MANUSIA ULAR?

...***...

Renn on.

Ternyata kisah ini masih berlanjut, saat itu sedang melahirkan diri, atau lebih tepatnya melarikan diri dari kenyataan bahwa aku sedang dalam bahaya. Kenapa aku bisa mengalami hal yang paling mengerikan di dalam hidup ini?. Kesalahan apa yang telah aku lakukan sehingga aku mengalami hal yang parah seperti ini?. Dalam keadaan panik seperti itu aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, dan kepada Tuhan. Kenapa Tuhan memberikan aku keadaan yang sulit seperti ini?. Kenapa Tuhan memberikan bahaya seperti ini padaku?. Aku berpikir bahwa Tuhan tidak sayang padaku lagi, sehingga Tuhan menebaknya situasi yang sangat tidak aku inginkan ini. Tuhan ingin mencabut nyawaku dengan keadaan seperti ini, aku sangat takut sekali. Apa yang harus aku lakukan dalam situasi seperti ini?.

Renn off.

Tanpa banyak bacod!!!.

Rettsu baca!!!.

Renn bersembunyi di balik tembok yang agak tinggi, kakinya sampai gemetaran menahan rasa takut yang menyelimutinya. Nafasnya terasa sangat sesak, kepalanya terasa sangat sakit karena ia berlari ke sembarangan arah. Ia tidak dapat memikirkan apapun selain menyelamatkan dirinya dari kejaran ular cobra raksasa yang sangat menyeramkan itu. Apakah ia akan berkahir seperti ini?. Apa yang harus ia lakukan di dalam keadaan seperti itu?.

"Ini sangat gawat!." Nafasnya terengah-engah karena berlari sangat kencang. Ia tidak dapat memikirkan apa-apa lagi selain menyelamatkan dirinya. "Bagaimana bisa aku mengatakan pada mika juga yui?!. Kalau aku sedang dalam keadaan gawat seperti ini?." Renn benar-benar gregetan setengah mati. Kepalanya sakit memikirkan kejadian yang sangat aneh ini. "Ah!. Rasanya aku sangat gila karena situasi dadakan ini membuat aku menjadi sangat gila." Dalam hati Renn tidak adalah membayangkan kematian seperti apa yang akan ia terima nantinya.

Renn on.

Kasus macam apa ini?. Baru pertama kali ini menghadapi kasus aneh seperti ini!. Rasanya ini membuatku shock!. Tapi untung saja aku berhasil kabur dari kejaran ular cobra raksasa itu!. Pak Ryuzaki!. Mengapa anda malah terlihat mengerikan dalam hal aneh?. Siapa yang membuat anda berubah seperti itu?. Ah!. sialan lah!. Rasanya aku tidak sanggup untuk melakukan ini lagi!. Padahal sebelumnya sangat normal, tapi kenapa malah tiba-tiba seperti ini?. Kenapa aku menghadapi situasi yang sangat tidak aku inginkan?. Apakah selama ini aku selalu berada di dalam yang aman sehingga aku merasakan situasi yang berbahaya seperti ini?. Apakah Tuhan sedang menguji diriku dengan kondisi yang berbahaya ini?. Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi. Aku sangat ketakutan saat ini, rasanya aku ingin lari dari semua masalah ini. Rasanya aku tidak sanggup untuk menghadapi situasi yang seperti ini. Rasanya terlalu mendadak bagiku, sehingga aku tidak bisa menerima kenyataan ini begitu saja. Sakit, rasanya sangat menyakitkan hingga membaut aku ketakutan.

Renn off.

Kepalanya sangat sakit memikirkan hal yang mustahil yang ia rasakan pada saat itu. Semakin berdenyut sakit, begitu juga dengan nafasnya yang semakin memburu di dalam ketakutan yang ia rasakan.

