"Saya yang bertanggung jawab menandatangani berkas persetujuan operasi." Kailandra selangkah di depan merasa lebih berhak untuk mendengar informasi perawat.
"Saya suami Ibu Kailani yang sebenarnya, Sus." Kalvin menambah kebingungan si perawat dengan konsisten memainkan peranannya.
"Kenapa kalian kekanak-kanakan sekali? Sudah, anggap saja kita bertiga keluarga Kailani. Tujuan kita sama, bukan? Lerai Kenzo. Lalu pria tersebut mengalihkan tatapannya pada perawat yang sepertinya ingin menyampaikan informasi penting. "bagaimana kondisinya saat ini sus?" tanyanya kemudian.
"Pendarahan yang dialami Bu Kailani sudah bisa kami tangani. Namun, karena proses operasi sesar menggunakan bius total, maka membutuhkan waktu yang lebih lama untuk Bu Kailani kembali tersadar," jelas perawat.
Ketiga pria tadi mengucapkan kata yang mewakili rasa syukur secara bersamaan. Lega luar biasa. Setidaknya, sekarang hanya tinggal menunggu Kailani terlepas dari pengaruh obat bius.
"Bagaimana dengan kondisi bayi yang dilahirkan?" Entah mendapatkan dorongan darimana, Kailandra tanpa sadar melontarkan pertanyaan tersebut.
"Maaf, saya masih harus menyelesaikan pekerjaan saya, Permisi." Perawat tadi buru-buru menghindar. Dia langsung berbalik badan dengan cepat dan masuk ke dalam ruangannya kembali. Meninggalkan tanya yang memang sengaja tidak dijawab.
Kenzo dan Kalvin langsung kembali menuju deretan bangku di ruang tunggu pasien pasca operasi. Keduanya paham betul dengan apa yang sebenarnya terjadi. Terutama Kalvin. Bisa dikatakan, saat inilah puncak sekaligus akhir dari rencana Karina.
"Kai... Kailani siapa yang suster maksud? Jangan bilang kalau perempuan pengkhianat dan matrealistis itu yang dimaksud? Buat apa lagi kamu memedulikannya?" Kasih menghampiri Kailandra yang masih berdiri bergeming di depan pintu si perawat tadi keluar dan masuk.
"Bukan, Ma. Sudah...ngapain mama ikut berdiri? Mama kan habis mengeluarkan banyak darah, seharusnya mama jangan banyak bergerak biar tidak lemas." Kailandra menuntun Kasih kembali ke tempat sebelumnya mereka berada. Untung saja saat donor tadi, kasih dan Kailani berbeda ruangan. Sehingga perempuan tersebut tidak tahu jika dia sudah memberikan sekantong darahnya pada sosok yang sangat dibenci.
Hingga beberapa waktu kemudian, perawat mengabarkan bahwa Karina sudah siap dipindahkan ke ruang rawat inap. Kasih dan Kailandra pun mengikuti langkah perawat yang mendorong brankar berisi Karina sampai di salah satu ruangan rawat VVIP rumah sakit tersebut.
"Selamat ya, Kar. Kalau sudah begini, Mama tidak akan menyuruh Kai untuk menikah lagi," Kasih mencium pipi kiri kanan Karina sekedarnya.
Kini Kasih tidak perlu pura-pura perhatian lagi, karena cucu yang diharapkan sudah tidak lagi satu napas dengan Karina. Sebenarnya, sampai saat ini, Kasih belum bisa menerima dengan tulus keberadaan Karina dalam hidupnya. Ditambah lagi, sudah sejak kehamilan menantunya, dia harus banyak menahan diri dan sakit hati akibat sikap Karina yang selalu menghindar dan menolak jika ia ingin sekedar merasakan gerakan lembut sang cucu di dalam perut Karina.
Kailandra sendiri tidak memberikan kecupan terimakasih atau sekadar menanyakan kondisi Karina. Pria tersebut malah sibuk menghubungi sekretarisnya di kantor untuk membelikan berbagai keperluan bayi baru lahir yang belum sempat dibeli oleh Karina.
"Kai, biar Mama saja yang belanja keperluan cucu-cucu mama. Nanti sekretarismu malah salah pilih. Mama biar ditemani Kasri. Sebelumnya Mama mau tanya dulu. Anakmu kembar arjuna atau kembar srikandi." Kasih mengambil tas tangan yang tadi diletakkan di atas nakas.
"Cucu Mama sudah sepaket, Ma. Satu cowok dan satu cewek." Karina mengatakannya dengan bangga.
"Benarkah? Wah... Selamat ya, Kai. Kamu memang anak Mama yang hebat." Kasih memberikan pelukan hangat pada Kailandra yang tampak biasa saja.
