CHAPTER 15

...***...

Yahoooo Reader_sama.

Thanks ya, udah mau baca ceritanya.

Wokeh tanpa banyak bacod!!!.

Rettsu baca!!!.

Tiga hari kemudian.

Hum?. Bagaimana mungkin tiga hari kemudian?. Apakah tidak salah telah melewatkan hari begitu saja?. Apakah tidak ada kejadian setelah mereka berusaha untuk keluar dan kabur dari sana hingga kisah ini berlanjut tiga hari kemudian?. Apakah pelarian mereka tidak berhasil dan tertangkap?. Sehingga tiga hari kemudian dalam narasi kisah ini?. Simak dengan baik kisah ini.

Sesak, rasanya sangat sesak. Kenapa ia masih gagal melindungi orang-orang yang membutuhkan bantuan darinya?. Apa yang salah sebenarnya?. Mengapa ia merasa gagal kali ini?. Tidak bolehkah ia melakukan kebaikan pada seseorang?. Hatinya sangat sesak, hampir saja ia lupa cara bernafas dengan benar karena perasaan sedih dan kecewa pada dirinya sendiri. Renn sedang menemui seseorang yang mungkin bisa menenangkan pikirannya saat ini. Sungguh hatinya sangat hancur berantakan setelah kejadian itu.

"Aku tahu kau masih bersedih, renn kun." Seorang lelaki yang sudah terlihat tua menepuk pundak Renn. Lelaki yang menolong masa lalu Renn dari ketidaktahuan tentang jati dirinya. Sampai sekarang lelaki itu masih terus memberi semangat hidup pada Renn agar tidak berputus asa menjalani kehidupan ini. "Kita hanyalah manusia biasa yang sudah berusaha dengan sekuat tenaga, tapi Tuhan tetap maha penentu atas nasib seseorang." Lanjutnya lagi, ia tahu bagaimana rasa sedih yang dirasakan oleh Renn. "Karena itulah kau harus kuat menerima apapun yang telah ditakdirkan oleh Tuhan." Ia terus berusaha untuk menguatkan Renn. "Begitu juga denganmu, usahamu. Namun sepertinya takdir berkata lain." Lelaki itu tentunya memahami kesedihan yang dirasakan oleh Renn. Bagaimana perasaan Renn yang tidak bisa menyelamatkan seseorang.

"Tapi kasamatsu san, padahal tinggal sedikit lagi kami-" Renn berusaha menahan tangisnya mengingat kejadian itu. "Aku harusnya bisa menyelamatkannya. Tapi aku hanya memberikannya harapan yang tidak berguna sama sekali, yang pada akhirnya hanya membawanya pada kematian." Renn tidak sanggup membayangkan bagaimana keadaan pada saat itu.

Rasanya Renn sangat menyesal atas ketidakberdayaan pada waktu itu. Andai saja ia bisa bergerak lebih cepat, pasti ia berhasil menyelamatkan Shiro Ai dari nasib yang lebih malang.

"Aku tidak akan pernah memaafkan mereka. Mereka harus bertanggung atas kematian ai san. Tidak seharusnya mereka membunuhnya dengan kejam seperti itu." Tangisnya pecah, air matanya tidak dapat ia simpan lagi. Rasanya sangat pedih, hingga dadanya terasa sesak mengingat bagaimana waktu itu.

"Renn kun." Dalam hati Kasamatsu sangat bersimpati dengan apa yang dirasakan oleh Renn.

"Mereka tidak berhak melakukan itu pada ai san." Dadanya sangat sesak, sangat sesak karena tidak bisa melepaskan bayangan itu dari pikirannya. "Apakah mereka tidak bisa mengerti sedikit rasa sakit, juga penderitaan yang dialaminya?. Mengapa?." Renn mengeluarkan semua rasa sesak yang menghimpit dadanya, sangat sesak untuk disimpan hingga tanpa sadar ia menangis terisak.

