"Dunia tidak cukup lebar untuk menyembunyikan cerminan diri sebagai jodoh kita. Pria baik akan berjodoh dengan perempuan baik-baik. Sebaliknya, perempuan pengkhianat akan bertemu pria yang akan mengkhianatinya juga." Kailandra langsung membalas ucapan Kalvin dengan sinis. Tatapannya seperti biasa, melirik Kailani penuh dendam dan kebencian.
"Kamu benar. Aku tidak salah memilih Kailani sebagai jodohku. Dia perempuan yang sangat sabar dan lembut." Kalvin memberikan pujian yang terdengar memuakkan di telinga Kailani.
"Kebetulan yang luar biasa. Semoga program bayi tabung kita berhasil ya, Kai. Pasti menyenangkan kalau kita bisa ketemu terus saat periksa nanti. Biar calon bapak-bapak yang ternyata saling kenal ini juga lebih mengakrabkan diri nanti," ucap Karina begitu bersemangat.
Kailani sepertinya terlalu lelah. Hanya senyuman tipis yang sedikit dipaksakan menjadi jawaban atas segala ucapan yang dilontarkan orang-orang tadi. Sungguh, saat ini dia benar-benar ingin sendirian.
"Sudah berpamitan, kan? Ayo, kita pulang! Kamu harus banyak istirahat. Meski tubuhmu tidak lemah, Aku tidak mau sampai terjadi apa-apa sama kamu. Mulai hari ini, kamu adalah ratu. Aku akan memperlakukanmu sesuai dengan keinginanmu."
Ucapan Kailandra yang di luar dugaan, membuat mata Karina seketika berbinar kegirangan. Sungguh dia sama sekali tidak menduga, Kailandra yang biasanya sangat tidak perhatian---bisa megatakan kalimat semanis itu.
Kailani menarik napas dalam. Perempuan tersebut berusaha terus mengunci rapat bibirnya agar tidak ikut berkata-kata yang penuh dusta dan jauh dari fakta. Cukup Kailani memberikan senyuman tipis sebagai bentuk masih menghargai mereka semua.
Sudah puas dengan sikap Kailandra, Karina pun mengajak sang suami untuk meninggalkan ruangan Kailani. Suster yang tadi pun ikut keluar dari sana. Tinggallah Kalvin dan Kailani berduaan di dalam ruang rawat inap.
"Sudah tidak ada siapa-siapa di sini. Silahkan pulang. Saya tidak biasa berada berdua saja bersama orang asing." Kailani mengatakannya tanpa melihat ke arah Kalvin yang sudah duduk santai di sofa.
"Seharusnya kita gunakan kesempatan ini untuk saling mengenal, Kai. Sembilan bulan bukan waktu yang sebentar untuk kita berpura-pura menjadi pasangan. Akan sangat aneh, kalau kita sama-sama asing begini. Semua orang pasti meragukan status kita." Kalvin meletakkan ponselnya di atas meja. Menghampiri Kailani yang berbaring miring ke sisi kanan.
"Aku sama sekali tidak peduli dengan anggapan orang lain," sahut Kailani, seketus biasa.
"Kai, kamu punya anak perempuan, bukan? Kalau orang lain tau kamu hamil tanpa status pernikahan bagaimana? Kalau mereka ngomongin kamu terus anakmu denger bagaimana? Perutmu akan terus membesar. Bagaimana bisa kamu menyembunyikan kehamilan seperti menyembunyikan jerawat?"
Kailani memberanikan diri membalas tatapan nakal Kalvin yang seakan menggodanya dengan tatapannya yang tajam dan dingin. "Itu resikoku. Sama sekali tidak akan merugikanmu. Aku seorang ibu yang bisa melakukan apa saja untuk melindungi anakku. Siapapun kamu, dan ada hubungan apa antara kamu, Kailandra dan Karina, sama sekali aku tidak ingin terlibat. Cukup berpura-pura baik jika kita sedang bersama mereka."
Kalvin menarik senyuman yang sulit untuk diartikan. Pandangannya semakin jatuh menelisik Kailani dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Dalam hati, pria tersebut mengakui segala yang terlihat di depan matanya memang sangatlah menarik. Namun, sepertinya tugas yang diberikan Karina kali ini bukanlah tugas yang mudah. Jelas Kailani bukanlah perempuan yang mudah untuk digoda, apalagi didekati.
"Masih mengerti bahasaku, kan? Silahkan tinggalkan aku sendirian!" usir Kailani sekali lagi.
"Oke, Kai. Jangan terlalu membenciku sebelum kamu mengenal siapa aku." Kalvin berbalik badan, mengambil ponsel lalu melangkah keluar seperti apa yang diminta oleh Kailani.
Sejak hari itu, tidak ada pertemuan yang terjadi antara Kailani dan Karina. Keduanya bahkan tidak bertukar kabar. Tentang perkembangan kondisi Kailani, Karina seakan tidak peduli. Istri Kailandra itu memang sudah mempercayakan semua pada Kenes---asisten rumah tangga yang sengaja ditempatkan di rumah Kailani untuk membantu segala keperluan Kailani agar tidak terlalu capek secara fisik. Bahkan Kailani terpaksa berhenti kerja sementara selama proses bayi tabung. Untung saja perusahaan memberikan kebijakan khusus akan menerimanya kembali jika Kailani ingin kembali bekerja.
"Bu, nanti kata Bu Karina sudah waktunya ke dokter lagi. Ada Pak Kalvin yang akan menjemput Ibu." Kenes menyampaikan pesan untuk Kailani dengan sopan.
