"Argh!"
"Tidak! Jangan! Jangan bunuh mereka! Jangan bunuh mereka!" teriak Daisha sambil meraba-raba udara di depannya.
Ia berjalan kian kemari, membuat semua orang yang berada di sana menghindar karena takut terkena sabetan tongkatnya.
"Kakak!" Laila berlari disusul Al. Gadis itu merasa cemas, terlebih saat melihat beberapa pengunjung yang ketakutan. Itulah yang dia takutkan, trauma sang kakak datang tidak mengenal tempat.
"Kakak!"
Laila memeluk Daisha dari belakang, menghentikan aksinya yang memukul-mukul udara. Entah apa yang terjadi di masa lalu terhadap Daisha? Laila tak pernah tahu.
"Lepaskan aku! Apa kau juga ingin membunuhku? Kau sudah membunuh mereka, sekarang kau juga ingin membunuhku? Iya, bunuh saja aku. Memang sebaiknya aku mati menyusul mereka! Bunuh aku!" teriak Daisha yang membuat gempar satu rumah sakit.
Laila di belakangnya tak peduli, ia menggeleng dan terus memeluk tubuh Daisha. Tangannya memukul-mukul tangan Laila yang melingkar di tubuhnya, terus berteriak meminta dilepaskan atau dibunuh saja.
Al atau Dareen yang menyaksikan, merasa bersalah karena hal ini. Kedua gadis itu sedang menangis karena sebab berbeda. Ia berdiri di hadapan Daisha, memegang tangannya agar berhenti memukuli Laila.
"Hentikan, Daisha! Dia adikmu! Kau bisa menyakitinya. Dia kesakitan, Sha," ucap Dareen merasa iba melihat Laila yang meskipun dipukuli, tapi tetap diam memeluk Daisha.
"Aku tidak punya adik! Mereka membunuh semuanya. Mereka membunuh semuanya!" Daisha melemah, ia luruh di lantai sambil menangis histeris.
Terbayang masa kelam di mana semua anggota keluarganya mati dibunuh. Bayangan seseorang yang melintas dalam pikirannya, dia yang harus membalas semua kematian mereka. Untuk itulah Daisha belajar memperkuat diri, selain untuk melindungi dirinya sendiri, dia pun telah siap jika dipertemukan dengan mereka yang sudah membantai habis keluarganya hingga kecelakaan itu terjadi, kecelakaan yang merenggut keindahan dunianya.
Daisha kembali terpuruk setelah bangkit, sampai dipertemukan dengan Laila. Gadis kecil yang hidup di jalanan, mereka berdua bangkit dan membangun usaha toko bunga dengan membeli lahan sedikit demi sedikit dari warga sekitar setelah Daisha memutuskan untuk pergi meninggalkan Jakarta.
Dareen tertegun mendengar penuturan Daisha, ia melirik pada laila yang turut luruh di lantai sambil memeluk sang kakak. Bertanya-tanya dalam hati apakah mereka bukan sebenarnya saudara?
"Ada apa ini?" tegur salah seorang dokter yang mendapat laporan tentang keributan yang ditimbulkan Daisha.
"Daisha?" Ia tersentak dan segera membantu Daisha untuk beranjak.
"Ayo, ke ruangan saya!" katanya dengan cepat melangkah sambil memapah Daisha yang terkulai lemah.
"Syukurlah, Dokter segera datang. Aku tidak tahu harus apa saat trauma Kakak kembali," ucap Laila penuh rasa syukur melihat dokter yang selama ini menangani Daisha datang.
Dareen yang bingung turut masuk ke dalam ingin tahu apa yang terjadi pada kedua kakak adik itu.
"Silahkan duduk!" Dokter wanita itu mempersilahkan mereka duduk setelah membantu Daisha.
"Saya mendapat laporan tadi, untuk itu saya segera datang dan ternyata dugaan saya benar," ucap dokter wanita itu sembari menatap Daisha yang terdiam hanyut dalam kesendiriannya.
Ia tersenyum, sudah sangat hafal betul bagaimana Daisha jika traumanya kembali. Dokter tersebut menggenggam hangat jemari dingin milik gadis buta itu, menyalurkan ketenangan pada hatinya yang terguncang setiap kali mendengar sesuatu yang membawanya pada kejadian di masa lalu.
"Bagaimana perasaanmu, Daisha? Kau sudah lebih baik?" tanyanya dengan lembut.
Daisha kembali terisak, ia membalas genggaman tangan sang dokter dengan erat. Tubuhnya berguncang, gumaman lirih menguar dari sela-sela bibirnya yang membentuk celah kecil.
"Mereka membunuh semuanya, mereka membunuh ayah dan ibuku. Mereka juga membunuh adikku, mereka mengincar nyawaku. Aku tidak punya tempat bersembunyi, aku sendirian. Aku sendirian," racau Daisha bergetar.
Laila turut terisak mendengar gumaman sang kakak. Dia selalu begitu, peristiwa dulu benar-benar menjadi trauma berat untuk hidup seorang Daisha. Terbersit rasa sesal yang mendalam di hati Dareen setelah menyaksikan sendiri trauma yang dialami sang kekasih hati.
