Sepulang dari restoran, Bian dan Ririn pun langsung tidur. Bian kembali bermimpi tentang Mika, Bian bisa mendengar jelas suara Mika tapi Bian sama sekali tidak bisa melihat wajah Mika.
"A, kembalilah, Mika membutuhkan Aa bahkan calon anak kita menunggu kepulangan Ayahnya."
Wajah Bian sudah sangat berkeringat, hingga akhirnya Bian terbangun dengan napas yang memburu. Bian melihat ke samping, dan terlihat Ririn masih terlelap tidur.
Bian mengambil air di atas nakas dan meneguknya sampai tandas, kemudian Bian mengusap wajahnya dengan kasar.
"Mika, siapa Mika? Kenapa aku terus saja memimpikan wanita bernama Mika? Bahkan dia menyebutkan calon anak kita," batin Bian.
Bian terus memikirkan wanita yang bernama Mika itu, tapi sampai sekarang Bian sama sekali tidak ingat dengan wanita yang bernama Mika itu.
Seketika Bian memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa berdenyut itu.
Sementara itu, Mika terbangun dari tidurnya. Mata Mika terlihat sangat bengkak karena setiap hari Mika selalu saja menangis, diusapnya perutnya yang sudah terlihat membuncit itu.
"Kamu rindu Ayah ya, Nak? Sama, Bunda juga sangat merindukan Ayahmu," gumam Mika.
Lagi-lagi Mika meneteskan airmatanya, dia selalu menangis kalau ingat dengan suaminya itu.
Mika pun menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, begitu pun dengan Bian melakukan hal yang sama dengan Mika. Keduanya duduk merenung, Mika yang memikirkan suaminya sedangkan Bian tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.
***
Keesokan harinya....
Bian sama sekali tidak bisa tidur, pagi-pagi sekali dia sudah mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.
Dilihatnya Ririn masih bergelung dengan selimutnya, Bian pun menghampiri Ririn dan duduk di hadapan Ririn. Di usapnya wajah cantik Ririn membuat Ririn menggerakan tubuhnya karena merasa terganggu.
"Pagi sayang, maaf aku sudah mengganggu tidurmu," seru Bian.
"Loh, kok kamu sudah siap-siap, kamu mau ke mana?" tanya Ririn.
"Hari ini aku mulai masuk kantor lagi, kasihan Papi."
Ririn pun terbangun dan Bian langsung memeluk Ririn membuat Ririn memutar bola matanya jengah.
"Lepaskan Bi, aku mau mandi dulu."
"Sebentar saja biarkan aku seperti ini."
Ririn tidak bisa berbuat apa-apa, menolak pun rasanya tidak ada gunanya. Setelah puas memeluk Ririn, Bian pun melepaskannya dan membiarkan Ririn mandi.
"Aku tunggu di meja makan ya, sayang."
"Iya."
Bian pun segera turun ke bawah, dan di sana ternyata kedua orangtuanya sudah menunggu.
"Pagi, Mi, Pi."
"Pagi sayang, mana Ririn?" tanya Mami Maharani.
"Masih mandi."
Bian pun menyesap kopi yang sudah disiapkan oleh ART dan membuka koran, di saat Bian melihat berita mengenai kesuksesan seorang pria dalam bidang pertanian.
Tiba-tiba, Bian teringat sesuatu, bayangan dirinya berada di tengah-tengah perkebunan kemudian seorang wanita datang dan membawakan bekal makanan untuknya.
Tangan Bian mulai bergetar, koran yang dia pegang terjatuh dan dia kembali memegang kepalanya.
"Aaarrggghhh.....
"Kamu kenapa, Bian?" seru Papi Ganendra sembari menghampiri Bian begitu pun dengan Mami Maharani.
"Kepala Bian sakit, Pi."
"Astaga, Pi cepat bawa Bian ke rumah sakit," seru Mami Maharani panik.
Bian mengangkat tangannya. "Tidak Mi, Bian tidak mau ke rumah sakit."
"Tapi kata kamu, kepala kamu sakit."
Ririn pun menuruni anak tangga dan kaget melihat kedua mertuanya sedang mengkhawatirkan keadaan Bian.
"Kamu kenapa, Bi?" tanya Ririn.
"Ah tidak apa-apa."
Bian mulai melepaskan tangannya, rasa sakit di kepalanya mulai reda.
"Bian, lebih baik sekarang kamu istirahat saja jangan dulu ke kantor," seru Papi Ganendra.
"Iya Bi, apa yang dikatakan Papi benar, lebih baik sekarang kamu istirahat saja," sambung Ririn.
