Kembali ke Masa Sekarang.
Rio tampak gugup dengan situasi seperti ini. Sedangkan itu Santi malah bergembira dengan pernyataannya.
"Ya, kamu benar. Selamat, kamu akan menjadi seorang Ayah!"
Rio tampak kebingungan dengan perubahan alur cerita ini.
Seharusnya bukan seperti ini. Dia bahkan tidak merasa pernah untuk melakukan hubungan lebih jauh kepada Santi, tetapi kenapa dia bisa hamil?
Tidak. Mungkin ada yang salah dengan dunia ini, pikir Rio.
Dia mencoba bersikap tenang dan mencoba mencairkan keadaan.
"Kamu tenanglah. Rahasiakan ini kepada teman-teman lainnya." Rio dengan berbisik kepada Santi.
"Ah, ya. Aku akan merahasiakan ini dari teman sekelas. Tapi bagaimana dengan orang tuaku? Mereka sudah mengetahui ini dan aku disuruh mengajakmu bertemu dengan mereka di rumah." Tanya Santi.
"Untuk masalah itu kita akan bicarakan nanti setelah sepulang sekolah. Kamu tetaplah duduk di sini dan pakai kalung ini."
Rio merogoh kantongnya dan memberikan sebuah kalung merah delima kepada Santi.
Kalung itu sama dengan kalung yang dia berikan kepada adiknya.
"Ah, kalung ini terlihat cantik! Aku menyukainya." Jawab Santi sambil mengambil kalung itu dengan perasaan senang.
"Bisakah kamu memakaikan kalung ini kepadaku, Ayah?" Tanya Santi.
"Baiklah... Tolong pegang rambutmu ke atas." Santi mengikuti instruksi yang diberikan oleh Rio dan Rio mulai memasangkan kalung itu kepada Santi.
Setelah selesai memasangkan kalung, Santi memeluk lengan Rio dengan perasan senang.
Sedangkan itu Rio hanya diam ketika dirinya di peluk. Bahkan dia tidak berekspresi sedikitpun.
Bel sekolah berbunyi, yang artinya kelas pertama telah di mulai.
Semua siswa kembali duduk di tempatnya masing-masing, dan jam pertama segera di mulai.
Pukul 15:05 Setelah Sepulang Sekolah.
Semua murid telah pergi kembali ke rumahnya masing-masing.
Rio dan Santi sedang berada di perjalanan pulang.
Rumah Santi terletak tidak jauh dari sekolah. Jadi dia hanya berjalan untuk berangkat dan pulang sekolah.
Bagaimanapun juga Rio khawatir dengan keadaan kandungannya Santi.
Dia berjalan bolak balik ketika sedang hamil.
Kekhawatiran itu adalah hal yang lumrah bagi seorang calon ayah.
Mereka berdua mengobrol di sepanjang perjalanan dan tidak terasa telah sampai di kediaman rumah Santi.
Rumahnya yang cukup besar, ada halaman dan garasi di samping rumahnya.
Kolam ikan dan juga taman di depan rumahnya. Sekali lihat juga keluarga Santi pasti adalah keluarga terkemuka.
Mereka berdua memasuki area dalam rumah.
Benar saja, area dalamnya yang cukup luas.
Dari sini Rio bisa melihat ruang tamu yang cukup besar. 2 anak tangga yang terlihat dari samping kanan dan kiri dari tempat dirinya berada.
Seseorang tengah mengawasi mereka berdua dari atas lantai 2 .
Orang itu turun mengenakan tangga sebelah kiri lalu melangkah menuju Rio.
"Kamukah yang bernama Rio?" Tanya ayahnya Santi.
"Iya benar. Saya adalah Rio, paman."
"Aku memuji keberanianmu karena telah berani datang ke tempat ini."
"Papah! Berhenti untuk mengganggu Rio!" Ucap Santi untuk mengalihkan percakapan.
"Rio, Ayo ke sini!" Santi menarik tangan Rio dan membawanya ke lantai atas.
Melewati tangga, mereka berdua berjalan menuju ke arah sebelah kiri. Disana terdapat banyak ruangan berbeda.
Yah, begitulah orang kaya, hal ini sama sekali tidak cukup menakjubkan bagi Rio. Dia bahkan tidak memasang ekspresi sama sekali setelah memasuki rumah ini.
Bahkan baginya, rumah ini tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan rumah yang di milikinya di dunia lain.
Luasnya bisa mencapai 100 x lipat dari luas rumah ini.
Dan juga dengan para pelayan yang begitu banyaknya, tempat ini tidak layak untuk di panggil dengan kata indah.
Santi menarik lengan Rio dan berjalan menuntunnya menuju kamarnya.
Disana terdapat pintu berwarna pink dengan hiasan stiker bergambar hello Kity.
Dengan sekali lihat saja Rio sudah mengetahui kalau itu adalah kamarnya Santi.
Santi membawa Rio memasuki ke dalam kamarnya, lalu mengunci pintu kamar agar tidak di dengar oleh siapapun dari luar.
"Dengar ya sayang! Kamu jangan merasa begitu gugup ketika bertemu dengan papah. Bisakah kamu memasang ekspresi senyum ketika berhadapan dengannya?"
"Ah, itu tampaknya tidak bisa. Aku dari dulu sudah seperti ini. Aku sudah tidak tahu bagaimana caranya untuk tersenyum." Balas Rio.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan mengajarimu. Kamu hanya perlu untuk melebarkan mulutmu. Seperti ini..." Santi menginstruksikan dan mencontohkannya.
"Seperti ini?" Tanya Rio.
Senyuman Rio tampak tidak seperti tersenyum. Cukup aneh di lihat bagi Santi.
"Bukan seperti itu, tapi seperti ini. Kamu hanya perlu melebarkan mulutmu." Santi yang menginstruksikan memegang pipi Rio menuju atas mata.
"Ah, sepertinya itu mustahil jika tidak kamu melakukannya sendiri. Nanti kita akan belajar secara perlahan."
"Iya." Balas Rio.
"Kalau begitu mari kita bertemu dengan papah. Sepertinya dia telah menunggu kita di ruang keluarga."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Abbie Jard
terus guna nya jadi dewa buat apa.kan bisa liat sebelum kejadian nya.apa otak nya tidak di pakai.tau nya cuma hari dimana zombi akan datang doang.pe'a
2024-11-30
1
Yedu BengBeng😎
terlalu naif mc nya, kembali ke masa lalu kan? lvl max semua kan? masa kepribadian nya ampas gitu ga logis banget
2023-06-09
2
LO AUTHORNYA GW JURINYA
naif bngt mcnya udh di khianati malah baik ke si cewe mentang mentang ada bayi skip dah malas baca novel naif
2022-10-27
5