Tak akan lagi dia memaksanya untuk ikut ke Jakarta, ia pun harus berhati-hati dengan setiap kata yang dapat memicu rasa trauma di hati Daisha. Dokter menepuk-nepuk tangan gadis itu, betapa mengerti ketakutan yang dialaminya.
"Tenang, sayang. Ada saya di sini, kau tidak sendirian. Apa kau ingat gadis kecil yang kau ambil dari jalanan? Dia di sini, ada di sisimu. Jadi, kau tidak sendirian. Ada saya, juga ada gadis kecil itu," ucap dokter tersebut dengan sabar.
Daisha menghentikan tangisnya mendengar gadis kecil disebut. Ia memutar ke kanan dan kiri sambil meraba udara mencari keberadaan Laila.
"Laila! Kau di mana? Laila!" Bergetar suara Daisha memanggil nama sang gadis kecil.
"Kakak!" Laila berhambur memeluk Daisha. Keduanya menangis sambil berpelukan. Setiap kali traumanya datang, maka nama Laila selalu menjadi penenang.
"Kau tidak apa-apa? Apa ada yang menyakitimu? Kenapa kau menangis?" cecar Daisha sembari mengusap wajah Laila dengan tangannya yang bergetar.
Laila menggeleng, memegang kedua tangan Daisha dan meremasnya.
"Aku tidak apa-apa, Kak. Aku baik-baik saja, aku hanya sedih setiap kali Kakak ketakutan seperti ini. Kakak harus melawan semua itu, Kak. Kita akan menghadapinya bersama-sama, aku berjanji tidak akan pernah meninggalkan Kakak. Aku berjanji, Kak," ucap Laila dengan kesungguhan hatinya.
Daisha tak tahu harus menjawab apa, ia memeluk tubuh Laila kembali sambil menangis. Sekuat mungkin Daisha melawan trauma yang datang, tapi tetap saja reka adegan kejadian di masa lalu selalu dapat mengalahkannya. Dia masih terlalu lemah untuk menghadapi semua ketakutan juga kecemasan yang kerap datang meski tak diundang.
"Maaf, maafkan Kakak. Kakak sudah mencoba untuk melawannya, tapi Kakak tetap kalah. Kakak masih terlalu lemah, Laila. Kakak terlalu lemah," ucap Daisha sambil menangis merasa tak berguna.
Dareen menatap keduanya dengan hati yang pilu, ia alihkan perhatian kepada dokter mencari tahu kebenaran. Wanita dengan seragam putih kebanggaannya itu, mengangguk sambil tersenyum. Mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Laila melepas pelukan setelah tangis Daisha mereda secara berangsur-angsur. Mengusap air mata di kedua pipi gadis itu, dan membenarkan rambut-rambutnya yang berantakan.
"Tidak apa-apa, pelan-pelan saja, Kak. Aku yakin seiring waktu berjalan, Kakak dapat melawan semuanya dan bisa hidup dengan baik tanpa bayang-bayang masa lalu. Kakak dengar aku? Aku tidak akan pernah meninggalkan Kakak," ucap Laila dengan tegas dan penuh penekanan.
Aku juga berjanji, tidak akan pernah meninggalkan dirimu, Daisha. Aku akan menjagamu untuk seumur hidupku. Aku berjanji akan bersabar menunggu kesiapan mentalmu. Maafkan aku yang tidak tahu apa-apa tentang dirimu.
Dareen bergumam sambil menatap lekat-lekat wajah sang pujaan hati yang perlahan mulai dihiasi senyuman. Laki-laki itu memberanikan diri untuk menggenggam tangan Daisha.
"Maafkan aku, Sha. Sungguh, aku tidak tahu akan seperti ini jadinya. Tolong, maafkan aku. Jangan benci aku, Sha, karena aku tidak akan sanggup untuk menerima kebencian itu," ungkap Darren setulus hatinya.
Daisha memutar tubuh menghadap laki-laki itu, tersenyum sambil membalas genggaman tangannya.
"Tidak apa-apa. Justru seharusnya aku yang meminta maaf kepadamu. Kau pasti ketakutan, bukan? Aku masih tidak dapat mengontrol ketakutan dan rasa trauma yang aku alami. Tolong, bersabarlah. Semua akan ada waktunya, aku hanya butuh dukungan dan juga teman," balas Daisha semakin lama semakin terlihat tenang.
"Aku berjanji akan sabar dan tidak akan pernah meninggalkanmu. Tidak akan pernah," janji Dareen dengan segenap kesungguhan hatinya.
Daisha tersenyum, perlahan hatinya menghangat. Ia tak segan memeluk Dareen, melabuhkan kepalanya pada bahu kokoh yang akan menjadi andalannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Yeni Yanti
terlalu cepat untuk jatuh cinta,,
aku khawatir bakal bnyk masalah yg harus mereka hadapi
2022-10-04
2
Handayani
ok lanjut
2022-10-04
2