Tanpa berpikir panjang, Kailani langsung mengemas beberapa helai pakaiannya ke dalam koper. Setelah selesai, perempuan tersebut terlihat menghubungi seseorang melalui telepon genggamnya. Tidak berapa lama, sebuah mobil berhenti tepat di halaman rumah yang menjadi tempat Kailani menenangkan diri itu.
Menempuh perjalanan hampir delapan jam, Kailani akhirnya sampai juga di depan rumah Kenzo. Seorang asisten rumah tangga menyambut kedatangan Kailani dengan ramah.
"Ini bajunya Non Kei sudah saya siapkan, Bu. Bapak bilang di antar Pak Kimin saja, lah kenapa Ibu malah repot-repot ambil sendiri," ucap asisten rumah tangga bernama Karti sambil memberikan koper kecil berwarna pink milik Keiko.
"Maaf, Bi. Saya nggak ngerti maksud Bi Karti. Memangnya sekarang Keiko ada di mana?" Perpaduan antara lelah, cemas dan juga bingung tampak terlihat jelas pada raut wajah Kailani.
"Loh, memangnya Bu Lani nggak tau, to. Non Keiko masuk rumah sakit. Tadi pagi jatuh dari sepeda. Pelipisya sobek. Sama Bapak langsung dibawa ke Rumah Sakit Permata Bunda karena Non Kei juga terus muntah. Tadi itu...."
Tanpa menunggu penjelasan Karti selesai. Kailani langsung bergegas meninggalkan rumah Kenzo dan memerintahkan driver mobil yang mengantarnya tadi segera menuju rumah sakit di mana Keiko berada.
Sepanjang perjalanan, lantunan doa tidak henti dilantunkan oleh Kailani. Sesal, merasa bersalah, dan ketakutan, seakan mengalahkan rasa lelah yang dirasakan. Bahkan dia tidak sempat lagi memikirkan jawaban--- jika nanti Keiko melihat perutnya yang membesar.
Setiba di rumah sakit, Kailani langsung bertanya di loket informasi di mana pasien yang bernama Keiko Hataru dirawat. Setelah mendapatkan petunjuk yang jelas, Kailani melebarkan langkahnya agar cepat sampai di ruang rawat Keiko.
"Bunda," teriak Keiko begitu melihat Kailani tiba-tiba muncul.
"Sayang, mana yang sakit?" Kailani langsung mengamati tubuh Keiko dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Sampai indera penglihatan perempuan itu berhenti pada perban yang menutup kening anaknya. "Apa ini sakit?"
Keiko mengangguk. "Sakit, tadi berdarah, Kei pusing." jawab gadis cantik yang sangat menggemaskan itu.
"Kai, maaf kami sengaja tidak mengabarimu karena takut kamu khawatir. Maaf, kami lalai menjaga Kei. Tadi pagi seusai shalat subuh, Kei ingin bersepedah sebentar. Aku tinggal masuk ke dalam untuk mengambilkan minum. Tahu-tahu dia sudah jatuh," Keira terlihat sangat menyesal dan merasa bersalah saat mengatakannya.
"Tidak mengapa, Kei. Bukan salahmu Keiko jatuh. Tapi seharusnya kalian tetap memberi kabar. Apalagi setelah telepon tadi. Siapa yang tidak jadi kepikiran. Aku dengar Kei menangis, tapi tidak satu pun dari kalian yang bisa dihubungi." Kailani menarik napas lega. Setidaknya, kondisi Keiko tidak seburuk yang dia duga. Tangan kanan perempuan tersebut terus mengusap pipi gembul sangat putri.
"Bunda kenapa perutnya besar? Keiko juga akan punya adik dari Bunda?" tanya Keiko dengan polosnya.
Kenzo, Kailani dan Keira saling bertukar pandang. Berbohong tidak mungkin---jujur pun sulit. Itulah yang terlintas dipikiran Kailani sekarang.
"Ken, tadi mau tunjukin apa ke Kei, cepat tunjukin. Setelah itu kita pulang. Besok Ken masih harus sekolah." Keira cepat mengambil inisiatif untuk mengalihkan perhatian Keiko.
Begitu Kenzi dan Keiko sudah fokus pada layar I-Pad, Kenzo, Kailani dan Keira segera menepi ke sisi lain ruangan. Menjauhi brankar Keiko untuk mulai berbicara.