"Aku tidak apa-apa kok, aku sudah baikan. Lagipula aku sudah terlalu lama meninggalkan kantor jadi tidak enak kalau sekarang aku tidak ke kantor lagi, sudah tidak apa-apa, aku baik-baik saja kok," sahut Bian.
"Kamu yakin sayang, mau pergi ke kantor?" seru Mami Maharani.
"Iya, Bian yakin."
Bian sangat keras kepala, hingga akhirnya mereka pun membiarkan Bian pergi ke kantor. Bian mengantarkan Ririn terlebih dahulu ke rumah kedua orangtuanya, padahal seperti biasa Ririn akan pergi ke restoran Bima dan diam di sana.
Sesampainya di kantor, Bian langsung mengerjakan pekerjaannya banyak sekali pekerjaan yang harus Bian kerjakan karena dia sudah meninggalkan kantor selama satu tahun.
Sementara itu di perkampungan...
"Ayah, Mama, hari ini Mika pergi ke klinik ya?" seru Mika.
"Yakin kamu mau ke klinik, kalau kamu masih tidak enak badan, jangan dipaksakan atuh Neng," sahut Ayah Rusdi.
"Tidak Yah, Mika sudah baik-baik saja kok, kasihan pasien Mika yang Mika tinggalkan karena sudah hampir sebulan Mika tutup klinik."
"Ya sudah terserah kamu saja, tapi kalau kamu merasa tidak enak badan, kamu langsung pulang saja ya," seru Mama Nuri.
"Iya Ma."
Setelah sarapan, Mika pun berjalan menuju klinik selama dalam perjalanan Mika tampak memperhatikan perkebunan Ayahnya, dia teringat dulu Rian selalu ada di kebun dan dia akan membawakan bekal makan siang untuk suaminya itu.
Lagi-lagi airmata Mika menetes, tapi Mika dengan cepat segera menghapusnya. Mika juga ingat kepada Parman, walaupun sebelum meninggal dia sempat melakukan kesalahan, tapi sebenarnya Parman ada orang yang baik.
Mika mengusap perut buncitnya. "Apa kamu rindu sama Ayahmu, Nak? sama, Bunda juga sangat merindukan Ayah, kita do'akan saja semoga Ayah pulang dalam keadaan sehat," gumam Mika dengan senyumannya.
Mika pun kembali melanjutkan langkahnya dan tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Mika sampai di klinik. Mika segera membukanya dan membersihkan klinik miliknya itu, berminggu-minggu ditinggalkan membuat klinik itu sedikit berdebu.
***
Malam pun tiba....
Malam ini Bian pulang larut malam karena Bian harus menyelesaikan semua pekerjaannya. Masuk ke dalam kamar, Bian lihat Ririn sudah tertidur dengan lelapnya dan Bian pun memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Beberapa saat kemudian, Bian selesai mandi dan berganti pakaian. Baru saja Bian ingin merebahkan tubuhnya, Bian mendengar suara getaran ponsel. Bian mencari-cari, dan ternyata itu berasal dari ponsel Ririn yang dia simpan di samping bantalnya.
"Siapa, tengah malam begini yang menghubungi Ririn?" batin Bian.
Bian pun mengambil ponsel Ririn dan betapa terkejutnya Bian saat tertera nama My Love di sana.
"My Love, siapa ini?" batin Bian.
Bian ingin sekali membuka pesan itu, namun sayang ponsel Ririn menggunakan passward jadi Bian tidak bisa membukanya.
"Mungkinkah selama ini Ririn sudah bermain di belakangku?" batin Bian kembali.
Bian mengepalkan kedua tangannya. "Awas saja, kalau sampai kamu bermain di belakangku. Aku harus mencari tahunya."
Bian pun menyimpan kembali ponsel Ririn, dia menatap wajah cantik istrinya itu. Dada Bian benar-benar sangat sesak, dia benar-benar penasaran dengan nama yang istrinya tulis sebagai My Love itu.
Bian pun mulai merebahkan tubuhnya, saking lelahnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk Bian terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶
yuhuu satu persatu terkuak ayo bi ungkap semuanya dan temukan kebahagiaan mu sendiri udah enek ma si sundel Ririn🤧
2022-12-10
1
DSN5
yes Ririn ketahuan lagi
Ayo Bian lekas selidiki si Ririn
2022-11-26
3
Epo Sarifah
mudah"an bian cpt mengingat mika, dan perselingkuhan Ririn segera ketauan sm bian
2022-11-16
1