"Cepat... bawa masuk ke dalam tenda...!!! "
"Tolong.... cepat ada yang terluka..!! "
Sahara masih diam mematung saat semua nya berubah dari gelap menjadi terang, namun semua nya tampak asing bagi Sahara.
Semua orang berlari kesana kemari, banyak tenaga medis yang sibuk menangani para korban.
"Bencana, iya tadi itu bencana. " Sahara menoleh ke kanan kemari sambil memegang sebuah buku yang masih ada di tangan nya.
Namun semua nya tampak berbeda, tak ada teman - teman nya atau tempat terakhir dirinya berada di sebuah perpustakaan.
"Dimana ini, kenapa saya berada di luar dan terasa seperti di medan perang. "
"Dokter, cepat disana ada salah satu prajurit yang tertembak. " Udah salah satu perawat pria.
"Cepat Dokter. " Teriak nya.
Namun Sahara yang masih bingung, dengan keadaan yang asing untuk nya.
"Dokter, cepat...!!! " Ucap nya yang langsung menarik tangan Sahara.
Sahara melihat banyak Tentara yang terluka, bahkan beberapa mayat tergeletak yang tertutup kain putih.
"Dokter, luka tembak nya sangat dalam. Kita harus melakukan operasi, dan korban pendarahan. " Ucap Seorang Dokter.
Sahara yang masih bingung dengan mulut seakan terkunci, namun tiba - tiba seorang Dokter pria langsung menangani pasien.
"Kinanti, kamu istirahat saja. Pasti kamu capek sejak kemarin kamu menangani banyak pasien. " Ucap Dokter tersebut.
"Apa Kinanti, dia panggil saya Kinanti. Dan saya seorang Dokter. Nggak mungkin saya sedang terjebak di dalam tubuh seseorang, pasti ini mimpi. "
Sahara lalu mencubit tangan nya, dan merasakan sangat sakit, dan ternyata bukan sebuah mimpi.
"Apa ini maksud nya, Oh Tuhan ada di dunia mana ini. "
Dengan hati yang campur aduk, Sahara keluar dari tenda dan berlari meninggal kan tempat tersebut.
Saat tengah berlari Sahara di kejutkan dengan beberapa Tentara yang sedang berjalan dengan memegang senjata, namun dengan seragam yang berbeda dan senjata dengan model yang berbeda juga.
"Ini seperti jaman dulu, jaman belum merdeka. " Ucap Sahara.
Sahara terus berlari menjauh, hingga berpapasan dengan beberapa warga dengan pakaian yang sangat berbeda.
"Kenapa dengan model pakaian nya, kenapa seperti jaman dulu. "
Sahara yang semakin bingung dan terus berjalan menjauh, hingga tak terasa matahari yang mulai terbenam, Sahara merasakan sangat lelah dengan keringat yang bercucuran.
"Mami, Sahara ada dimana ini Mami. " Ucap Sahara terisak.
"Tolong... hiks.. hiks.. saya ingin pulang. " Dengan raut wajah takut dan sedih Sahara duduk di sebuah batu besar yang berada di tengah - tengah jalan sepi.
"Ini dimana, tolong.. siapa saja yang datang tolong antar kan saya pulang hiks.. hiks.. "
Sahara tersontak kaget saat sebuah benda tepat berada di belakang kepala nya, Sahara melirik ternyata terlihat satu orang Tentara asing sedang mengarahkan senjatanya ke kepala belakang nya.
"Cepat berdiri. " Ucap nya.
Sahara melihat tubuh tinggi dengan kulit putih dan bukan orang pribumi.
"Oh Tuhan, ini dia penjajah nya. Cerita nya saya sedang di ujung maut. "Ucap Sahara dalam hati
"Jalan cepat. "
"I - iya. " Ucap Sahara gugup.
Sahara terus berjalan masuk kedalam hutan, dirinya merasakan jauh dari pemukiman.
"Cepat jalan, kalau tidak saya tembak kepala kamu. "
"Ba - baik, tapi tolong jangan tembak saya. "
Dengan jantung berdegup kencang, Sahara terus mengikuti perintah nya, hingga tepat di sebuah tepi jurang Kedua kaki Sahara terhenti.
"Kamu harus mati, saya tahu siapa kamu."
Jantung Sahara tambah berdetak sangat kencang, hingga merasakan kedua kaki nya gemetar.
"Apakah saya akan mati di dunia yang aneh ini, tapi bila saya di tembak mungkin tidak akan sakit karena saya dari masa depan. " Ucap Sahara dalam hati.