"Jika memilih kasus perselingkuhan aku lebih memilih kasus itu dari pada ini." Renn benar-benar panik, sangat panik hingga ia berkata-kata aneh. Ia jadi geregetan saking bingungnya mendapatkan kasus yang membuatnya hampir kehilangan nyawa karena kejaran ular cobra raksasa?. Ini bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh seorang detektif.

Di saat Renn sedang ngedumbel tidak jelas, di saat itulah ular raksasa yang masih mengejarnya itu muncul dari atas tembok?. Renn semakin ketakutan melihat wujud ular raksasa yang menakutkan itu. Ular Cobra Raksasa itu benar-benar tidak melepaskan dirinya begitu saja, dan tidak akan pernah melepaskan dirinya sebelum ia menancapkan gigi taringnya yang tajam itu ke tubuh Renn.

"Apa ini?. Aaa aku lupa bahwa ular itu memiliki penciuman yang tajam, jadi wajar dia menemukan aku." Dalam hati Renn lupa akan hal itu. "Tapi kenapa dia ingin membunuhku?!." Renn sangat panik, ia tidak tahu harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini. Hingga kakinya tidak bisa digerakkan lagi melihat betapa besar dan runcingnya gigi ular dengan mulut menganga lebar yang siap menerkam tubuhnya.

"Tapi tunggu, kenapa tubuhku rasanya sangat sulit untuk digerakkan?!. Ayolah!. Apakah aku akan berakhir begitu saja?." Ia berusaha untuk menggerakkan kakinya, entah kenapa pada saat itu kakinya seperti sedang terpaku seperti ada magnet yang menariknya ke dalam bumi. Mata Renn melebar sempurna, wajahnya pucat pasi karena takut melihat betapa besar dan runcingnya gigi ular cobra raksasa itu.

Deg!!!.

Seketika itu seperti di seret oleh dimensi kegelapan. Sekitar seketika menjadi gelap gulita, ia seperti tidak merasakan dirinya lagi. Ada sosok lain yang sedang berusaha untuk mengambil ali kesadaran yang ia miliki, sehingga pikirannya saat itu melayang entah kemana karena tidak dapat merasakan dirinya lagi saat itu.

"Haaaa aak!." Renn benar-benar pasrah dengan keadaannya sekarang. "Sepertinya aku memang berakhir di sini. Mika, yui, maafkan aku. Aku tidak bisa pulang malam ini untuk menemui kalian lagi." Ia benar-benar pasrah jika hari ini ia mati. Matanya hanya dihiasi oleh kegelapan yang membawanya pada putus asa. "Cukup sampai di sini saja kebersamaan yang telah kita lalui." Renn benar-benar pasrah dengan kenyataan itu. Memang terasa sangat menyakitkan saat kau tidak bisa berbuat apapun dalam situasi seperti itu.

Namun sayup-sayup ia mendengar suara bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk melakukan hal gila?. Entah mengapa ia menyeringai kecil dalam keadaan seperti ini?. "Kau harus sadar dengan siapa dirimu yang sebenarnya." Dalam situasi seperti itu, bisikan itu terasa sangat jelas di telinganya. Tapi saat itu ia tidak bisa menanggapinya dengan baik, karena ia sama sekali tidak bisa bergerak.

"Khaaaaaaaaa!." Hanya suara seperti itu yang ia dengar. Entah itu suaranya atau bukan, ia juga tidak mengetahuinya sama sekali.

Sementara itu di alam nyata, ular itu telah menargetkan mangsanya. Ia telah siap menerkam mangsanya yang sudah tidak bergerak. Namun ketika Renn hampir mendapatkan kesadaran lain, telinganya menangkap suara letusan yang cukup keras, hingga ia benar-benar sadar?.

DOR!!!.

Renn mengalihkan pandangannya,  suara tembakan keras, ah lebih tepatnya suara meriam besar dilepaskan oleh seseorang. Mata Renn menatap tajam ke arah lelaki itu, kemudian ia alihkan pandangannya ke atas namun ia tidak melihat keberadaan ular itu, yang ada hanya tembok itu retak dan bolong.

