"Sudah, Ma. Jangan buang energi Mama. Cara terbaik membalas sakit hati yang dia tinggalkan adalah menunjukkan jika kita sudah sangat bahagia dengan kehidupan kita yang sekarang. Seorang pengkhianat tidak akan pernah mengaku dirinya pengkhianat sampai dia dia merasakan dikhianati." Kailandra menyentuh lengan Kasih. Mencoba menenangkan sang mama yang sepertinya belum puas untuk meluapkan kebenciannya pada Kailani.
"Kenapa kamu membiarkan dia dekat-dekat dengan istrimu? Kai ... jangan pertaruhkan keluargamu. Cukup sekali dia membuat kita porak poranda. Tidak ada dua kali," tegas Kasih.
"Tidak akan ada dua kali, Ma. Kali ini, dia akan hancur sendiri sebelum niatnya tercapai." Kailandra menatap sinis pada wajah Kailani yang begitu sendu.
"Terserah kamu saja." Kasih menghentakkan kaki meninggalkan rumah Kailandra.
"Kar, kita periksa sendiri-sendiri saja. Dari awal, seharusnya kita memang tidak sedekat ini. Maaf aku tidak jujur padamu tentang masa lalu kami. Jika Bang Kai saja tidak menceritakan kepadamu, tentu masa lalu itu bukanlah sesuatu yang penting. Maaf, aku permisi."
Kailani hendak berbalik badan, tetapi Karina mencegahnya. "Apa pun masa lalu kalian, aku tidak peduli. Kita masing-masing sudah berkeluarga. Mari kita berdamai dengan masa lalu. Yang terpenting Kailandra sudah menjadi milikku dan mencintaiku dengan sempurna. Bukan begitu kai?"
Kailandra bukannya menanggapi Karina, pria tersebut tanpa sadar malah terus menjatuhkan pandangan matanya pada Kailani yang kini tengah menunduk. Mual dan pusing yang tadi dirasakan, benar-benar lumayan mereda.
Kalvin memberikan tatapan mata menyelidik pada Kailandra. Berperan layaknya seorang suami yang tidak terima jika istrinya ditatap sedemikian rupa oleh pria lain.
"Kai ...." Sebuah tepukan dari Karina di lengan suaminya, cukup membuat Kailandra seketika menoleh.
"Aku antar kamu periksa," cetus Kailandra.
Meski tidak berharap Kailandra mengatakan hal tersebut, tentu saja Karina tidak bisa menolak. Mereka berempat pun akhirnya berangkat menuju rumah sakit beriringan dengan mobil masing-masing. Keanehan kembali dirasakan oleh Kailandra, dia kembali merasakan mual yang tidak tertahan. Bahkan dia terpaksa menumpahkan isi perutnya pada kantong plastik.
Karena sudah terlanjur ikut dan untuk menjaga gengsinya, Kailandra terpaksa tetap turun dari mobilnya begitu mobil yang ditumpangi berhenti di depan lobby. Lagi dan lagi, ketika melihat Kailani, rasa tidak nyaman yang terus membuat tenggorokannya serasa penuh perlahan mereda. Tentu saja, Kailandra tidak menyadari mengapa hal itu bisa terjadi.
Dengan kepintaran Karina bersilat lidah, Kailandra tidak ikut masuk ke dalam ruang periksa. Begitu pun dengan Kalvin. Kedua pria tersebut menunggu di luar.
"Ada masa lalu apa antara kamu dan istriku?" Kalvin bertanya pada Kailandra yang terus memijat pelipis kepalanya yang kembali merasakan pusing disertai mual.
"Kenapa kamu tidak bertanya pada istrimu saja?" Kailandra malah balik bertanya.
"Kailani bukan perempuan yang banyak bicara. Aku yakin kamu tau itu. Dia perempuan yang sangat unik."
"Jika dia tidak banyak bicara denganmu, artinya dia belum merasa kamu adalah orang terdekatnya. Pernikahan macam apa yang kalian jalani?" Sinis Kailandra.
"Pernikahan apa pun itu, kami sudah sejauh ini. Aku hanya ingin memastikan, masa lalu kalian tidak mengancam keutuhan kami," tegas Kalvin.
"Jelas tidak! Aku sama sekali tidak tertarik dengan seorang pengkhianat. Kalian sungguh pasangan yang tepat. Dua pengkhianat bersatu, tunggu waktu saja siapa yang akan berkhianat lagi selanjutnya."
"Kai, berhenti mengatakan aku pengkhianat. Situasi yang kita alami saat itu berbeda. Apa yang aku lakukan, murni perintah atasan kita. Bukan mauku memecatmu. Atasan kita tau kamu sedang menangani projek yang sangat besar. Dia takut posisinya tergeser karena kamu terlihat sangat kompeten meskipun masih baru di perusahaan."
