Koni dan si perawat pelan-pelan membaringkan Kailani di atas brankar Kailandra. Perawat segera keluar untuk memanggil dokter, sedangkan Koni sibuk menepuk-nepuk pipi dan memanggil nama Kailani agar perempuan tersebut tersadar.
Pikiran dan hati Kailandra mulai menandakan ketidak kompakan. Dalam kondisi seperti ini, hati kecilnya mulai merasa iba. Melihat wajah Kailani yang pucat, dia melihat gurat beban berat di sana. Namun, pikiran dan logikanya terus mengingatkan bisa saja semua hanya akal-akalan Kailani dengan segala kelicikannya.
Tidak menunggu lama, dokter datang bersama perawat yang tadi memanggilnya. Dokter pun mulai memeriksa keadaan Kailani.
Kailandra terus memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh dokter. Hingga dia melihat segaris aliran darah di salah satu kaki Kailani. Di saat bersamaan, perawat juga menyadari hal tersebut.
"Pasien mengalami pendarahan, Dok." Perawat segera memberikan informasi tersebut pada Dokter.
"Pindahkan pasien ke ruangan darurat," perintah dokter.
Tombol nurse call ditekan oleh si perawat untuk meminta bantuan perawat yang lain dalam proses pemindahan yang dilakukan. Tanpa perpamitan pada Kailandra, Koni yang khawatir akan keselamatan anak buahnya langsung mengikuti Kailani yang di bawa ke ruang periksa dengan peralatan medis lengkap.
Kailandra masih tidak tahu harus berbuat apa. Kekhawatiran yang sedari tadi ingin ditepisnya dengan logika sakit hati tidak kunjung mereda. Bahkan saat ini kekhawatirannya mengalahkan segala keluhan yang membuatnya sampai dirawat di rumah sakit ini.
Lamunan Kailandra terjeda begitu dia mendengar suara dering ponsel yang jelas bukan ponsel miliknya. Pria tersebut mencari sumber suara tersebut. Lalu perhatian Kailandra jatuh pada sebuah tas yang tergeletak di lantai.
Awalnya Kailandra ingin mengabaikan panggilan tersebut, namun karena suara dering berulang-ulang cukup mengganggu. Dengan terpaksa dia membuka tas yang sudah berada ditangannya dan menerima panggilan tersebut tanpa melihat nama si penelepon terlebih dahulu.
"Kai? Kamu di mana? Keiko ada tugas membuat prakarya untuk besok. Kei butuh cat warna. Di rumah katanya habis. Kamu tidak membalas pesannya. Kalau kamu tidak bisa, biar aku yang antar." tanpa menunggu sapaan dari sosok yang dihubungi, si penelepon yang tidak lain tidak bukan adalah Kenzo langsung saja berbicara.
"Kailani pingsan. Sekarang dia ada di Rumah Sakit Pelita." Kailandra langsung juga memberikan informasi.
"Kai pingsan? Kenapa bisa? Bagaimana kondisinya sekarang? Kamu siapa?" Suara Kenzo di speaker terdengar sangat khawatir.
"Suami macam apa kamu, Vin? Istri sedang hamil malah kamu ijinkan bekerja. Dan sekarang kamu malah bertanya pada orang lain kenapa itu bisa terjadi. Sungguh aneh." Kailandra langsung menyudahi panggilan telepon Kenzo secara sepihak karena mengira Kenzo adalah Kalvin.
Jelas saja hal itu membuat Kenzo kebingungan. Tanpa berpikir panjang, Pria tersebut mengubah arah tujuan kendaraannya menuju rumah sakit yang tadi disebutkan oleh Kailandra.
Diwaktu yang sama namun di tempat yang berbeda. Kailani yang sudah siuman sedang melakukan pemeriksaan USG. Punggung tangan kiri perempuan tersebut sudah dihiasi oleh jarum infus.
"Posisi placenta ibu menutup jalan lahir sepenuhnya. Istilah medisnya adalah Placenta Previa Major. Masih ada kemungkinan untuk berubah sebelum usia kandungan mencapai 34 minggu. Namun ibu harus tetap berhati-hati, jangan beraktivitas yang terlalu melelahkan. Karena sudah terjadi pendarahan, untuk beberapa waktu ke depan ibu juga harus bed rest," jelas Dokter tampan yang memeriksa kandungan Kailani.
"Terimakasih, Dok. Untuk bed rest tidak harus di rumah sakit, kan?" tanya Kailani.
"Kami akan memantau kondisi ibu satu hari ke depan. Jika pendarahan sudah berhenti dan semua dalam kondisi yang tidak membahayakan Ibu dan Janin, Ibu bisa melakukan bed rest di rumah."
Kailani mengangguk pasrah. Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, Koni masuk ke dalam ruangan untuk melihat kondisi sekretarisnya. Tidak sampai lima menit, pria tersebut kembali keluar dan meninggalkan Kailani sendirian. Hal itu Koni lakukan agar bawahannya itu bisa beristirahat dengan leluasa tanpa rasa sungkan.
Di sisi lain, Kailandra tampak duduk termenung di tepian brankar sambil memangku tas milik Kailani. Logika dan hatinya benar-benar sedang saling berkhianat. Tergerak hatinya untuk melihat keadaan Kailani, namun logika selalu mengatakan jangan.
"Sudahlah, aku hanya ingin mengembalikan tas ini saja," putus Kailandra sembari menekan tombol nurse call untuk meminta bantuan pada perawat agar mengantarnya menemui Kailani.
Hanya selang beberapa menit, Kailandra sudah berada di depan pintu ruangan Kailani di rawat. Bersamaan dengan itu, tampak Kenzo berjalan dengan langkah lebar dan raut wajah cemas datang di tempat yang sama. Begitu menyadari kedatangan Kenzo, Kailandra ingin menghindar---tetapi sudah terlambat.
"Kai, kenapa kamu bisa berada di sini?" Kenzo mengernyitkan keningnya dan bertanya dengan heran saat melihat sosok Kailandra.
"Kenapa heran? Ini rumah sakit, fasilitas umum. Siapa saja bisa di sini." Kailandra memalingkan wajahnya. Sedikit pun dia tidak berminat untuk melihat wajah laki-laki yang membuatnya ditinggalkan tanpa alasan jelas oleh Kailani.
"sebentar, kamu yang mengangkat teleponku tadi?" Kenzo kembali bertanya untuk meyakinkan dugaannya.
Tidak langsung menjawab dengan kata-kata, Kailandra hanya sedikit mengangkat tas milik Kailani dan mengulurkan benda tersebut pada Kenzo.
"Kenapa tidak kamu sendiri saja yang mengantarnya?" Lagi-lagi Kenzo tidak bosan bertanya.
"Aku bukan kamu, yang dikhianati tapi masih mau berbaik hati berhubungan baik dengan pengkhianat."
Jawaban sinis Kailandra seketika membuat Kenzo tersadar jika pria dihadapannya masih memendam sakit hati pada Kailani.
"Kita perlu bicara, Kai. Sepertinya, ada sesuatu yang harus kita luruskan di sini," ucap Kenzo pada Kailandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
𝕾𝖆𝖒𝖟𝖆𝖍𝖎𝖗
Hah bener² melelahkan... kasian kailaninya thor kapan hidup Enaknya
2022-12-19
0
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
kailandra didalam hati kecilmu masih ada rasa khawatir buat Kailani tp sayangnya egomu terlalu besar
2022-12-15
0
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
kailandra segitukah kamu benci sama Kailani..
2022-12-15
0