"Eh?!." Renn sangat terkejut melihat itu, matanya sampai melotot lebar karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat pada saat itu. "Tadi itu suara apa?. Kenapa suara itu mengejutkan aku?. Kenapa suara itu sangat keras sekali?." Renn sama sekali tidak mengerti dengan situasi yang ia alami saat ini.

"Yosh tembakan yang bagus!." Ucapnya dengan nada semangat karena berhasil melumpuhkan ular cobra raksasa tersebut. "Aku memang sangat hebat." Ia memuji dirinya sendiri setelah melakukan itu dengan sangat baik.

"Hah?!. Ucapan macam apa itu?. Apakah dia tidak tahu dia nembak apa barusan?!." Renn menatap tidak suka pada lelaki itu, ia ingin memarahi lelaki itu, namun ucapan lelaki itu. "Kenapa dia berkata seperti itu dengan sangat tenang sekali?. Dia ini manusia atau apa?. Apakah kau pikir ini adalah dunia game?." Dalam hati Renn sangat heran dengan sikap laki-laki itu. Ia tidak tahu harus berkata apa karena shock dengan apa yang terjadi. Beberapa kali ia menghela nafasnya dengan sangat lelah, seperti hendak menyampaikan sesuatu pada laki-laki itu, tapi ia juga malah bingung sendiri mau berkata seperti apa.

"Yho!. Kau masih hidup dari kejaran ular cobra itu?." Dengan santainya lelaki itu menyapa dirinya?. "Kau masih beruntung karena kau masih selamat dari maut. Kau adalah satu-satunya umat yang berhasil selamat berkata bantuan dariku." Dengan percaya diri ia berkata seperti itu?. Apakah dia tidak menyadari dengan apa yang telah ia katakan?.

"Siapa lelaki ini?. Mengapa dia sangat santai sekali?. Apakah dia tidak tahu apa yang ia lakukan?." Dalam hati Renn mencoba menebak apa yang terjadi sebenarnya. "Kenapa dia terlihat sangat senang setelah apa yang ia lakukan?. Apakah dia tidak mengerti telah melakukan apa?." Dalam hatinya yang sedang dipenuhi gejolak emosi yang sangat membuncah. "Dia telah membunuh pak ryuzaki tapi dia malah terlihat senang." Ingin rasanya Renn menangis menahan perasaan sesak yang ia rasakan.

"Hum?!. Kau masih aman bocah?." Karena tidak ada tanggapan dari Renn ia melambaikan tangannya ke arah Renn yang tidak menanggapinya sama sekali. "Apakah perlu aku antar kan ke rumahmu?." Dengan nada bercanda ia berkata seperti itu. Apakah dia masih bisa bercanda dalam keadaan seperti itu?. Apakah dia masih memiliki jiwa humor setelah membunuh seseorang?. Ingin rasanya Renn menghajar orang itu untuk melampiaskan rasa sakit hati yang ia rasakan.

"Apa?!. Apa yang kau lakukan pada ular itu?!." Amarah Renn sangat membuncah, nafasnya naik turun menahan emosi yang mendesak paru-parunya. "Kenapa kau menembaknya!." Bentaknya dengan suara yang sangat keras, ada gejolak amarah yang ia rasakan pada saat itu. Hatinya sangat tidak terima dengan apa yang terjadi, ia tidak bisa menerima kenyataan itu. "Kenapa kau membunuhnya!." Teriak melampiaskan kemarahannya dengan menendang tembok itu dengan sangat kuat.

"Heh!." Lelaki itu mendengus kecil, ia menghampiri Renn yang masih shock?. Ia menatap remeh ke arah Renn yang memiliki mental lemah. "Tentu saja membunuhnya." Dengan entengnya lelaki itu menjawab pertanyaan Renn. Santai dan tenang tanpa adanya perasaan bersalah sedikitpun.

