"Kita pulang, Kai!" Kalvin terpaksa menarik tangan Kailani. Membuat perempuan tersebut berdiri dari duduknya.
"Makanan sama sekali belum disentuh. Kenapa buru-buru sekali? Ada yang salah dengan ucapanku?" Kailandra mendudukkan bokongnya dengan santai di seberang kursi yang tadi diduduki oleh Kailani.
Karina ikut mengambil duduk di samping Kailandra. Meski hatinya kesal karena alasan sang suami memakai kemeja yang tidak layak pakai itu adalah Kailani, namun tidak dipungkiri betapa puas hatinya dengan sikap yang ditunjukkan Kailandra barusan. Kebencian suaminya pada Kailani harus terus dipupuk agar semakin subur. Hal itu sangat penting---untuk sekedar berjaga-jaga jika suatu saat nanti kebohongannya terbongkar, setidaknya Karina masih memiliki kuasa seutuhnya atas anak yang dikandung Kailani . Sehingga Kailandra tidak bisa melepaskannya dengan mudah.
"Selangkah saja kamu berani meninggalkan tempat ini, suamimu akan tahu betapa murahannya perempuan yang disanjung-sanjungnya ini," ancam Kailandra dengan tatapan yang benar-benar sinis.
"Apapun masa lalu Kai. Aku sudah menerimanya," sahut Kalvin.
Kailani menarik napas dalam, lalu mengembuskannya sedikit kasar. Kesabarannya benar-benar susah habis kali ini. Dengan keberanian yang tersisa, Kailani melemparkan tatapan tajam pada Kailandra. Sekali lagi dia kembali mengatur napas agar emosinya sedikit teredam.
"Silahkan ceritakan tentang keburukanku kepada siapa pun yang kamu mau, Bang. Silahkan! Ceritakan ke seluruh dunia kalau perlu. Katakan saja kalau aku ini perempuan yang mudah digauli meski tanpa ikatan apa pun. Katakan pada semua orang dengan bangga atau pun terhina, Abanglah yang membuat Aku kehilangan keperawananku. Jangan lupa umumkan juga dengan gamblang, dugaan Abang dan Mama tentang alasan kenapa Aku meninggalkan Abang."
Kalvin memundurkan langkahnya. Bukan karena dia tidak ingin memberi dukungan atau membela Kailani. Dia justru ingin memberikan kesempatan pada istri pura-puranya itu untuk meluapkan semua yang dirasakan.
Karina langsung beranjak berdiri. Dia ingin memasang badan untuk membela Kailandra. Tetapi suaminya itu malah menyuruhnya kembali duduk. "Kamu tidak ada di masa laluku, Kar. Duduk, diam dan lihat saja yang akan aku lakukan. Setelah malam ini, aku berharap kamu berpikir lebih jernih untuk menganggap dia sebagai temanmu," tegas Kailandra.
"Soal itu sepertinya Abang tidak perlu khawatir. Mulai detik ini, saya tidak akan berdekatan dengan Karina lagi. Ada lagi yang ingin Abang sampaikan?" Suara Kailani memang bergetar karena sekuat hati menahan tangis. Namun perempuan tersebut tak gentar menghadapi sikap Kailandra yang sudah di luar batas.
"Dulu Aku tidak pernah berpikir untuk membalas perlakuan burukmu, Kai. Tapi melihat caramu menatapku seperti ini, aku ingin sekali melihatmu hancur sehancur-hancurnya. Dikhianati, kehilangan kepercayaan dan juga semua hal yang kamu miliki. Persis, seperti yang aku rasakan dulu. Seharusnya, Tuhan tidak membuat program bayi tabung berhasil. Jangankan menjadi seorang ibu, menjadi perempuan baik-baik pun kamu gagal." Kailandra mendekatkan wajahnya pada Kailani.
Dengan sigap, Kailani memundurkan badannya. "Semoga kamu tidak akan menyesal dengan apa yang sudah kamu ucapkan, Bang. Sepertinya percuma jika aku harus menjelaskan sekarang. Biarlah aku yang selalu salah di matamu. Aku hanya berharap, akan datang saatnya nanti, kamu berlutut di depanku untuk meminta maaf. Saat itu terjadi, Aku pastikan semua sudah terlambat."
Kailani memutar badannya memunggungi Kailandra. Tanpa berpamitan kepada yang lain, perempuan tersebut meninggalkan semua orang yang ada di sana.
"Kamu keterlaluan, Kai!" kalvin menunjuk Kailandra dengan menahan kemarahan, lalu dia segera menyusul langkah kaki Kailani yang begitu lebar.
Kailandra kembali merasakan mual, melihat makanan di depannya, kepalanya semakin merasa berputar-putar. "Aku mau sendiri di kamarku, jangan masuk jika Aku tidak memintamu datang."
