Meski dengan pergumulan batin yang tidak sederhana, Kailani terpaksa tetap menjalani proses bayi tabung sesuai kesepakatannya dengan Karina. Bisa dikatakan, saat ini Kailani merasa berada di titik kehidupan yang sangat sulit. Namun apa daya, perjanjian hitam di atas putih pada kertas berkekuatan hukum membuat perempuan tersebut tidak bisa mundur lagi.
"Kei sama papa dan mama dulu, ya? Bunda satu bulan ini ada kerjaan ke luar kota. Bunda akan selalu hubungi Kei sebelum Kei tidur. Nurut sama papa dan mama, ya. Yang rukun sama Kenzi." Kailani memeluk putri cantiknya sekali lagi.
"Iya, Bunda." Keiko mengangguk sambil membalas pelukan sang bunda.
"Yuk, Kei. Kita mainan bareng," ajak Kenzi---anak dari mantan suami Kailani yang usianya hanya selisih beberapa hari saja dari Keiko.
"Bunda hati-hati, ya." Keiko mencium pipi Kailani. Lalu dia melepaskan diri dari pelukan bundanya dan langsung berlari menghampiri Kenzi dengan senyuman yang sumringah.
Kailani bangkit dari posisi berdiri dengan lututnya karena tadi harus menyamakan tingginya dengan Keiko. perempuan tersebut menyunggingkan senyuman pada Kenzo---mantan suaminya dan juga pada Keira---istri sah Kenzo saat ini.
"Maaf ya, Kei. Aku jadi ngerepotin. Aku janji, begitu urusanku selesai, Aku akan segera menjemput Keiko," ucap Kailani. Begitu lembut dan sopan.
"Keiko juga anakku, Kai. Jangan bicara seakan kamu sedang menitipkan seorang anak pada pengasuhnya. Fokus saja pada urusanmu." Keira menepuk-nepuk pundak Kailani dengan ramah.
Setelah berbasa-basi sebentar, Kailani pun berpamitan pada Kenzo dan Keira. Meski hubungan ketiganya sempat memanas akibat peristiwa yang sangat dramatis lebih dari tujuh tahun yang lalu, tetapi akhir-akhir ini mereka memilih untuk merendahkan ego masing-masing demi kepentingan Keiko.
Dari sana, Kailani langsung menuju rumah sakit di mana dia akan melakukan simulasi suntikan HCG untuk mematangkan sel telur. Dokter akan mengajarkan pada Kailani cara melakukan suntikan yang benar. Berikutnya, Kailani bisa dibantu orang lain melakukannya sendiri di rumah.
Proses pematangan yang dilakukan selama tujuh hari berturut-turut akhirnya selesai sudah. Kini saatnya Kailani kembali menemui dokter untuk melakukan tahapan bayi tabung selanjutnya.
Pada awalnya, beban pikiran Kailani sudah mulai lepas saat mendatangi rumah sakit tersebut. Namun, begitu mengetahui Karina datang bersama Kailandra, hatinya pun kembali gelisah tak menentu.
"Kebetulan lagi. Sepertinya memang jadwal kita barengan terus ya." Karina menyapa Kailani dengan gayanya yang sok akrab. Sementara Kailandra tidak menoleh sedikitpun ke arah dua perempuan yang duduk berjejer di samping kirinya.
"Iya, Kak." Kailani menjawab singkat.
"Jangan panggil aku kak. Panggil saja Karina. Bagaimana kalau kita bertukar nomor ponsel. Sama-sama melakukan program bayi tabung, sepertinya kita bisa saling berbagi informasi." Karina memberikan benda pipih berteknologi tinggi miliknya kepada Kailani. Sungguh sebuah akting yang sangat sempurna.
"Saya Kailani." Lagi-lagi perempuan tersebut membalas dengan singkat. Dia menerima ponsel lalu menuliskan sepuluh angka di sana. Sesaat kemudian, Kailani kembali memberikan benda pipih tersebut pada Karina.
"Terimakasih," ucap Karina sembari berdiri.
Bersamaan dengan itu, nama Karina dipanggil. Perempuan tersebut seketika menatap suaminya dengan tatapan sedikit memelas. "Kai, aku masuk sendirian saja, ya? Aku yakin kamu juga tidak nyaman kalau melihatku disuntik. Lagipula ini hanya sebentar."
"Terserah kamu saja. Tapi jangan sampai kamu mengeluh kalau aku tidak mendampingimu selama proses bayi tabung anak kita. Sesibuk-sibuknya aku, pasti akan meluangkan waktu untukmu. Cuma lelaki yang tidak bertanggung jawab yang membiarkan istrinya menjalani proses sepenting ini sendirian." Bukannya fokus pada sang istri, Kailandra malah melirik sinis pada Kailani saat mengucapkannya.