"Jam berapa, Nes?" tanya Kailani yang sama sekali tidak mengira jika hari ini sudah terhitung dua minggu dari proses embrio transfer yang sudah dia lakukan. Sudah waktunya bagi mereka untuk melihat apakah embrio menempel sempurna atau kah tidak dirahimnya.
"Pukul lima sore, Bu."
Kailani melihat jam dinding di ruang tengah rumahnya. Bukan masalah waktu masih menyisakan tiga jam lagi. Hanya saja, tepat di waktu itu, Keiko juga akan pulang. Mereka akan bersama lagi setelah terpisah cukup lama karena Kailani tidak ingin sampai Keiko curiga dengan aktivitas yang dilakukannya selama proses bayi tabung.
Kailani mencoba menghubungi Karina, meminta perempuan tersebut atau Kalvin, agar menunggunya saja di rumah sakit. Namun, Karina tidak sekali pun membalas pesan atau pun teleponnya. Saat Kailani meminta Kenes yang menghubungi, juga tetap tidak ada respon dari Karina.
Hingga tiga puluh menit sebelum waktu yang dijanjikan, Kalvin sudah berada di teras rumah Kailani untuk menjemput perempuan tersebut. Kekhawatiran jelas terlihat di wajah Kailani. Sebelumnya, tidak pernah ada teman prianya yang datang dan berkenalan dengan Keiko.
Takdir sepertinya memang sedang bermain-main dengan Kailani. Belum juga perempuan tersebut menemukan jalan keluar agar Keiko tidak bertemu dengan Kalvin, bocah perempuan berwajah cantik menggemaskan dan sangat ia rindukan itu sudah menunjukkan kedatangannya dengan sebuah teriakan khas memanggil sang bunda. Dengan langkah yang tidak secepat biasanya, Kailani buru-buru keluar rumah.
"Bunda," Keiko langsung memeluk pinggul Kailani.
"Bunda kangen sekali sama Kei." Kailani membungkukkan badan untuk menciumi pipi gembul putrinya bertubi-tubi.
Kenzo yang kebetulan datang tidak bersama Keira terus memandangi Kalvin yang tampak acuh dengan kedatangannya. Bukannya menyapa, Kalvin malah lebih fokus memperhatikan interaksi antara Kailani dan Keiko.
"Bunda tumben tidak memakai daster. Bunda juga pakai lipstik. Bunda mau kemana?" Keiko bertanya sambil melepaskan tangannya dari pinggul Kailani. Gadis cilik itu rupanya juga baru menyadari adanya kehadiran sosok asing dirumahnya.
"Bunda, Bapak ini siapa?" Keiko kembali bertanya.
Kalvin melebarkan senyumnya. Pria tersebut melangkahkan kakinya untuk mendekati Keiko. Kemudian dia sedikit membungkuk dan mengulurkan tangan kanannya. "Panggil saja Om Kalvin. Om ini temannya Bunda Kailani."
Keiko membalas ukuran tangan Kalvin tanpa mencium punggung tangan pria tersebut. "Keiko," ucapnya.
Kenzo mengalihkan perhatiannya pada Kailani yang tampak gelisah. Meski hanya sebentar mereka hidup bersama, dia tidak buta untuk sekedar bisa menyadari hal tersebut.
"Kai, maaf aku tidak memberi tau dulu kalau aku mengantar Keiko lebih awal. Keira ada janji sama dokter nanti malam. Aku harus anter dia. Aku langsung pulang, ya." Kenzo membuka obrolan untuk mengalihkan kecemasan Kailani.
"Keira sakit?" tanya Kailani.
"Bukan... Kei dan Ken mau punya adik." Mata Kenzo berbinar-binar saat mengatakannya.
Kailani menggigit bibir bawahnya sendiri. Andai dia hamil, itu artinya Keiko juga akan mendapatkan adik darinya. Tetapi kehamilannya jelas berbeda. Kailani melirik Keiko yang tampak sudah akrab berbincang dengan Kalvin.
Kenzo menjeda keakraban itu untuk berpamitan pada Keiko. Tinggallah kini Kailani semakin dilanda dilema. Baru saja bertemu, tidak mungkin meninggalkan Keiko begitu saja di rumah bersama Kenes. Dengan segala pertimbangan dan juga sedikit ide dari Kalvin, akhirnya Keiko dan Kenes turut serta bersama Kailani.
Dengan sedikit pengertian dan kebohongan tentunya, Kailani akhirnya bisa datang ke rumah sakit tepat pada waktu yang ditentukan. Kalvin hanya mengantar sampai di lobby saja, karena dia menjanjikan Keiko untuk bermain di wahana permainan di sebuah pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari rumah sakit. Dibantu Kenes, Kalvin akan membantu Kailani menjaga Keiko. Sungguh sesempurna rencana Karina yang memang menginginkan Kalvin hanya mengantar Kailani sampai di lobby saja.
"Sendirian saja, Kai? Ini moment penting, loh. Suamimu sebenarnya pengen anak atau enggak sih? Sampai saat ini, Kamu kayak berjuang sendiri." Karina langsung menyambut kedatangan Kailani dengan kata-kata pedasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Niè
ceritane apik thor...tapi aku binggung moco jenenge....kwalik2.....malah mumet akune....
2023-05-10
1
✨️ɛ.
itu Pak RT, Kei.. nagih iuran warga.. 🤭
2023-01-14
0
siccasiccasic
Sampe asisten²nya juga awalan namanya K, wkwkwk
2023-01-02
1