"Berbalik badan. " Ucap nya.
Sahara pun berbalik badan, tepat senjata berada di dahi Sahara. Tangan pria itu siap menarik pelatuk nya.
"Jangan tembak saya, kamu pasti salah orang. "
"Kamu adalah Dokter yang menyuntik mati beberapa pasukan kami yang terluka saat itu dengan alasan manusiawi tapi kamu malah menyuntik mati mereka."
"Ka - kamu pasti salah orang, saya bukan Dokter. Saya seorang Mahasiswi Sejarah."
"Kamu pikir saya bodoh, Jenderal Smith sudah mengetahui aksi kamu. Saya tahu kamu itu siapa, Jenderal Smith ingin sekali menghabisi kamu, karena kamu itu adalah ancaman buat nya. "
"Saya tidak mengerti, yang jelas saya bukan yang kamu maksud. "
"Dokter Kinanti Van De chick, sudah saat nya kamu pergi dari dunia ini. "
Mata Kinanti terpejam dengan kedua kaki yang sudah lemas saat pelatuk senjata itu akan segera di tarik.
"Kamu adalah ancaman kami, ancaman buat pemerintahan kami. "
Dor
Dor
Salah satu mata Sahara terbuka, dan tidak merasakan sakit namun saat membuka sempurna terlihat tubuh bersimbah darah tergeletak di depan mata nya.
Sahara pun terkejut, saat seorang pria dengan senjata di tangan nya memeluk tubuh Sahara sangat erat.
"Kamu tidak apa - apa dek? "
Pelukan nya dia lepaskan dan memeriksa seluruh tubuh Sahara, mata Sahara membulat lebar dengan mulut menganga dengan apa yang dirinya lihat.
"Kenapa bisa keluar dari camp, kenapa tidak berada di sana menangani para korban. Abang sudah bilang, mereka kembali menyerang dan di luar sangat rawan, dan benar saja kan kamu hampir di tembak dek oleh nya. "
"Kapten Hardi. "Ucap Sahara.
"Pasti kamu Shock, kita kembali." Ucap nya.
"Kapten, apa kita akan berjalan ke arah jam 12 ? " Tanya salah satu seorang Prajurit.
"Jangan, kita ke arah jam 3.Jejak Kinanti pasti ada yang mengikuti. " Ucap Hardi pria yang memeluk Sahara.
Tangan kekar nya menggandeng tangan Sahara, sepanjang jalan Sahara sesekali menatap pria yang di panggil Kapten Hardi.
"Tidak salah lagi, saya berada di jaman penjajahan. Kapten Hardi, kapten yang saya idolakan dan menjadi bahan skripsi saya. Ternyata saya bisa menatap langsung wajahnya bahkan merasakan sentuhan nya. Dia masih muda dan tampan, Kapten Hardi. Sosok kamu asli seperti ini." Ucap Sahara dalam hati.
Hingga merasakan sebuah cairan mengalir di tangan Sahara, darah segar mengenai punggung tangan nya.
"Kapten, kamu terluka. " Ucap Sahara panik.
"Jangan berhenti, jalan terus." Ucap nya.
"Tidak ini pasti sakit, dan harus segera di berikan pertolongan."
Kapten Hardi terus berjalan, tanpa memperdulikan rasa sakit nya, namun Sahara terus menatap luka tangan nya hingga terlihat Hardi seperti menahan sesuatu yang sakit.
****
"Bu Dokter, ini perlengkapan nya. " Ucap salah satu seorang suster.
Hardi berusaha menahan rasa sakit akibat luka tembak nya, Hardi menatap ke arah Sahara yang masih menatap beberapa alat medis.
"Dek." Panggil Hardi.
"Iya Kapten. "
"Kapten? " Ucap Hardi.
"Kamu panggil apa Dek? " Tanya Hardi kembali.
"Kapten."Jawab Sahara.
"Saya suami kamu, masa di panggil nya Kapten. " Ucap Hardi.
"Apa, suami? " Ucap Sahara terkejut.
.
.
.
.
Cerita ini hanya fiktif, cerita karangan imajinasi Author, namun di ambil dari jaman penjajahan. Bila ada suatu kejadian yang mirip itu hanya kebetulan saja...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
wihhh sang idola langsung jadi suaminya 😄😄😄 mantap lah teruskan
2023-01-29
1
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
nah loh dah ada suami ae😆😆😆
2022-10-15
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
wah Sahara kau penasaran kan dengan istri kapten Hardi... sekarang kau tau kan dan pemeranya adalah dirimu sendiri
2022-10-07
3