"Aku rasa dia juga ingin kembali merasakan cinta. Tapi mereka malah membunuhnya, tidak memberikan kesempatan padanya untuk merasakan itu. Tanpa berpikir panjang mereka malah membunuhnya." Hati Renn semakin sesak. "Ai san bukan manusia ular lagi, tapi dia telah menjadi manusia normal. Aku hanya ingin membawanya pergi dari sana. Tapi kenapa mereka masih ingin menahannya?. Kenapa tidak dibiarkan pergi?. Dia tidak ada urusannya dengan mereka yang merasa berkuasa atas segala hal tentang urusan pribadi seseorang." Renn benar-benar menyesal karena tidak bisa membawa Shiro Ai keluar dari sana dengan keadaan selamat. Di sisi lain ia juga menyesal karena ia tidak bisa memberikan semangat hidup pada Shiro Ai pada saat itu.

Flashback on

Di ruangan Shiro Ai.

Wanita yang telah menginterogasi Shiro Ai sangat terlihat kasar. Beberapa kali ia memukul kepala Shiro Ai dengan sangat kuat.

"Sudah aku katakan jawab dengan benar!." Bentaknya dengan kuat sambil terus memukul kepala Shiro Ai, hingga ia berteriak kesakitan.

"Keghakh!." Shiro Ai tidak tahan lagi, tapi wanita itu tidak merasa kasihan sama sekali padanya.

Beruntung pada saat itu Yui dan Mika masuk, langsung mengamankan Shiro Ai.

"Kami diperintahkan pemimpin untuk membawa tahanan ini." Yui menunjukkan lencananya. Selain itu Yui menarik tangan Shiro Ai agar jatuh ke pelukannya. "Sangat keterlaluan sekali." Dalam hati Yui sangat miris melihat keadaan Shiro Ai yang gemetaran ketakutan.

"Hah?!." Namun ia tidak terima sama sekali, hampir saja ia menyerang Yui, jika saja tidak diancam oleh Mika.

"Jika kau berani melawan, akan ku bunuh kau!." Ancam Mika sambil menyodorkan senapan kecil ke arah wanita itu. Mau tak wanita itu terdiam, karena ia tidak mau mati sia-sia.

Setelah itu mereka segera meninggalkan tempat itu, mereka harus segera mengamankan Shiro Ai.

"Kau tenang saja nee-san." Bisik Yui mencoba untuk menenangkan Shiro Ai. "Kami temanmu." Yui sangat tidak tega melihat keadaan Shiro Ai saat ini.

"Benarkah?." Shiro Ai tidak mau tertipu oleh mereka.

"Ya, tentu saja." Yui mengelus pelan kepala Shiro Ai.

Mereka bergegas membawa Shiro Ai pergi dari sana. Mereka harus bergegas membawa Shiro Ai, supaya tidak disiksa oleh H2C.

"Mungkin kau kenal dengannya." Mika menunjuk ke arah Renn yang dari tadi menunggu mereka dengan perasaan gelisah.

"Oh!. Akhirnya kalian datang juga." Renn terlihat sangat gregetan saat melihat kedatangan mereka semua.

"Renn san." Shiro Ai sangat senang melihat Renn. Tanpa sadar ada keinginan dari dirinya untuk memeluk Renn. Tentunya itu membuat Renn, Yui, dan Mika terkejut melihat itu.

"Ai san. Tenanglah." Renn yang terkejut dengan pelukan Shiro Ai hanya berusaha menenangkannya. Dalam kondisi mental yang tidak sedang terganggu seperti itu, tentunya seseorang membutuhkan tempat untuk menenangkan diri. Apalagi Shiro Ai sampai menangis sesegukan. Pasti sangatlah berat baginya ditekan seperti itu ketiak diinterogasi oleh orang yang tidak dikenal sama sekali.

"Kita harus segera keluar dari sini renn san. Tempat ini sangat berbahaya." Yui mengamati sekitar, mereka masih berada di luar halaman gedung aneh itu.

"Benar itu aki chan. Jangan sampai mereka menyadari, jika kita berhasil membawa kalian dari sini." Mika juga cemas, hingga ia berpikiran yang buruk jika mereka tertangkap.

"Kita juga harus mengamankannya, merawat lukanya." Yui memperhatikan beberapa luka yang dialami oleh Shiro Ai.

"Mereka benar-benar tidak memiliki hati nurani." Suasana hati Renn sangat panas ketika ia memperhatikan Shiro Ai. "Mari kita tinggalkan tempat ini." Ia genggam erat tangan Shiro Ai, pertanda ia ingin menguatkan wanita itu.

"Um." Shiro Ai berusaha menguatkan hatinya karena ucapan Renn.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Simak terus ceritanya.

...***...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!