Kailandra bangkit dari duduknya. "Dan setelah kejadian itu, Kamu di mana? Saat aku terlempar ke jalanan. Di negeri orang aku tidak punya tempat tinggal dan pendapatan. Apa kamu berusaha mencariku? Apa perlu aku ingatkan apa yang sudah aku lakukan untukmu, Vin?"
Kalvin terdiam. Bersamaan dengan itu Karina dan Kailani keluar dari ruang periksa. Membuat Kailandra dan Kalvin tidak melanjutkan lagi perdebatan mereka.
"Kita mampir makan dulu, yuk! Tiba-tiba aku kepengen makan bubur hangat. Sepertinya enak." Karina dengan manja mengusap-usap sendiri perutnya yang buncit karena akhir-akhir ini sengaja menambah porsi makannya.
"Maaf, sepertinya saya tidak bisa ikut." Kailani menolak dengan halus karena teringat dengan Keiko yang menunggunya di rumah.
Karina tidak bisa memaksa. Meski sebenarnya dia ingin sekali melihat Kailandra bersikap dan berucap sinis pada Kailani. Semakin ke sini, bukannya rasa terimakasih yang diberikan, Karina malah semakin ingin membuat Kailani menjadi sosok perempuan yang buruk di mata Kailandra.
Mereka pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Saat di dalam lift menuju lobby, tidak sengaja lengan Kailani menyenggol lengan Kailandra. Bukannya marah seperti biasa, pria tersebut malah diam saja. Membuat Karina yang sudah menunggu umpatan kasar keluar dari mulut sang suami harus menelan kekecewaan.
"Ada yang tidak benar, kenapa aku merasa tenang dan nyaman saat ada dia. Hamil simpatik macam apa ini? Seharusnya aku makin mual saat melihat wajah sok polosnya," keluh Kailandra dalam hati.
"Mau membelikan Keiko makanan dulu? Atau mau mainan?"
Pertanyaan Kalvin itu terdengar hanya basa basi bagi Kailani. Begitupun bagi Karina dan Kailandra yang kebetulan ikut mendengar. Karena pria tersebut bertanya saat mereka keluar dari pintu lift.
"Tidak usah, nanti kebiasaan," tolak Kailani, bertahan dengan sikapnya yang acuh.
Kailandra tersenyum mendengar jawaban Kailani---merasa puas melihat Kalvin ditolak. Sedingin-dinginnya pernikahannya dengan Karina, pernikahan Kailani dan Kalvin jelas terlihat lebih tidak normal.
"Kamu masih bekerja, Kai?"
pertanyaan Karina menghentikan langkah Kailani. Membuat perempuan tersebut berbalik badan. "Masih," jawabnya.
Kailandra mengernyitkan keningnya. "Kerja?" gumamnya.
Tentu saja pria tersebut heran. Pernikahan Kailani dengan Kenzo saja seharusnya sudah cukup membuat perempuan tersebut hidup enak. Meskipun bercerai, tentu ada harta gono gini yang diberikan. Ditambah lagi sekarang dia menikahi seorang Kalvin. Pria mapan yang tentunya bisa memberikan apa saja yang Kailani mau tanpa harus bersusah payah.
"Dasar perempuan ambisius. Pasti masih ada tujuan yang akan diraihnya. Mana ada kata cukup untuk perempuan matrealistis seperti dia," umpat Kailandra dalam hati.
"Kai bekerja untuk mengurangi rasa jenuh saja. Aku sudah menawarkan agar dia membuka usaha sendiri. Tapi Kai tidak mau. Andai belanja barang branded adalah hobinya, aku pasti akan menjadi pria paling beruntung di dunia. Sayangnya tidak. Aku harus berjuang agar merasa dibutuhkan."
Entah apa yang terlintas dibenak Kalvin saat mengatakan hal tersebut. Yang jelas, kali ini dia merasa tergerak untuk membantu Kailani yang terus memilih diam biar pun Karina terus berusaha menyudutkannya.
Tidak ada yang bereaksi pada ucapan Kalvin. Semuanya lalu kompak melanjutkan langkah mereka mendekati mobil yang sudah menunggu di beranda lobby.
"Besok malam, aku ingin mengundang kalian makan malam di rumah," ucap Kailandra sebelum mereka masuk ke dalam mobil masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
siccasiccasic
Kasian juga ya ngab liat cewe baik² disudutkan. Jiwa laki²nya gak terima walopun cuman suami bo'ongan.
2023-01-02
0
𝕾𝖆𝖒𝖟𝖆𝖍𝖎𝖗
Asek dpt undangan
2022-12-19
0
Dayat 🎧🎤
udah g usah pake acara ngundang2 segala. ntar rusuh lagi
2022-12-18
0