Sahara masih belum bisa memejamkan kedua matanya, masih teringat apa yang di katakan Hardi barusan.
"Kalau saya menerima dia, berarti saya terjebak dong di masa lalu, saya tidak bisa lagi kembali. Dan jujur saya juga suka sama Kapten Hardi tapi dunia kita berbeda, padahal di dunia nyata saya tidak mau punya pacar Tentara malah si Bima saja saya tolak, lah ini langsung jadi istri nya, iya saya istri nya disini, raga nya Kinanti tapi jiwa nya saya. "
Sahara menatap Lembayung yang sedang tertidur lelap, wajah cantik dan imut nya membuat Sahara tersenyum sendiri.
"Nek, wajahnya Nenek itu cantik saat masih kecil apalagi nanti bila sudah remaja, sudah tua saja Nenek cantik. Sekarang Lembayung kecil belum tahu esok seperti apa, Ayah kamu akan pergi meninggalkan kamu selamanya bahkan Ibu kamu juga. Sungguh malang nasib kamu lembayung, saya pun merasakan bagaimana kehilangan seorang Ayah, apalagi kamu akan menjadi yatim piatu. "
Mata Sahara kedua nya berkaca - kaca saat dirinya mengingat sosok Mami nya, hingga tiba - tiba terisak.
"Mami, hiks.. hiks.. saya kangen Mami. "
Sedangkan di masa depan, Ibu Mike dalam tidur nya mengigau memanggil nama Sahara, hingga Bima membangun kan wanita paruh baya itu.
"Tante, Tan... " Ucap Bima membangun kan.
Kedua mata Ibu Mike membuka, dan langsung memeluk Bima.
Hiks... hiks.. hiks..
"Bima, Tante bermimpi, Sahara memanggil Mami dia sedang menangis. "
"Tante minum dulu ya. " Ucap Bima. Ibu Mike pun meminum air putih pemberian dari Bima, saat dirinya sudah mulai tenang, Ibu Mike tidak lagi menangis.
"Bima, tadi Tante melihat Sahara menangis memanggil Mami. "
"Kita berdoa Tante, Kita berdoa untuk Sahara agar cepat siuman. "
"Iya Bima. "
Bima dan Ibu Mike lalu berdoa untuk Sahara yang masih tetap setia menutup kedua mata nya.
"Sayang, kamu bangun nak. Mami kangen kamu, apa kamu tidak kangen Mami. Kamu tahu tidak, Mami disini selalu di temani oleh Bima, pria yang kamu tidak suka bahkan wajahnya saja kamu tidak tahu. "
Bima tersenyum pilu sambil menatap tubuh Sahara yang terbaring lemas tak berdaya.
"Dua bulan sudah kamu seperti ini, Mami kamu selalu tiada henti menangis. Semoga kamu cepat pulih, biar Mami tidak menangis lagi. "
****
"Dokter pasien di kamar no 10 tadi malam mengalami kejang - kejang pasca operasi kemarin. " Ucap Perawat.
"Kejang - kejang. " Ucap Sahara panik.
"Keluarga pasien, menuntut pihak rumah sakit atas apa yang terjadi. "
"Saya mengoperasi nya sesuai prosedur. "
Dokter Hilman langsung menghampiri Sahara dan meminta untuk mengikuti nya, saat sampai di ruang rapat sudah ada Direktur rumah sakit beserta petinggi - petinggi lain nya.
"Silahkan duduk Dokter Kinanti. " Ucap salah satu Dokter.
"Atas perintah siapa kamu melakukan operasi, kenapa tidak memberi tahu saya sebagai Dokter senior yang untuk mengoperasi pasien." Ucap Dokter Bashir.
"Maaf, saya yang meminta. Karena saat itu kondisi pasien tidak mungkin untuk memanggil Dokter Bashir atau Dokter lain nya karena posisi disini tidak ada Dokter lagi. Dan hanya ada Dokter Kinanti walau Dokter Kinanti sedang melaksanakan Koas nya. " Ucap Dokter Hilman.
"Tapi ini menyalahkan aturan, ini adalah Malpraktek. " Ucap Prof. Syahril selaku Direktur rumah sakit.
"Apa kalian susah memeriksa riwayat kejang nya kenapa? Kalau akibat operasi saya yang gagal kalian bisa tuntut saya, tapi kalau keadaan lain kalian tidak bisa tuntut saya. " Ucap Sahara.
