Chapter 20 Bertemu dengan manusia

5 menit telah berlalu, Rio kini telah sampai di jalan raya.

Dia mengambil arah berbelok ke kiri untuk menuju kediaman Santi.

Tepat setelah dia di setengah perjalanan, saat ini Rio tengah melewati sebuah rumah sakit umum. Terdapat kali di depannya.

Mobil-mobil yang tidak beraturan dan dedaunan dan sampah-sampah di mana-mana, semuanya terkumpul di bahu jalan dan di sekitar rumah sakit.

Dia bahkan menghiraukannya, dan melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya di pertigaan lampu merah, Rio yang tampak tenang, kini sedang melakukan sesuatu.

{[Live Detection] Aktifkan!}

Semuanya terlihat jelas setelah Rio mengucapkan salah satu skill di dalam hatinya.

Skill itu dapat digunakan untuk mendeteksi musuh dan melihat sumber kehidupan di area sekitar.

"Dengan jarak sedekat ini aku tidak melihat zombie dengan berlevel tinggi. Mungkin itu karena aura intimidasi ku."

Ya, bagaimana tidak? Semua makhluk yang bisa merasakan auranya yang begitu besar pasti akan menjauhinya. Kecuali jika itu adalah zombie biasa dengan level satu, karena zombie dengan level satu tidak memiliki akal dan hanya mencari makanan melewati nalurinya.

Mereka akan melihat manusia sebagai makanannya dan tidak peduli apa dia kuat atau tidak, dia akan mengejar sampai mendapatkannya.

"Hmm... Aku melihat sumber kehidupan dari arah depan sana." Sambil menujuk ke arah depan.

Karena arahnya sejalur dengan kediaman Santi, jadi Rio berjalan menuju sumber kehidupan itu.

Dia kini berhenti melangkah setelah menyelesaikan 4 langkah dari tempatnya berada.

"Aku harus menghilangkan aura intimidasi ku ini. Jika tidak mereka pasti akan menganggapku sebagai monster atau sejenis lainnya."

[Intimidation Aura] (aura intimidasi) Nonaktifkan!

Setelah dia mengucapkan kata-kata itu, aura hitam yang melekat di tubuh Rio menghilang dalam sekejab.

"Begini sudah bagus." Kini Rio melanjutkan perjalanan menuju sumber kehidupan itu.

Sumber kehidupan itu ada di dalam rumah yang luarnya dilapisi oleh pagar.

Rumah itu tampaknya tertutup dan tidak ada zombie di sekitarnya.

Terdapat 2 orang wanita yang berada di dalam rumah tersebut.

Salah satu diantara mereka sedang berjaga di dalam pintu rumah dengan memegang sebuah pisau di lengannya.

Dan yang satunya lagi sedang berada di dapur.

Keduanya adalah keturunan Tionghoa.

Mereka berdua beruntung karena masih dapat hidup di tengah bencana ini.

"Eh, hujan?" Tiba-tiba cuaca berubah seketika menjadi mendung dan turun hujan.

"Lebih baik aku mencari tempat untuk meneduh dulu..."

Rio yang berada di depan pagar rumah kedua wanita itu, kini ingin segera masuk ke dalam rumah untuk meneduh.

"Permisi... Bisakah aku masuk?" Tanya Rio kepada kedua wanita yang ada di dalam rumah sambil memencet bel pagar.

Tidak ada jawaban dari dalam.... Keheningan seketika setelah tidak ada suara dari dalam rumah.

"Apakah ada orang di dalam?" Rio sambil melihat sekitar rumah.

"Tidak ada reaksi. Ini aneh... Bukankah dia ada di situ?" Rio menunjuk ke arah hordeng pintu rumah. Di sana terdapat seorang wanita yang sedang mengumpat di balik hordeng. "Ah, mungkin mereka waspada terhadapku. Sudah hal biasa untuk waspada kepada orang yang tidak dikenal di hari Kiamat ini."

Setelah dia selesai mengucapkan katanya, tiba-tiba hordeng dalam rumah bergerak. Seseorang sedang mengintip dari balik hordeng itu.

Wanita itu melihat ke arah luar. Seorang pria sedang menatap ke arah dirinya sambil menyapa dengan tangannya. "Halo..."

Wanita itu kembali menutup tirai hordeng itu.

"Kenapa kamu menutupnya lagi? Bukankah kamu sudah melihatku tadi?" "Permisi... Bisakah kamu membukakan pintunya?" Tanya Rio kepada wanita itu.

Sedangkan wanita yang berada di ruang tamu itu berlari ke arah dapur lalu kembali dengan membawa wanita lainnya menuju ruang tamu.

Mereka berdua kembali mengintip tirai hordeng itu.

Rio membalas sama untuk yang kedua kalinya.

Kedua wanita itu terkejut dan kembali menutup tirai hordengnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***