"Kakak, biarkan bibi Sinta masuk. Tolong biarkan dia masuk!" Ucap Rani sambil memegang lengan kakaknya.
Rio bahkan tidak memperdulikan seorang wanita yang berada di depannya, tetapi dia mulai mengizinkan orang itu masuk ketika dia melihat seorang gadis kecil yang menangis.
"Baiklah! Kau boleh masuk!"
Penghalang itu tertembus. Kini Sinta bisa memasuki penghalang dengan aman.
Sedangkan para zombie yang mengejar, mulai menggedor-gedor penghalang dengan cara menabrakan tubuhnya.
Bagaimanapun juga, dia tidak tega melihat gadis kecil menjadi zombie. Gadis kecil itu mengingatkan Rio dengan masa kecil Rani.
Sinta yang sudah sampai berpijak ke halaman rumah, terengah-engah dengan ketakutan.
Dirinya terkejut melihat ke arah belakangnya.
Para zombie tidak bisa memasuki penghalang ini.
Setelah Sinta merasa situasi telah aman, dia menurunkan putri kecilnya yang masih menangis dan mencoba menenangkannya.
Rio berjalan ke arahnya.
"Siapa namamu gadis kecil?" Tanya Rio pada gadis kecil sambil mengelus kepalanya.
"Namaku Marsya Kakak." Balas gadis kecil itu dengan ketakutan sambil mengucek-ucek matanya. "Tapi..., Tapi.... Ayah...."
"Ayahmu kenapa?" Tanya Rio kepada gadis kecil itu.
Sedangkan itu Marsya masih menangis dan tidak menjawab pertanyaannya.
Setelah itu Rio mencoba berbicara kepada ibunya.
"Bisakah kamu menjelaskan apa yang terjadi?..." Tanya Rio kepada Sinta.
Sinta mengangguk, dan....
Kediaman Rumah Rio. Dalam Rumah.
Sinta menceritakan apa yang terjadi pada dirinya selama berada di rumah.
Semua penghuni rumah sedang tertidur.
Tiba-tiba ada seseorang yang mendobrak-dobrak pintu rumahnya.
Suami Sinta terbangun termasuk dirinya.
Sinta mencurigai kalau itu adalah perbuatan pencuri, jadi dia memberitahukan suaminya itu untuk mengambil sesuatu sebagai senjata untuk mengusir pencuri itu.
Suami Sinta berjalan perlahan menuju pintu rumah dengan membawa sebuah pemukul bisbol dipegang dengan erat di kedua tangannya.
Sedangkan itu istrinya mengikutinya dari belakang dan mengintip dari pintu kamarnya.
Untuk memastikan apakah itu pencuri atau bukan, suaminya menyentuh pintu dengan menggunakan kupingnya.
Dari situ dia bisa mendengar suara seseorang dari luar pintu rumahnya.
Setelah keadaan sudah siap bersiaga, suaminya memegang pegangan pintu di lengan kirinya, sedangkan lengan satunya memegang tongkat bisbol.
Setelah dia membuka pintu itu perlahan, niatnya adalah bersiap memukul pencuri itu dengan tongkat bisbolnya, tetapi dia tampak tidak menemukan orang yang mengendorkan pintunya.
Dia maju keluar pintu dan melihat ke arah kiri dan kanan di sekitar rumahnya dari dirinya berdiri. Tampak tidak ada siapapun di sana.
Karena dia sudah yakin tidak ada siapapun di sana, suaminya kembali ke rumahnya dan ingin menutup pintunya.
Tetapi, tiba-tiba seseorang yang tidak tahu datangnya darimana, menggigit lengannya.
Sontak Suaminya kaget dan mengibaskan tangannya untuk lepas dari gigitan itu.
Zombie itu terlepas dari gigitan dan terjatuh tersungkur ke lantai.
Darah-darah bekas gigitan di lengannya mengecer di lantai.
Sinta berteriak histeris setelah melihat kondisi itu.
Setelah itu, suaminya menggenggam tongkat yang di pegang tangan kanannya, dan mengganti mengeganggam tongkat itu dengan kedua tangannya.
Lalu suaminya memukul orang itu keluar dari pintu rumahnya dan segera menutup pintu itu dengan rapat.
Sayangnya, setelah mendengar teriakan istrinya yang cukup keras dan juga bau darah, tiba-tiba para zombie berdatangan menuju rumahnya dan masuk menggunakan jendela rumahnya.
Sinta berlari ketakutan sambil menuju kamar putrinya.
Disana ada putrinya yang sedang tertidur di kasurnya. Sinta mengangkat putrinya dan menggendong dia untuk segera pergi mencari pertolongan.
Setalah dia berlari menuju ruang tamu, tampak suaminya sedang menahan segerombolan zombie itu dengan tangannya dan segera menyuruh dia dan putrinya untuk lari.
Putrinya yang sedang tertidur itu terbangun dan melihat ayahnya, ia berteriak dan menangis ketakutan.
Sinta berlari meninggalkan suaminya dan pada akhirnya sampai ke tempat ini.
Begitulah cerita yang di jelaskan oleh Sinta kepada Rio dan juga kepada semua orang yang berada di ruangan ini.
Bagaimanapun juga, bencana zombie terjadi saat tengah malam. Yang dimana semua orang tengah tertidur pulas di rumahnya.
Sinta menangis setelah menceritakan cerita tentang dirinya. Sedangkan itu Rio bangkit dari sofa dan pergi menuju arah Marsya yang sedang menangis tanpa mengeluarkan suara.
Dia mengelapkan air mata itu menggunakan jari manisnya, dan....
"Kau sudah aman saat ini. Jadi kamu tidak perlu untuk menderita lagi." Ucap Rio kepada Sinta selagi dia mengelap air mata Marsya.
"Kau adalah gadis yang baik Marsya. Dimasa depan nanti, kau pasti akan tumbuh menjadi gadis yang kuat. Untuk dari itu, kamu tidak perlu menangis..." Ucap Rio kepada Marsya.
"Iya kak." Balas Marsya.
Dia kembali berdiri di posisinya dan menghadap ke semua orang yang berada di ruangan.
Semua orang berfokus ke arahnya.
"Kalian semua sudah mendengarnya sendiri cerita yang di alami oleh Sinta ini... Para zombie adalah musuh terbesar dari umat manusia. Dan mencoba untuk melawannya adalah keputusan paling bodoh yang pernah kalian lakukan. Untuk itu, selama bencana zombie melanda, kalian semua akan tetap aman jika berada di rumah ini. Tetapi.., rumah ini memiliki peraturannya tersendiri. Dan yang membuat peraturannya adalah diriku. Jadi, siapapun yang tidak mendengarkan perintahku, lebih baik keluar dari rumah ini. Apakah kalian mengerti?"
Semua orang mengangguk ketakutan mendengar nada lantang yang di ucapkan Rio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Muhammad Mk
😭/Sob/
2024-03-26
0
Frozenheart
ceritanya bernuansa Indonesia, tapi ada org yg pegang tongkat bisbol? itu nuansa barat
2023-07-10
0
GRAVITY 000
merepotkan, jika aku jadi Rio, ku keluarkan para beban itu lalu ambil yg bagusnya aja
2023-04-11
1