"Hah?. Kau membunuhnya?!." Renn yang masih dalam keadaan panik seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Membunuh?!. Maksudnya dia membunuh pak ryuzaki?!." Degup jantung Renn seakan berpacu kencang mendengarkan apa yang dikatakan oleh lelaki itu?. "Kenapa kau malah membunuhnya!." Nafasnya benar-benar sangat sesak, hatinya sangat sakit mendengarkan apa yang dikatakan oleh lelaki itu. Jika ia tidak dapat menahan amarahnya, pasti ia lepas kendali.

"Iya, aku membunuhnya. Lalu kenapa memangnya?. Kau mau apa?!. Hum?!." Lelaki itu malah balik bertanya, ia menatap Renn yang menggigil ketakutan.

"Kau bercanda?!. Ular itu jelmaan manusia loh!." Saking marahnya ia bergerak dengan alaminya. "Bagaimana bisa kau membunuhnya hanya dengan sekali tembakan seperti itu?!. Kau baru saja membunuh seorang manusia!." Rasa kesal, benci, dan marah menyelimuti hati Renn, bagaimana bisa orang ini melakukannya?. "Kau telah membunuh seseorang, tapi kau masih saja bersikap dengan santai!." Renn hampir saja hilang kendali karena apa yang ia dengar dari laki-laki itu. Sungguh kepalanya semakin ingin meledak mendengarkan ucapan laki-laki itu.

Lelaki itu tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Renn. Dimana letak lucunya?. Mengapa lelaki itu malah menertawainya?. Apakah dia gila bisa tertawa dalam kondisi itu?.

Lelaki itu mendekat ke arah Renn sambil menghentikan tawanya.

"Benar-benar gila ni laki-laki, apakah dia tidak merasa berdosa sedikitpun karena telah membunuh orang lain?. Orang macam apa dia?." Dalam hati Renn sangat kesal saat melihat laki-laki itu mendekatinya.

"Dengarkan aku baik-baik bocah!." Lelaki itu menepuk pundak Renn, membuat Renn sedikit terperanjat kaget.

"Orang yang!." Ingin rasanya Renn memukul orang itu hingga mati. Apalagi dengan apa yang dibisikkan oleh lelaki itu.

Deg!!!.

Dunianya hampir saja berhenti berputar saat ia mendengarkan apa yang dibisikkan oleh laki-laki itu padanya.

"Begitulah." Ucap lelaki itu sambil tersenyum kecil. Lelaki itu kemudian menepuk pundak Renn beberapa kali, setelah itu pergi begitu saja meninggalkan Renn yang terlihat sangat shock.

Renn on.

Rasanya aku tidak percaya dengan apa yang ia katakan padaku, mengapa semua ini bisa terjadi?. Manusia ular?. Balas dendam?. Dan bisa ular?. Bisa bukan bisa melakukan namun berbisa atau bisa ular yang mematikan. Aku belum tahu apa maksudnya. Rasanya kepalaku sangat berdenyut sakit saat lelaki itu mengatakan jika manusia yang telah melakukan suntik menjadi ular untuk balas dendam ia tidak akan pernah kembali lagi menjadi manusia?. Lalu pikiranku terlintas pada anak-anak panti asuhan. Bagaimana nasib mereka jika mengetahui pak ryuzaki telah tiada?. Bagaimana aku menjelaskan kepada mereka?. Bagaimana aku mengatakan pada mereka, jika pak Ryuzaki meninggal?. Ah!. Kepalaku terasa pusing, sakit, ingin meledak. Bisakah aku berpura-pura tidak melihat kejadian hari ini?. Rasanya hatiku sangat sakit membayangkan kejadian yang menyakitkan ini.

Renn off.

Dalam keadaan seperti itu Renn hanya bisa menangis sedih, ia tidak bisa berbuat banyak. Hatinya sangat sakit memikirkan semua kejadian diluar dugaannya yang tidak masuk akal.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!