"Dokter Kinanti, kamu tahu siapa pasien yang kamu operasi kemarin? Dia adalah anak Pak Gubernur. " Ucap Prof. Syahril.
"Tolong, periksa kembali pasien nya. " Ucap Kinanti.
Beberapa Tim medis memeriksa putra dari Pak Gubernur Sentot, terlihat kondisi tubuh putra nya yang semakin memburuk, denyut nadi pun lemah.
"Pasien down,kita harus segera mengambil tindakan. " Ucap Dokter Firza.
Dokter Hilman dan Sahara hanya bisa menatap pasien nya, sedangkan Tim medis lain nya sibuk untuk menolong nya.
"Apakah saya salah mengoperasi? " Ucap Sahara.
"Tidak, ada asisten Dokter bedah saraf saat itu. Dia pun melihat nya dan semuanya tidak salah. Ini hanya akibat kondisi pasien yang menurun. " Ucap Dokter Hilman.
"Saya takut di kira pembunuh. "
"Jangan takut, ada saya dan saksi. "
"Pasien mengalami pendarahan di otak nya. " Ucap Dokter Firza.
Sahara dan Dokter Hilman begitu sangat terkejut saat melihat kondisi pasien yang semakin memburuk.
"Kalau sampai terjadi sesuatu pada anak saya, kamu akan saya laporkan dan ijin praktek kamu di cabut. " Ucap Pak Sentot.
Sahara tak bisa berkata apa - apa, hanya mulut seolah terkunci rapat.
"Saya tidak membunuh nya. " Ucap Sahara.
*****
"Sudah lama kamu tidak mengunjungi Papah, kamu itu menantu yang unik. " Ucap Jenderal Smith.
"Saya kemari bukan sebagai menantu Papah tapi saya kemari sebagai seorang Kapten, saya ingin memberikan ini pada anda. " Ucap Hardi memberikan secarik kertas pada Jenderal Smith.
Jenderal Smith pun membaca isi yang ada di secarik kertas tersebut lalu tersenyum kecut ke arah Hardi.
"Kapten Hardi, kamu tahu kami membuat terowongan itu dengan biaya sendiri dari hasil pajak rakyat pada kami, jadi ini pemerintah negeri ini tidak boleh ikut campur. Karena wilayah itu adalah milik kami. "
"Tapi tenaga kerja paksa itu adalah orang pribumi, kami layak memperjuangkan mereka."
"Bayar dulu pajak sebesar 60 persen, baru di bebaskan. "
"Ini Tanah kami, kamu dan pasukan kamu adalah pendatang, seharusnya yang membayar pajak itu kamu serta anak buah kamu . "
"Apa kamu tidak ingat anak muda, siapa yang membantu saat mereka kelaparan, dan kamu harus tahu sebagian negeri ini sudah jadi milik di bawah pemerintahan kami. "
"Ingat Jenderal Smith yang terhormat, esok nanti satu persatu anak buah kamu akan angkat kaki dari sini. "
****
Hardi menunggu di depan rumah sakit, namun Sahara belum juga keluar hingga Hardi mencoba masuk kedalam rumah sakit. Hardi melihat Pak Gubernur sedang berada di ruang tunggu pasien.
"Pak Gubernur. " Sapa Hardi bersalaman namun di tepis nya.
"Saya akan tuntut istri kamu, saya tidak takut dengan Jenderal Smith, saya akan jebloskan dia karena sudah mencoba mengakhiri nyawa anak saya, dan ingat saya pun tahu akan kelicikan istri kamu, dan kamu pun akan saya seret karena telah melindungi musuh. " Ucap Pak Sentot langsung meninggal kan Hardi.
Sahara berjalan dengan wajah sendu hingga kedua kaki nya lemas dan merosot ke lantai, Hardi yang melihat nya langsung mendekati Sahara dan menggendong tubuh Sahara dan membawa nya ke ruang praktek Kinanti.
"Bang, saya tidak melakukan itu. Saya pun saat operasi itu saya yakin itu tangan Kinanti."
"Kalau kamu atau Kinanti tidak melakukan nya, keadilan akan berpihak pada kita. "
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
AnsadB
kaka
2023-05-12
1
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
haduhhhh masalah besar ini mah, gana tuhhh😬😬😬
2023-01-30
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
ada saja cobaannya..semoga anak gubernur itu baik" saja
2022-10-18
2