"Kamu pulanglah sama Keira, biar Kei Aku yang jaga. Semakin lama kamu di sini, semakin banyak pertanyaan yang akan Kei tanyakan padamu. Dan Aku yakin kamu sama sekali belum siap jawabannya. Sementara, tinggallah dulu di rumah kami," usul Kenzo sembari menggenggam tangan Keira.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Kailani menyetujui saja apa yang dikatakan Kenzo. Sudah melihat secara langsung kondisi Keiko, sudah cukup membuatnya bersyukur. Meski sempat ditolak dan tidak diakui kehadirannya oleh Kenzo, sekarang Keiko bagaikan ratu bagi mantan suaminya tersebut. Dan yang lebih membuatnya bersyukur lagi, Keira juga begitu sayang pada Keiko. Mungkin, perempuan tersebut memendam rasa bersalah yang cukup besar. Sedikit banyak, rumah tangga Kenzo Dan Kailani yang dari awal memang dimulai dengan tidak benar, malah semakin runyam karena dosa satu malam yang dilakukannya bersama Kenzo.
Setelah berhasil meyakinkan Keiko bahwa besok akan menemani di rumah sakit, Kailani, Keira Dan Kenzi kembali pulang ke rumah Kenzo. Sesampainya di sana, Kailani langsung menyegarkan diri untuk meluruhkan penat dan peluhnya. Baru kemudian, dia pun tidur dengan pulas karena benar-benar merasa lelah.
Pagi harinya, bangun dengan kondisi badan yang sudah bugar, Kailani terlihat segar dengan terusan dres selutut. Perut perempuan tersebut benar-benar sudah tidak bisa disamarkan dengan pakaian selonggar apa pun. Bahkan meski usia kandungan Kailani dan Keira hanya selisih satu minggu, perut Kailani bisa dikatakan lebih besar hampir dua kali lipat dari perut Keira, Tentu saja, karena Kailani memang sedang mengandung bayi kembar yang belum diketahui jenis kelaminnya.
"Kei, Aku Mau keluar sebentar, ya? Aku pengen makan bubur di tempat bubur favoritku." Kailani meminta ijin pada Keira.
"Oh, Mau ditemani, Kai?"
"Tidak usah," tolak Kailani.
"Ya sudah, tapi kamu sama driver, ya. Jangan nolak. Kalau sampai terjadi apa-apa sama kamu. Bagaimana tanggungjawab kita sama Keiko."
Kailani mengangguk sembari menyunggingkan senyuman tulus pada Keira. Lagi-lagi dia masih harus bersyukur, di balik ujian hidupnya yang pelik---setidaknya masih ada Kenzo dan Keira yang selalu bisa diandalkan.
Perempuan itu pun berangkat bersama driver. Tiba di tempat tujuan, pembeli sudah lumayan ramai. Maklum saja, bubur di sana terkenal sangat enak tiada tara.
Di tengah keramaian antrian, rupanya Kailani tidak menyadari,ada sepasang mata yang menangkap kehadirannya. Sosok yang tadinya datang dengan malas ke tempat tersebut tanpa sadar menjadi sedikit berbinar-binar. Mungkin benar apa yang dikatakan orang tua jaman dulu, jarak antara sangat membenci dan sangat mencintai itu memang setipis sehelai rambut.
"Sudah puas kamu sekarang? Apa Kalvin sudah menikahimu secara sah?" Sesosok perempuan tiba-tiba datang menepuk lengan Kailani dengan kasar. Perempuan itu tidak lain tidak bukan adalah Keysa.
Puluhan pasang mata pengunjung seketika menjadikan Kailani dan Keysa menjadi pusat perhatian.
"Kamu bicara sama Aku?" tanya Kailani dengan polosnya. Bukan karena dia lupa siapa perempuan yang sedang menatap sinis kearahnya itu. Hanya saja, dia sama sekali tidak paham dengan arah pembicaraan Keysa.
"Jangan pura-pura bodoh. Dasar licik. Setelah berhasil membuat Kalvin menceraikanku, Aku jelas tidak ingin melihat kalian hidup dengan tenang. Anak ini anak Kalvin, bukan? Lihat apa yang bisa Aku lakukan padamu."
Sosok yang memperhatikan Kailani sedari perempuan itu datang tadi seketika beranjak dari duduknya. Maksud hati tidak ingin ikut campur, namun bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh Keysa sungguh mencurigakan. Dan benar saja.
Secepat kilat, tidak sampai hitungan detik. Belum sampai sosok tadi memasang badan, Keysa sudah mendorong tubuh Kailani hingga membentur meja hingga terhempas dilantai. Darah segar seketika mengalir di salah satu sisi paha Kailani.
"Sakit," desis Kailani sambil memegangi perutnya.
"Kai, bertahan, Kai...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
bunda n3
semoga selamat bayi dan kailani
2023-01-02
0
𝕾𝖆𝖒𝖟𝖆𝖍𝖎𝖗
Knapa harus beli bubur sih. duh
2022-12-20
0
༄༅⃟𝐐𝐙⃝🦜
terlalu bnyak cobaan yg d hadapi sama Kaiiila,,
semoga sosok org itu adalah Kailandra,,,,
Semoga cepat tekuak semuanya
2022-12-18
1