Karina hanya bisa memandang punggung Kailandra yang berjalan semakin menjauhinya. "Sampai kapan kamu memperlakukan Aku seenaknya sendiri, Kai? Aku tidak boleh menyerah. Kamu harus menjadi milikku seutuhnya. Dan Kailani? Aku pastikan kamu sendiri yang akan menyingkirkannya dari hidupmu," batin Karina.
Sejak kejadian malam itu, Karina dan Kailani memang tidak pernah bertemu lagi. Keadaan Kailandra sendiri semakin memprihatinkan. Bahkan pria tersebut sudah seminggu ini harus dirawat di rumah sakit akibat dehidrasi berat yang dialami. Tidak ada satu pun jenis makanan yang bisa bertahan lama di dalam lambungnya untuk dicerna. Baru sampai kerongkongan saja, makanan sudah kembali dikeluarkan lewat muntahan. Parahnya lagi, Kailandra sama sekali tidak mau melihat dan didekati Karina. Baru sekelebat saja melihat, perut Kailandra langsung bergejolak lebih hebat.
Di sisi lain, Kailani yang masih beraktivitas dan bekerja seperti biasa, mulai sering mengalami kram dan nyeri perut, serta mudah merasa kelelahan akhir-akhir ini. Pekerjaannya sebagai asisten direktur pemasaran, membuat mobilitas Kailani bekerja di luar kantor lumayan tinggi.
"Kai, setelah ini kita ke rumah sakit, ya? CEO perusahaan yang sedang kita incar untuk bekerjasama sedang di rawat di rumah sakit. Dia masih teman dari bos besar, makanya kita diberitahu untuk bergerak cepat."
Kailani terpaksa mengangguk dan mengiyakan. Meski badannya sudah merasakan lelah yang tidak terbendung, sangat tidak mungkin bagi Kailani untuk menolak. Sejauh tiga bulan berjalan, masih belum ada yang mencurigai bahwa dia sedang berbadan dua. Menggunakan dres dengan size di atas ukuran sebenarnya, menjadikan perut buncit Kailani tersamarkan dengan sempurna.
Seperti yang direncanakan sebelumnya, setelah membeli buket bunga dan bubur gingseng sebagai buah tangan, Kailani dan atasannya yang bernama Koni, langsung berangkat menuju rumah sakit tempat di mana orang yang akan mereka jenguk dirawat.
Beberapa kali Kailani harus mengusap keringat dingin yang mencucuri wajahnya. Nyeri di perut yang mulai mengganggu, membuat perempuan tersebut menahan sakit dalam diam. Tiba di depan kamar presiden suite, Kailani meneguk separuh isi dari botol air mineral yang dibawanya. Sambil menunggu pintu terbuka, Kailani menyandarkan punggungnya di tembok tepat sisi kanan kusen pintu. Tangan kiri perempuan tersebut masih erat menggenggam buket bunga Anyelir.
"Kata bos besar, beliau sudah menginformasikan kalau kita akan datang. Kebetulan CEO ini juga akan menitipkan berkas penting untuk bos besar pada kita. Kalau tidak, jelas kita tidak mungkin diberi tau nomor kamarnya," jelas Koni bertepatan dengan dibukanya pintu ruangan oleh seorang perawat pria.
Setelah melakukan konfirmasi pada pasien yang berada di dalam ruangan tersebut, Kailani dan Koni pun akhirnya diijinkan masuk oleh perawat tadi. Baru melangkah beberapa meter mendekati sosok yang sedang bersandar di atas brankar yang di atur sedemikian rupa, bunga yang ada di genggaman Kailani seketika luruh---jatuh menyentuh lantai.
"Kai!" tegur Koni dengan kekesalan yang tertahan. Dia jelas tidak ingin kecerobohan Kailani kali ini, merusak citra baik yang ingin dibangun pada pertemuan pertama dengan client penting.
"Bang Kai," lirih Kailani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Mastini M. Pd
walau awalnya sempat bingung dg membedakan nama² tokoh yg awalannya K semua dan mirip².... tp akhirnya sy bs hafal/Grin/...dan yg utama adalah ceritanya keren abies.....sukses selalu dan tq Thor sdh membuat cerita yg ciamik.....
2024-08-28
1
Vie ab
maaf kan akuuuu kak othor bang kai tak baca bangkai 🤦🤣 kak kenapa nama tokoh nya pake awalan K smua? bingung euyyyy 😁
2023-04-13
1
✨️ɛ.
oh, gitu.. pantesan darah perawannya masih dimuseumkan ya, bang.. ampe 7th loh.. hihihi..
2023-01-14
0