Karina mengumpat kesal dalam hati. Sebelumnya dia membayangkan Kailandra akan memeluknya erat dengan mengucapkan terimakasih bertubi-tubi. Nyatanya? sampai detik ini, Kailandra belum mengucapkan apapun pada Karina. Perempuan itu menarik napas dalam, apapun dia tetap beruntung dan menjadi pemenang dalam permainan ini. Tidak salah dia mengajak Keysa kerjasama. Andai mantan Kalvin itu tidak menghubunginya, tentu drama kelahiran akan menjadi berantakan.
"Kai, boleh aku minta tolong ambilkan minum?" Karina mulai merengek manja. Mencari celah agar Kailandra memperhatikannya.
"Hemmm...." Baru saja Kailandra ingin menyodorkan air putih pada Karina, seorang perawat masuk untuk memberi tahu Kailandra bahwa ketua tim dokter yang menangani si kembar ingin berbicara dengan Kailandra. Tanpa berpamitan pada Karina, pria tersebut langsung meninggalkan istrinya itu sendirian.
Masih di bawah atap gedung yang sama namun berbeda koridor, Kalvin yang masih setia menunggu Kailani siuman di ruang tunggu, tampak duduk sendirian sambil terus fokus menatap layar ponsel. Kenzo sendiri memutuskan untuk kembali menemani Keiko di rumah sakit. Janji Kailani yang akan menemani sang putri, membuat gadis cilik menggemaskan itu terus merengek karena bundanya tak kunjung datang. Karena itulah Kenzo memutuskan untuk turun tangan menenangkan putri yang dulu sempat tidak diakui Kenzo sebagai anak kandungnya itu.
Sudah tiga jam berlalu, belum ada tanda-tanda Kailani bisa dipindahkan ke ruang rawat biasa. Karena tidak sabar menunggu, Kalvin akhirnya tergerak untuk mencari informasi. Dari sana, baru diketahui jika Kailani kembali mengalami pendarahan hebat disertai detak jantung yang semakin melemah. Hal itu baru dijelaskan setelah Kalvin memaksa melihat kondisi Kailani secara langsung.
"Kenapa kalian tidak memberi tahu kami? Kenapa seakan kalian ingin menutup-nutupi keadaan Kailani pada kami? Siapa yang memerintahkan kalian begini? Karina? Berapa kalian dibayar oleh perempuan itu? Apa cukup uang itu untuk menyelamatkan nama baik kalian? Saya mau Dokter itu tidak ikut menangani Kailani." Dengan penuh kemarahan Kalvin menunjuk ke arah Dokter Khalid yang sedang berbicara serius dengan dua orang perawat.
"Kami tidak berbuat menutup-nutupi. Pada kenyataannya, tidak ada keluarga yang benar-benar menjadi penanggung jawab atas Bu Kailani. Kami baru mengetahui, pria yang tadi menandatangani persetujuan tindakan operasi juga bukan suami beliau," kilah salah seorang perawat, masih berusaha mencari pembenaran.
"Saya tidak mau tau. Lakukan yang terbaik untuk Kailani. Atau kalian semua akan Saya ajukan pada pihak manajemen rumah sakit," ancam Kalvin.
Disaat bersamaan, Kailandra yang sudah diijinkan untuk melihat sejenak bayi kembarnya, baru merasakan keharuan yang luar biasa. Melihat dua bayi yang bisa dikatakan di bawah mungil, hatinya merasa tersayat. Bahkan botol air mineral satu setengah liter masih lebih besar ketimbang putra putrinya. Di tambah lagi, berbagai selang medis menempel di hidung, mulut dan juga dada. Kulit keriput membungkus tulang dengan kepala yang hanya sebesar dua kepalan tangannya.
"Kalian pasti kuat. Kita akan melalui bersama-sama." Begitu Kailandra selesai mengatakan hal tersebut, perlahan terdengar suara tangisan dari si kembar, meski lirih---setidaknya itu adalah pertanda yang baik.
Saat sibuk menelisik pandang penuh keharuan pada sosok kedua anaknya secara bergantian. Tiba-tiba fokus bola mata Kailandra jatuh pada tanda lahir yang ada di bagian paha kanan putri kecilnya.
"Kenapa bisa sama?" batinnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
siccasiccasic
Duh kalo gue jadi Kailani gue mending ama Kalvin aja deh.. Kenzo udah punya istri, ama BangKai males banget udah nyakitin emaknya kek nenek lampir pula!! Pasti Kalvin bakalan jadi sadboy ini nanti. Kek di drakor² tipikal guardian angel yg korban perasaan 🥲
2023-01-02
0
🏘⃝Aⁿᵘ🦆͜͡ ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸTIK𝐀⃝🥀
Sama ama kaliani ya🤣🤣🤣
2022-12-19
0
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
mana dedikasi kalian untuk membantu sesama ..hanya karna uang dokter sama perawat tega mempertaruhkan nyawa seseorang
2022-12-18
0