Karina langsung melebarkan senyumannya. Sampai sejauh ini, semua memang berjalan mulus sesuai dengan apa yang direncanakan. Perempuan tersebut melangkah tanpa beban memasuki ruang tindakan.
Sepeninggalan Karina, Kailandra menggeser duduknya lebih jauh dari Kailani. Pria tersebut kembali menyibukkan dirinya dengan ponsel. Sementara Kailani berusaha untuk tetap bersikap tenang dan tidak terpengaruh dengan sikap sinis Kailandra. Dia hanya bisa menarik napas dalam sembari mengucap doa dalam hati, semoga keputusannya kali ini tidaklah salah.
Suasana seperti itu terus terjadi di setiap pertemuan yang bisa dikatakan sengaja tidak sengaja antara Kailandra dan Kailani. Sindirian halus disertai tatapan sinis penuh kebencian bukanlah hal yang langka. Hingga lambat laun, tepatnya saat proses pengambilan sel telur di rahim Kailani yang bersamaan dengan pengambilan sel sperrma Kailandra terjadi, Karina merasakan kejanggalan sikap yang ditunjukkan suaminya dan juga Kailani.
"Aku mau tanya ke suster sebentar. Ada yang kelupaan tadi," Karina mencoba mencari alasan untuk meninggalkan Kailandra dan Kailani berdua saja.
"Jauhi istriku, Kai. Jangan dekati dia dengan alasan apa pun," ucap Kailandra, memulai pembicaraan setelah ketegangan yang sempat terjadi beberapa saat yang lalu.
"Kenapa bukan istri Abang saja yang Abang larang," jawab Kailani. Dibuat setenang mungkin.
"Aku terlalu mencintainya, Kai. Aku tidak mau membuat dia kecewa. Dia menyukaimu karena belum tau siapa kamu dan bagaimana sifat aslimu. Seorang pengkhianat, sampai kapan pun akan tetap menjadi pengkhianat," tekan Kailandra. Sengaja mengucapkan kalimat yang sekiranya bisa membuat Kailani tidak merendahkannya.
"Berhenti menyebutku pengkhianat, Bang. Semua tuduhan Abang itu sama sekali tidak benar. Apa yang Abang tuduhkan, tidak lebih adalah hasil dari pikiran Abang sendiri yang tidak jernih. Emosi dan keegoisanlah yang mengantar Abang dalam kebencian dan dendam yang tidak pernah selesai. Seolah hanya Abang yang benar dan akulah tempatnya salah." Nada bicara Kailani mulai meninggi.
"Kenapa kamu membentak suamiku, Kai?" Karina yang sedari tadi hanya bersembunyi di balik pilar tembok besar di sisi kanan tempat Kailani dan Kailandra berada, muncul melerai perdebatan yang sedang panas-panasnya.
"Dia tidak membentakku," sahut Kailandra dengan cepat. Entah ingin membela Kailani, atau hanya sekadar ingin menutup masa lalunya rapat-rapat.
Karina mengernyitkan keningnya, apa yang baru saja dibicarakan Kailandra dan Kailani begitu jelas terdengar. Siapa pun, pasti bisa menyimpulkan kalau di antara keduanya pernah terjalin hubungan yang berujung dengan permusuhan.
Dari sana, Karina semakin gencar mencari tahu tentang masa lalu Kailani dan juga suaminya. Dari salah seorang sumber terpercaya, akhirnya, perempuan tersebut mengetahui sedikit banyak tentang masa lalu mereka.
"Aku tidak bisa tinggal diam. Antara kebencian, dendam, dan cinta yang masih terpendam itu sangat tipis perbedaannya. Tidak ... Aku tidak boleh memberi kesempatan pada Kailani untuk berdekatan dengan Kailandraku. Lihat saja Kailani yang malang, Aku akan membuat Kailandraku semakin membencimu," batin Karina sembari menampilkan senyuman yang begitu licik.
Hingga seminggu berlalu, tibalah saatnya mereka melakukan pengambilan sel telur dari rahim Kailani dan juga sel speerma milik Kailandra. Baru kemudian dokter akan melakukan proses inkubasi yang memakan waktu sekitar 16 sampai 20 jam.
"Kai, ada sedikit perubahan rencana. Jadi begini." Karina membisikkan sesuatu ke telinga Kailani di tengah-tengah jeda waktu mereka menunggu Kailandra yang masih belum selesai proses pengambilan speermanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Christine Hakim
bukan puyeng lg, kalo dipanggilnya singkat cuma kei, lebih kali bisa mabok, kei yg mana ni, wkwwkwk
2024-08-29
0
Arie Chandra
ak kok puyeng yo sama nama2ne trs itu anaknya kai sama mantan suami umure cuma beda beberapa hari critane poligami opo selingkuh yo , tdk dijelaske mau bingung tp ini novel
2023-07-06
0
✨️ɛ.
bangKai, tadi malem gak dapet jatah ya? senewen mulu bawaannya..
2023-01-14
0